Terapkan Energi Terbarukan, Mitratel (MTEL) Penuhi Prinsip ESG untuk Jaga Lingkungan
KONTAN.CO.ID - Upaya PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel menerapkan prinsip environment (lingkungan), social (sosial), dan governance (tata kelola perusahaan) dalam bisnis sehari-hari makin serius. Mitratel alhasil memperbaiki skor ESG, dan sahamnya masuk dalam dua indeks Kehati di Bursa Efek Indonesia.
Sejak tahun 2023, upaya Mitratel memperbaiki strategi ESG membuahkan hasil. Sustainalytics memberi skor 22,4 kepada Mitratel. Skor ini menunjukkan, risiko ESG Mitratel bisa dianggap medium. Padahal, sebelumnya, eksposur model bisnis dan manajemen Mitratel dapat skor 34,5, atau dianggap memiliki risiko ESG yang tinggi.
Pertengahan 2024, saham Mitratel, MTEL masuk dalam indeks berbasis ESG di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu Indeks ESG Quality 45 IDX Kehati dan Indeks ESG Sector Leaders IDX Kehati.
Kedua indeks tersebut merupakan hasil kerjasama organisasi pengelola dana abadi lingkungan hidup Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) dan BEI. Mitratel terdaftar dalam dua indeks itu untuk periode 3 Juni 2024 hingga 29 November 2024. Setelah itu, keberadaan Mitratel akan ditinjau ulang.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, masuknya saham MTEL dalam dua indeks ini menunjukkan perusahaan telah dinilai kuat dalam memegang komitmen terhadap prinsip keberlanjutan dan implementasi aspek ESG ke dalam pengelolaan seluruh operasional bisnis.
"Mitratel meyakini bahwa prinsip keberlanjutan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari strategi dan aktivitas bisnis perusahaan," ujar Theodorus, yang sering dipanggil Teddy dalam keterangan tertulis.
Penerapan ESG dalam jangka panjang diyakini akan menciptakan nilai tambah untuk masyarakat, lingkungan, karyawan, dan investor. Sebagai penyedia infrastruktur telekomunikasi, dia bilang, Mitratel berkomitmen untuk terus meningkatkan efisiensi operasional dan kualitas layanannya.
Praktik bisnis yang efisien melalui strategi keberlanjutan ini diyakini membuat Mitratel tidak hanya berbeda dengan pesaing, tetapi juga meningkatkan kepercayaan dan dukungan dari konsumen, investor, dan stakeholder lainnya.
Mengutip laporan keberlanjutan 2023, dalam mencapai target berkelanjutan, Mitratel membagi peta jalan dalam tiga fase. Dalam fase pertama tahun 2022 sampai 2024, perusahaan memperkuat tata kelola organisasi dengan mengevaluasi dan menyesuaikan struktur dan kebijakan internal, menegaskan praktik bisnis berkelanjutan, lalu melaporkan kinerja kepada pemangku kepentingan. Pada akhir dari fase pertama ini, Mitratel berkomitmen mempertimbangkan dampak, risiko, dan peluang lingkungan dan sosial pada seluruh aspek operasional bisnis.
Pada fase kedua, Mitratel akan mengimplementasikan strategi atau kerangka keberlanjutan yang telah ditetapkan sebelumnya dan mengawasi pencapaiannya.
Pada fase ketiga, Mitratel memiliki praktik bisnis yang berkelanjutan dan selaras dengan aspek ESG. Tujuan dari fase terakhir ini adalah menjalankan praktik bisnis secara konsisten dan mengevaluasi strategi yang diterapkan.
Fokus lingkungan
Nah, pada tahun 2024 ini, Mitratel bertujuan memperkuat komitmen strategi keberlanjutan. Fokus utamanya pada pengurangan dampak lingkungan, dengan cara adopsi dan integrasi teknologi ramah lingkungan di seluruh operasi.
Dari aspek lingkungan, Mitratel punya target mewujudkan komitmen net zero emission (NZE) tahun 2060. Bahkan, manajemen Mitratel percaya bisa mewujudkan lebih cepat dari target tersebut.
Teddy bilang, sejumlah upaya keberlanjutan yang telah dilakukan Mitratel untuk mengurangi dampak lingkungan antara lain dengan penerapan sistem manajemen lingkungan yang tersertifikasi dan penyempurnaan kebijakan lingkungan yang berkelanjutan.
Ada beberapa strategi Mitratel, salah satunya, mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang berasal dari bakar diesel pada generator di menara telekomunikasi (cakupan 1) dan penggunaan jaringan listrik pada menara (cakupan 2).
MTEL mencatat penurunan masing-masing sebesar 25% dan 9% untuk emisi cakupan 1 dan 2. Penurunan emisi ini juga diikuti penurunan intensitas emisi 11% dibandingkan tahun 2022.
Untuk menjaga efisiensi listrik dan bahan bakar diesel, Mitratel menerapkan sumber energi terbarukan. Mereka bersinergi dengan anak perusahaan lainnya di Grup Telkom untuk membangun menara telekomunikasi di daerah Non 3T (tertinggal, terdepan, terluar) sebanyak 561 site dengan sumber energi utama panel surya.
Panel surya digunakan sebagai alternatif energi ramah lingkungan untuk menara di lokasi off grid atau tidak terhubung ke jaringan listrik nasional, membantu mengurangi penggunaan bahan bakar diesel.
Pada tahun 2023, Mitratel menggunakan bahan bakar diesel sekitar 553.213 liter, berhasil menghemat sebanyak 187.552 liter atau berkurang 34% dibandingkan dengan tahun 2022.
Sejalan efisiensi penggunaan listrik, sampai 31 Desember 2023, konsumsi listrik Mitratel untuk operasional menara tercatat 30,07 juta kWh, turun 9,48% dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 33,22 juta kWh. Sedangkan penghitungan energi listrik di kantor tidak dihitung lantaran tidak signifikan.
Mitratel juga melakukan penggantian baterai pada menara rooftop dari jenis Valve Regulated Lead–Acid (VRLA) menjadi litium yang memiliki daya tahan lebih panjang, sehingga mengurangi limbah. Pada akhir 2023, terdapat 458 menara yang menggunakan baterai litium sebagai sumber energi, naik sekitar 32% dari 348 menara di tahun 2022.
Bukan hanya terkait energi, Mitratel mempertimbangkan bahan baku di menara dalam aspek menjaga lingkungan. Sejak tahun lalu, Mitratel uji coba penggunaan Glass Fiber Reinforced Polymer (GFRP) sebagai alternatif pengganti besi dalam konstruksi. Material ini disebut lebih ringan dari besi dan emisi yang lebih rendah dalam produksi dan transportasi.
Demi upaya pengembangan infrastruktur yang lebih ramah lingkungan, Mitratel mengimplementasikan desain first master dalam proses permanenisasi selubung menara, yang berhasil memangkas kebutuhan total material hingga 95% per proyek permanenisasi guyed mast. Di tahun 2023, terdapat 139 lokasi yang berhasil diperbaharui dengan desain ini.
Di lingkungan perkantoran, Mitratel menerapkan sistem paperless, penggunaan tanda tangan elektronik (e-sign), dan fungsi eBAST (berita acara serah terima).
Sepanjang tahun lalu, MTEL menggelontorkan Rp 8,4 miliar untuk biaya lingkungan atau environmental cost. Anggaran pos ini selalu naik, tercermin dari dua tahun sebelumnya Rp 6,4 miliar dan Rp 4 miliar.
Mitratel juga memperkuat aspek sosial. Di internal, Mitratel bertanggungjawab memberdayakan dan mendukung kesejahteraan karyawan menciptakan budaya kerja yang positif, meningkatkan produktivitas, dan membangun tim yang kuat.
Sedangkan eksternal, Mitratel mengukuhkan reputasi perusahaan di mata masyarakat, menciptakan hubungan yang baik dengan pelanggan dan mitra bisnis, serta memberi dampak positif dalam komunitas.
Mengutip laporan keberlanjutan Mitratel, untuk Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), Mitratel mengalokasikan dana Rp 1,71 miliar dan biaya lingkungan Rp 171 juta di tahun 2023. Angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 568 juta.
Prinsip governance atau tata kelola perusahaan yang baik juga jadi fondasi untuk membangun keberlangsungan perusahaan, yaitu dengan selalu mengupayakan struktur manajemen yang transparan, adil, dan efisien. Komitmen terhadap kepatuhan juga jadi strategi untuk menjaga reputasi dan kepercayaan pemangku kepentingan.
Aspek ekonomi
Pelaksanaan ESG Mitratel bukan tanpa tantangan. Dari sisi internal, insan Mitratel harus beradaptasi perubahan proses operasional dan adopsi teknologi ramah lingkungan.
Tantangan eksternal adalah konsumsi energi yang masih tinggi dalam operasional infrastruktur yang berkontribusi pada GRK. Di beberapa kawasan pedalaman, Mitratel berhadapan dengan risiko pencurian komponen infrastruktur sampai konflik lahan. Inisiatif keberlanjutan bisa mendukung proses pemerataan kebutuhan layanan komunikasi di Indonesia.
Namun, sejauh ini Mitratel masih mampu meningkatkan pendapatan dan laba. Kenaikan kinerja ini didukung oleh penambahan jumlah menara. Akhir tahun 2023, jumlah menara naik 7,3% menjadi 38.014 unit. Dan aset fiber optik melebar 95,4% menjadi 32.521 kilometer. Jumlah tenant pun naik 10,4% menjadi 57.409 penyewa.
Tahun 2023, Mitratel mencatatkan kenaikan pendapatan usaha 11,2% jadi Rp 8,6 triliun. Sedang laba bersihnya tumbuh 12,6% jadi Rp 2,01 triliun.
Dari pencapaian ini, Mitratel memutuskan untuk membagikan 70% laba sebagai dividen. Setiap investor akan menerima dividen Rp 18,2 per saham.
Di kuartal pertama 2024, Mitratel masih menyuguhkan kinerja keuangan yang solid dengan laba Rp 521 miliar, lebih tinggi 4% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Dengan strategi efisiensi dan upaya mencari pendapatan baru, sejumlah analis merekomendasikan untuk membeli saham MTEL. Analis NH Korindo Leonardo Lijuwardi menilai, Mitratel memiliki kinerja yang solid dan stabil. Bukan hanya ditopang oleh pertumbuhan menara, pertumbuhan laba akhir Maret 2024 lalu juga didukung oleh biaya operasional yang turun 3,8%.
Efisiensi biaya operasional ini didukung biaya perencanaan menara, operasional, dan pemeliharaan yang lebih rendah sampai 19% karena efisiensi. Selain itu, ada penurunan biaya lainnya sampai 56% karena transisi model bisnis MTEL. Leonardo memberikan rekomendasi beli MTEL dengan target harga Rp 765.
Analis Jonghoon Won dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia pun memberi rekomendasi buy bagi saham MTEL. Dari risetnya, dia menetapkan target harga Rp 790.
Bisnis Mitratel menarik dengan lini fiber optik bisa menjadi sumber pendapatan baru. Namun, dibayangi dengan tren suku bunga tinggi berkepanjangan. Sekadar mengingatkan, rekomendasi ini bukan ajakan beli. Sesuaikan keputusan dengan tujuan dan profil risiko Anda.