Uni Eropa Bakal Deklarasikan Kebijakan yang Berdampak Buruk ke Ekspor Sawit

Senin, 28 Januari 2019 | 06:26 WIB
Uni Eropa Bakal Deklarasikan Kebijakan yang Berdampak Buruk ke Ekspor Sawit
[]
Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Uni Eropa bakal mendeklarasikan Delegated Act pada Februari 2019. Deklarasi itu berarti kesiapan Uni Eropa mengimplementasikan Renewable Energy Directive (RED) II.

RED II merupakan kesepakatan mengenai penggunaan bahan bakar ramah lingkungan (biofuel) yang berlaku mulai 2020. Melalui kesepakatan ini, sepanjang 2020–2030, negara-negara Uni Eropa akan menetapkan kelapa sawit dalam kategori tanaman pangan risiko tinggi dan risiko rendah Indirect Land Usage Change (ILUC). Artinya, mereka akan membatasi penggunaan minyak sawit dan bahkan menghapusnya secara bertahap dari pasar bahan bakar nabati Uni Eropa.

Jelas, penerapan RED II bisa memengaruhi perdagangan minyak sawit dunia dunia ke Eropa. Karena itu, Pemerintah Indonesia berniat mengajukan keberatan kepada Dewan Pertimbangan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Mahendra Siregar, Staf Khusus Kementerian Luar Negeri, menyampaikan, RED II sejatinya sudah lahir pada 11 Desember 2018 lalu. "Selanjutnya, Delegated Act atau semacam komitmen implementasi ini akan terbit pada 1 Februari 2019 depan," katanya kepada KONTAN, Jumat (25/1).

Dalam penerapan RED II, sebenarnya Uni Eropa menetapkan, kewajiban pemenuhan 32% kebutuhan bahan bakar nabati untuk energi dari sumber terbarukan pada 2030 mendatang. Ini berarti, Uni Eropa membutuhkan sumber bahan bakar nabati dalam jumlah besar. Cuma, bahan bakar dari sawit atau biodiesel tak masuk daftar.

Itu sebabnya, Mahendra menegaskan, ini sebuah diskriminasi besar bagi sawit. Apalagi, parameter yang Uni Eropa terapkan pada ILUC tidak relevan untuk negara tropis. "Kriteria LUC disusun untuk menguntungkan komoditas lokal Uni Eropa seperti minyak rapeseed (bunga Brassica)," terang dia.

Menurut Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), kebijakan Uni Eropa tersebut bakal membuat ekspor biodiesel kita turun di tahun-tahun mendatang. Meski, sudah tidak lagi mengekspor biodiesel langsung ke Uni Eropa sejak 2014 lalu, tapi pada 2018 negara kita masih mampu mengekspor minyak sawit dalam jumlah yang cukup besar ke benua biru.

Kendati begitu, dalam catatan Sahat, sepanjang 2018 lalu Uni Eropa mengimpor minyak sawit dari Indonesia sebanyak 4,2 juta ton. Sebanyak 75% di antaranya mereka pakai untuk bahan baku biodiesel dan sisanya buat pangan. "Makanya, kami tak setuju dengan kriteria ILUC yang mereka tetapkan," tegas Sahat.

Porsi 75% dari penggunaan ekspor minyak sawit itu, Sahat menambahkan, setara dengan 3,1 juta ton. Nah, jumlah ini yang berpotensi tergerus kalau Uni Eropa menerapkan kebijakan RED II.   

Bagikan

Berita Terbaru

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi
| Jumat, 22 November 2024 | 08:15 WIB

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi

Keberadaan tiga BUMD pangan yang ada di Jakarta jadi kunci pengendalian inflasi di Provinsi DKI Jakarta

Mimpi ke Piala Dunia
| Jumat, 22 November 2024 | 08:00 WIB

Mimpi ke Piala Dunia

Indonesia harus mulai membuat cetak biru pengembangan sepakbola nasional yang profesional agar mimpi ke Piala Dunia jadi kenyataan.

Status Belum Jelas, Swasta Tunda Proyek Hotel IKN
| Jumat, 22 November 2024 | 07:30 WIB

Status Belum Jelas, Swasta Tunda Proyek Hotel IKN

Sampai saat ini, Presiden Prabowo Subianto belum juga menandatangani Keputusan Presiden (Kepres) soal pemindahan ibu kota.

Daya Beli Lesu, Bisnis Sepeda Layu
| Jumat, 22 November 2024 | 07:20 WIB

Daya Beli Lesu, Bisnis Sepeda Layu

Minat masyarakat untuk membeli sepeda tampak menyusut paska pandemi dan diperparah dengan pelemahan daya beli masyarakat.

Persaingan Makin Seru Pasca Merger EXCL dan FREN
| Jumat, 22 November 2024 | 06:30 WIB

Persaingan Makin Seru Pasca Merger EXCL dan FREN

PT XL Axiata Tbk (EXCL) mulai memasukkan pendapatan dari akuisisi pelanggan LINK  di kuartal IV 2024

Realisasi Kontrak Baru Wiajaya Karya Bangunan Gedung (WEGE) Rp 2,1 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 06:20 WIB

Realisasi Kontrak Baru Wiajaya Karya Bangunan Gedung (WEGE) Rp 2,1 Triliun

Perolehan itu masih jauh di bawah target penerimaan kontrak baru tahun ini yang sebesar Rp 5 triliun.

Tambah Modal, Lippo Cikarang (LPCK) Menggelar Rights Issue
| Jumat, 22 November 2024 | 06:20 WIB

Tambah Modal, Lippo Cikarang (LPCK) Menggelar Rights Issue

Issue. Aksi korporasi ini dilakukan LPCK usai mengantongi restu pemegang saham dalam RUPSLB yang digelar pada Selasa lalu (19/11).

Dian Swastatika (DSSA) Terbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 3,5 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 06:16 WIB

Dian Swastatika (DSSA) Terbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 3,5 Triliun

Emiten Grup Sinar Mas, PT Dian Swastatika menerbitkan obligasi serta sukuk mudharabah senilai Rp 3,5 triliun.

Daya Beli Masih Lesu, Prospek Emiten Resto Tak Lagi Lezat
| Jumat, 22 November 2024 | 06:13 WIB

Daya Beli Masih Lesu, Prospek Emiten Resto Tak Lagi Lezat

Setelah pemutusan hubungan kerja (PHK) di PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), hal serupa dilakukan PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA).

Emiten Melahap Cuan Dari Program Makan Bergizi Gratis
| Jumat, 22 November 2024 | 06:07 WIB

Emiten Melahap Cuan Dari Program Makan Bergizi Gratis

Program makan bergizi gratis dapat menjadi katalis positif bagi pertumbuhan kinerja keuangan para emiten. 

INDEKS BERITA

Terpopuler