KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren harga komoditas energi diperkirakan masih akan stabil di level tinggi hingga akhir tahun ini. Geopolitik Rusia-Ukraina yang masih memanas membuat krisis energi masih berlangsung.
Inflasi yang tinggi juga menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi global. "Untuk proyeksi harga komoditas energi di kuartal IV tahun ini masih akan naik. Harga minyak berpotensi menemui resistance pada US$ 110 - US$ 120 per barel dengan potensi support berada pada kisaran harga US$ 85 - US$ 75 per barel," kata Research & Development ICDX, Girta Yoga.
Kemarin (25/10), hingga pukul 21.54 WIB harga minyak jenis WTI untuk pengiriman Desember ada di US$ 85,59 per barel, naik 1,19% dari hari sebelumnya. Harga gas alam ada di US$ 5,4 per MMbtu atau naik 3,85% dari hari sebelumnya. Sedangkan harga batubara turun 1,38% di US$ 386,05.
Baca Juga: Ada Ancaman Resesi Global, Analis Sebut Emas Jadi Safe Haven
Yoga memperkirakan, tren kenaikan harga komoditas energi juga akan dialami oleh gas alam. Dia memperkirakan harga gas alam berpotensi di angka US$ 7,50 - US$ 8,50 per mmbtu dengan support di US$ 4,5 - US$ 5,5.
Harga batubara pada kuartal IV juga dperkirakan bisa menyentuh level US$ 475 - US$ 500 per ton sedangkan level support harga batubara akan kisaran US$ 325 - US$ 350 per ton.
Research & Development ICDX, Taufan Dimas Hareva mengatakan, inflasi global masih cukup tinggi memang bisa menekan permintaan akan komoditas energi.
Namun karena di kuartal IV terjadi musim dingin maka kebutuhan beberapa negara subtropis akan energi meningkat. Hal ini tentu akan mengangkat harga komoditas energi. "Pasti ke depan harga energi semakin mahal dan sulit didapatkan," kata dia.
Di tengah fluktuasi harga komoditas, ICDX menyebut, transaksi tumbuh 58,6%. Di sepanjang tahun ini hingga Juli 2022, total transaksi yang terjadi di ICDX mencapai 540.000 lot naik dibandingkan tahun 2021 sebesar 340.000 lot. Pelaku pasar menilai, fluktuasi harga komoditas menjadi peluang menarik untuk meraih keuntungan perubahan harga.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Turun Terseret Data China, Brent ke US$93,10 dan WTI ke US$84,66