Tekanan Menguat, Investor Terbesar Lego Puluhan Juta Saham Emiten Nikel Ini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan terhadap harga saham PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) makin menguat.
Ini seiring aksi jual saham yang dilakukan investor terbesar di emiten nikel tersebut.
Pada 12 September 2019, berdasar laporan kepemilikan efek 5% atau lebih, PT Jinsheng Mining menjual 20 juta saham DKFT.
Usai transaksi tersebut, kepemilikan Jinsheng Mining di DKFT sebesar 77,61%, turun dari 77,97% dari posisi sehari sebelumnnya.
Transaksi tersebut sepertinya berlangsung di pasar reguler.
Baca Juga: Central Omega (DKFT) Siapkan Strategi Hadapi Larangan Ekspor NIkel
Sebab, berdasar penelusuran KONTAN pada 12 September 2019, tidak ada transaksi yang berlangsung di pasar negosiasi.
Hari itu, Korea Investment & Sekuritas Indonesia menjadi penjual terbanyak saham DKFT.
Yakni sebanyak 34,235 juta saham senilai total Rp 8,8 miliar, dengan harga jual rata-rata Rp 255 per saham.
Baru mengukir rekor tertinggi
Saham DKFT sempat menggapai rekor harga tertinggi sepanjang tahun ini di Rp 308 per saham pada 14 Agustus 2019.
Namun, alih-alih melanjutkan pola uptrend, hari-hari berikutnya saham emiten ini malah langsung terkoreksi.
Nah, aksi jual yang dilakukan Jinsheng Mining pun menambah tekanan terhadap harga saham DKFT.
Pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu (13/09) saham DKFT longsor 4% ke Rp 240 per saham.
Dus, dihitung dari rekor harga tertinggi di Rp 308 per saham, DKFT sudah terkoreksi 22,08%.
Dari sisi fundamental, DKFT terpapar larangan ekspor bijih nikel mulai 1 Januari 2020 mendatang.
DKFT mulai masuk ke industri pertambangan bijih nikel sejak 2008 dan mengekspor komoditas tersebut sejak 2011.
Baca Juga: Larangan ekspor nikel dipercepat, Pefindo naikkan peringkat Aneka Tambang (ANTM)
Pada 2018, DKFT menjual 231.769 ton bijih nikel ke pembeli domestik.
Sementara penjualan ekspor tercatat sebesar 165.465 ton.
Nah, menyusul larangan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kontribusi ekspor bijih nikel ke kinerja DKFT bakal hilang.
Kabar baiknya, Central Omega telah memiliki dan mengoperasikan smelter feronikel.
Tahun lalu perusahaan itu memproduksi 46.841 ton feronikel dengan penjualan sebanyak 43.797 ton.
Saat ini perusahaan tersebut menggadang rencana pembangunan smelter feronikel tahap dua.
Pembangunan fasilitas pengolahan berkapasitas 200.000 metrik ton tersebut saat ini sedang berada dalam tahap studi kelayakan.
Oh ya, sampai sekarang DKFT belum menyampaikan laporan keuangan per 30 Juni 2019.
Alasannya, laporan keuangan tersebut tengah diaudit dan baru akan disampaikan paling lambat 30 September 2019.