Tidak Cukup Melarang

Senin, 12 September 2022 | 08:00 WIB
Tidak Cukup Melarang
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Membangun industri yang kuat tidak cukup dengan memiliki sumber daya alam saja.  Jerman dan Jepang sudah membuktikannya. Kendati minim sumber daya alam, kedua negara itu punya industri yang berdaya saing. 

Pemahaman tentang peran sumber daya alam terhadap kemampuan sebuah negara dalam membangun industrinya, relevan belakangan ini.

Presiden Joko Widodo akhir pekan lalu mengakui kemungkinan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memenangkan gugatan Uni Eropa atas larangan bijih nikel yang diberlakukan Indonesia tahun lalu.

Menghadapi kemungkinan kalah di WTO, Presiden Jokowi juga para pembantunya sudah menyatakan akan memperjuangkan kepentingannya. Itu jelas politically correct.

Namun kita juga tidak bisa menutup mata terhadap posisi Indonesia di dunia. Andai WTO menyemprit kebijakan larangan ekspor bijih nikel, apa Indonesia bisa menolak? 

Karena sifatnya hipotesis, tidak perlu mencari jawaban bagi pertanyaan di atas. Yang lebih penting adalah membahas bagaimana Indonesia mampu mencapai tujuan dari pelarangan ekspor bijih nikel.

Pemerintah menyatakan pelarangan ekspor bijih nikel bertujuan untuk membangun industri hilir yang kuat. Di awal pelarangan, sekitar 2014, industri hilir yang dimaksud adalah smelter.

Dalam pelarangan gelombang kedua tahun lalu, hilirisasi yang menjadi target adalah industri yang terkait dengan mobil listrik.

Apa yang ingin dicapai pemerintah dengan melarang ekspor bijih nikel, yaitu membangun industri hilir, tidak keliru. Cuma selain mendapat penolakan dari dunia, strategi itu tidaklah jitu .

Seperti yang telah disebut di atas, sebuah negara membutuhkan lebih dari sekadar sumber daya alam untuk membangun industri yang kuat. Memang, negara yang miskin sumber daya alam, seperti Jerman dan Jepang akan lebih rentan di saat kondisi geopolitik bergejolak, seperti sekarang.

Vonis dari WTO seharusnya menjadi cermin pemerintah untuk  mengevaluasi kembali strateginya dalam membangun industri. 

Apakah hambatan investasi langsung yang kerap berdengung, seperti ketidakpastian politik dan hukum, ketersediaan infrastruktur dan sumber daya manusia yang kapabel, sudah terpecahkan? 

Menyelesaikan masalah-masalah yang kerap menyurutkan minat berbisnis itu sama pentingnya dengan mengamankan ketersediaan sumber daya alam yang dibutuhkan.

Bagikan

Berita Terbaru

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:28 WIB

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?

Analisis mendalam prospek saham BMRI dan BBRI di tengah pembagian dividen. Prediksi penguatan di 2026 didukung fundamental solid.

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:25 WIB

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Memasuki tahun 2026, pasar energi diprediksi akan berada dalam fase moderasi dan stabilisasi, harga minyak mentah cenderung tetap sideways.

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:20 WIB

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Risiko lanjutan aksi profit taking masih membayangi pergerakan indeks. Ditambah kurs rupiah melemah, menjebol level Rp 16.700 sejak pekan lalu. ​

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:15 WIB

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal

Pemicu pelemahan IHSG adalah tekanan pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan aksi ambil untung (profit taking) investor.

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:10 WIB

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan

Ruang pemulihan kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai terbuka, ditopang pengakuan awal penjualan lahan Subang Smartpolitan, 

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:59 WIB

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN

Bank Syariah Nasional langsung merangsek ke posisi dua dari sisi aset dan membawa DNA pembiayaan properti.

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:34 WIB

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang

Investor institusi global seperti Blackrock dan Vanguard mengakumulasi saham BUMI. Simak rekomendasi analis dan target harga terbarunya.

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:20 WIB

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026

Kadin melihat sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia pada tahun 2026,

INDEKS BERITA