Transaksi Modal Surplus, Namun FDI Masih Seret

Senin, 11 Februari 2019 | 04:24 WIB
Transaksi Modal Surplus, Namun FDI Masih Seret
[]
Reporter: Benedicta Prima | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -  jAKARTA. Bank Indonesia (BI) baru saja merilis data neraca pembayaran Indonesia sepanjang 2018. Kendati neraca pembayaran masih defisit, BI menyebut kinerja transaksi modal dan finansial triwulan IV-2018 surplus US$ 15,7 miliar, dan sepanjang 2018 mengalami surplus US$ 25,2 miliar.

Yang jadi catatan penting surplus terbesar justru berasal dari aliran modal asing yang masuk melalui investasi portofolio. Sifat investasi ini durasinya hanya jangka pendek, dan bisa serta merta hilang atau mengalir keluar. Itu sebabnya, Indonesia lebih membutuhkan investasi langsung atau foreign direct investment (FDI). Karena itulah, "Soal FDI, BI akan bersinergi dengan pemerintah," jelas Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo kepada KONTAN, Sabtu (9/2).

BI terus berupaya menjaga stabilitas moneter dan meneruskan reformasi struktural yang menjadi prasyarat terciptanya iklim investasi yang sehat dan mendorong FDI. Langkah lainnya menjaga inflasi tetap terkendali sesuai target atau lebih rendah serta menjaga nilai rupiah sesuai fundamentalnya.

Dody melihat, sudah melakukan perbaikan iklim investasi di dalam negeri. Lewat ragam paket kebijakan ekonomi dan penerapan online single submission (OSS).

Di sisi lain pemerintah telah memberikan insentif pajak untuk menarik masuknya investasi. Deputi Menko Perekonomian Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Iskandar Simorangkir menyebut, tahun lalu investasi baru penerima tax holiday nilainya mencapai Rp 240 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pernah merinci, realisasi tax holiday 2018 berasal dari 12 Wajib Pajak. Tipe Investasinya sebanyak 11 proyek investasi baru, dan 1 proyek ekspansi. Di antaranya berasal dari investasi infrastruktur kelistrikan 4 proyek, industri baja 7 proyek, dan industri kimia 1 proyek.

Sementara untuk realisasi tax allowance, Menkeu sudah menyetujui 149 fasilitas dari 132 Wajib Pajak 132. Adapun total rencana investasi mereka sebesar Rp 138,32 triliun dan US$ 9,6 miliar. Dari rencana investasi itu, yang sudah terealisasi Rp 63,5 triliun dan US$ 7,6 miliar.

Menurut Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistiangsih, kemudahan berbisnis alias ease of doing bussiness (EoDB) dan berbagai insentif seperti tax holiday atau tax allowance tidak cukup untuk memancing investor langsung. Ia menyarankan pemerintah menyiapkan strategi baru, seperti membuat pilihan prioritas sektor FDI.

Apalagi, selama ini FDI paling besar masuk ada di sektor sumber daya alam (SDA) yang sangat tergantung pada pergerakan harga komoditas. Jadi, investor yang bergerak di bidang ini memiliki kemungkinan menunda investasinya karena melihat harga komoditas masih rendah. "Coba mengundang FDI yang bisa membuka manufaktur," jelas Lana.

Jadi, tugas pemerintah punya peran besar dalam memperbanyak investasi asing masuk ke ranah industri. Sedang BI hanya mempermudah lalu lintas devisa.

Bagikan

Berita Terbaru

Berupaya Perbaiki Kinerja, Begini Rekomendasi Saham Krakatau Steel (KRAS)
| Kamis, 04 September 2025 | 12:00 WIB

Berupaya Perbaiki Kinerja, Begini Rekomendasi Saham Krakatau Steel (KRAS)

Dengan utilisasi yang lebih tinggi, efisiensi produksi diproyeksikan meningkat signifikan, sehingga mendorong kenaikan penjualan.

Cadangan Devisa Bank Sentral Dunia Berbentuk Emas Cetak Rekor, Melampaui US Treasury
| Kamis, 04 September 2025 | 10:03 WIB

Cadangan Devisa Bank Sentral Dunia Berbentuk Emas Cetak Rekor, Melampaui US Treasury

Hingga beberapa bulan mendatang, hampir seluruh bank sentral di dunia menyebut akan menambah cadangan emasnya.

Kerap Bikin IHSG Bergerak Semu, Bobot Saham DCII dan DSSA Sebaiknya Dipangkas
| Kamis, 04 September 2025 | 09:26 WIB

Kerap Bikin IHSG Bergerak Semu, Bobot Saham DCII dan DSSA Sebaiknya Dipangkas

IHSG bergerak menguat di tengah aksi jual investor asing yang selama ini dikenal lebih banyak berinvestasi di saham-saham big caps.

Perbankan Menggenjot Penyaluran Kredit ke Sektor Manufaktur
| Kamis, 04 September 2025 | 07:53 WIB

Perbankan Menggenjot Penyaluran Kredit ke Sektor Manufaktur

PT Bank Maybank Indonesia Tbk menyebut penyaluran kredit di sektor manufaktur masih berjalan normal dan terus tumbuh selama semester I 2025. 

Dorong Kinerja, JPFA Menggenjot Kontribusi di Program Makan Bergizi Gratis
| Kamis, 04 September 2025 | 07:53 WIB

Dorong Kinerja, JPFA Menggenjot Kontribusi di Program Makan Bergizi Gratis

JPFA berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam program MBG. Ada yang langsung ke dapur umum, ada juga yang melalui pihak lain.

Jual Sebagian Kepemilikan di Saham LINK, Begini Penjelasan Resmi Axiata Group Berhad
| Kamis, 04 September 2025 | 07:46 WIB

Jual Sebagian Kepemilikan di Saham LINK, Begini Penjelasan Resmi Axiata Group Berhad

Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd., telah menjual sebagian saham LINK dengan banderol jauh di bawah harga saat akuisisi 2022 lalu.

Kondisi Industri Media Menantang, Begini Strategi Duet VIVA dan MDIA
| Kamis, 04 September 2025 | 07:35 WIB

Kondisi Industri Media Menantang, Begini Strategi Duet VIVA dan MDIA

Tahun lalu pihaknya fokus pada restrukturisasi utang perusahaan yang dilanjutkan dengan optimalisasi strategi efisiensi pada tahun ini. 

Melihat Akar Masalah
| Kamis, 04 September 2025 | 07:20 WIB

Melihat Akar Masalah

Perekonomian nasional sedang tidak baik-baik saja, gelombang PHK belum berhenti, pengangguran naik, daya beli melemah.

Libur Panjang Akhir Pekan, Tiket Whoosh Laris
| Kamis, 04 September 2025 | 07:11 WIB

Libur Panjang Akhir Pekan, Tiket Whoosh Laris

Setiap hari, KCIC mengoperasikan 62 perjalanan Whoosh dengan headway setiap 30 menit sekali untuk rute Jakarta-Bandung PP

Manajemen HBAT Sebut, Lonjakan Harga Saham Akibat Dinamika Pasar
| Kamis, 04 September 2025 | 07:10 WIB

Manajemen HBAT Sebut, Lonjakan Harga Saham Akibat Dinamika Pasar

Lonjakan harga murni dinamika pasar. Tidak ada intervensi atau aksi korporasi tertentu yang memicu kenaikan harga.

INDEKS BERITA

Terpopuler