Untuk Penuhi Kebutuhannya, India Akan Mengerek Produksi Batubara hingga 2024

Kamis, 13 Januari 2022 | 16:27 WIB
Untuk Penuhi Kebutuhannya, India Akan Mengerek Produksi Batubara hingga 2024
[ILUSTRASI. Infografik: Proyeksi pangsa produksi batubara dunia di tahun 2024.]
Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan terhadap batubara mengalami pemulihan di tahun 2021. Dalam laporan bertajuk Coal 2021, International Energy Agency (IEA) memproyeksikan permintaan dunia terhadap bahan bakar fosil sepanjang tahun lalu mencapai 7.906 juta ton (MT). Angka itu tumbuh 6% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Pemulihan permintaan terhadap batubara, seperti halnya komoditas energi lain, memang sudah diperkirakan banyak lembaga sebelumnya. Mengingat, lesunya permintaan di tahun 2020 yang menjadi basis perhitungan. 

Dampak pandemi Covid-19 mengakibatkan ekonomi dunia masih berputar lambat di 2020. Akibatnya, permintaan terhadap batubara mengalami penurunan sebesar 4,4% dari tahun sebelumnya menjadi 7.456 MT.

Namun di tahun berikutnya, permintaan meningkat jauh di atas perkiraan. IEA mencatat ada tiga alasan mengapa permintaan terhadap batubara mencuat tinggi di 2021. 

Baca Juga: 37 Kapal Angkut Batubara dari 21 Perusahaan Siap Berangkat Ekspor

Pertama, ekonomi dunia pulih lebih cepat daripada yang diperkirakan. Produk Domestik Bruto (PDB) secara global diestimasi tumbuh 5,8%. Kedua, situasi musim dingin yang lebih menggigit hingga mengungkit permintaan untuk batubara sebagai bahan bakar pemanas ruangan.

Ketiga, produksi batubara di sejumlah tempat mengalami hambatan. Kendala produksi ini tidak cuma cuaca yang buruk, tetapi juga penyebab lain. Misal, ketegangan diplomatik antara China dan Australia. 

Pemulihan permintaan yang lebih kuat itu tercermin dari pergerakan harga batubara sepanjang 2021. Pada Oktober, harga-harga indikator batubara bangkit dari kejatuhannya dan menyentuh rekor tertinggi.

Baca Juga: Realisasi DMO Batubara Tahun 2021 Mencapai 133 Juta Ton

Ambil contoh, harga FOB Newcastle batubara termal 6.000 kcal/kg. Setelah rontok ke posisi terendah selama 14 tahun terakhir, yaitu USD 46,5 per ton pada akhir Agustus 2020, harga tersebut naik lima kali lipat hingga USD 230 per ton di Oktober 2021. Itu adalah rekor tertingginya sepanjang masa.

Pergerakan harga batubara kokas juga mengalami pola yang serupa. Rontok ke bawah USD 100 per ton di akhir 2020, batubara kokas bangkit untuk menyentuh rekor harga tertingginya sepanjang masa, yaitu USD 390 per ton di Oktober 2021.

IEA memperkirakan, permintaan terhadap batubara akan tetap tinggi selama dua tahun mendatang. Memang, permintaan terhadap batubara dari Uni Eropa juga Amerika Serikat (AS) di periode tersebut akan mengalami penurunan. Proyeksi itu sejalan dengan upaya keda kawasan itu untuk memangkas jejak emisinya. 

Namun kenaikan permintaan batubara dari China dan India akan menutup penurunan di Uni Eropa dan AS. Dalam proyeksi IEA, permintaan dari China dan India jika ditotal akan setara dengan dua pertiga dari seluruh permintaan global dunia, selama 2022-2024.

Untuk mengurangi ketergantungannya terhadap impor, China dan India diproyeksikan akan mengerek produksi batubara lokalnya. IEA memprediksi produksi batubara di seluruh dunia pada 2024 akan mencapai 8.014 juta ton. Angka itu lebih 1,58% dibandingkan dengan proyeksi produksi batubara dunia di tahun 2021 versi IEA, yaitu 7.889 ton. 

Sedangkan di tahun 2022, IEA memproyeksikan produksi batubara dunia akan mencapai titik tertingginya sepanjang masa, yaitu 8.111 juta ton. Proyeksi angka produksi yang tinggi di tahun 2022 itu didasarkan atas perkiraan bahwa stok yang dimiliki dunia di tahun 2020 sudah tergerus di tahun 2021.

Baca Juga: Masih Kawal Aspek Legal, Kementerian BUMN Berencana Bubarkan PT PLN Batubara

Untuk memenuhi kebutuhannya yang semakin meningkat, IEA memprediksi India akan menjadi negara dengan penambahan kapasitas produksi batubara terbesar. Proyeksi IEA, kapasitas produksi batubara India akan tumbuh hingga 163 juta ton di tahun 2024.

Sedangkan kapasitas produksi batubara China bertambah 57 ton dalam dua tahun ke depan. Rusia dan Pakistan akan mengalami peningkatan produksi masing-masing 16 juta ton dan 12 juta ton.

IEA juga memprediksi AS dan Uni Eropa akan mengalami penurunan produksi batubara dalam dua tahun ke depan. Pada 2024, kapasitas produksi di AS turun 44 juta ton dari angka saat ini. Penurunan produksi batubara di Uni Eropa akan lebih dalam lagi, yaitu 82 juta ton.

Dengan proyeksi semacam itu, IEA pun memperkirakan China yang merupakan negara pengguna batubara terbesar di dunia, juga menyandang status sebagai pemasok batubara terbesar. Porsinya 50%. Sedangkan Indonesia akan menjadi pemasok batubara terbesar keempat di dunia, dengan persentase 7%. (Lihat infografik).

Bagikan

Berita Terbaru

Pergerakan Saham Sido Muncul (SIDO) Jelang Cum Dividen Hari ini, Senin  (10/11)
| Senin, 10 November 2025 | 05:26 WIB

Pergerakan Saham Sido Muncul (SIDO) Jelang Cum Dividen Hari ini, Senin (10/11)

Komitmen SIDO dalam pembagian dividen patut diapresiasi, karena itu memberi kepercayaan lebih bagi investor.

Fore Kopi Indonesia (FORE) Membuka Lebih dari 60 Gerai Baru
| Senin, 10 November 2025 | 05:20 WIB

Fore Kopi Indonesia (FORE) Membuka Lebih dari 60 Gerai Baru

Ritel kedai kopi dengan konsep premium affordable ini membukukan pendapatan sekitar Rp 1,04 triliun selama periode sembilan bulan 2025.

Atasi Perang Tarif, OJK Siapkan Batas Bawah Tarif IJP
| Senin, 10 November 2025 | 04:50 WIB

Atasi Perang Tarif, OJK Siapkan Batas Bawah Tarif IJP

OJK bersama asosiasi akan menetapkan batas bawah IJP guna menjaga iklim usaha yang sehat dan kompetitif.

IHSG Berada di Rekor Tertinggi, Intip Prediksi dan Rekomendasi Saham Hari Ini
| Senin, 10 November 2025 | 04:45 WIB

IHSG Berada di Rekor Tertinggi, Intip Prediksi dan Rekomendasi Saham Hari Ini

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,69% ke level 8.394,59 pada perdagangan Jumat (7/11). Ini adalah rekor penutupan tertinggi IHSG. 

Efek Tas dan Pena PM Jepang
| Senin, 10 November 2025 | 04:24 WIB

Efek Tas dan Pena PM Jepang

Kecenderungan pejabat yang gemar menonjolkan produk-produk asing menunjukkan lemahnya kepercayaan diri terhadap industri nasional.

Produksi Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Semakin Memanas
| Senin, 10 November 2025 | 04:20 WIB

Produksi Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Semakin Memanas

PGEO mencatatkan produksi energi yang disalurkan melalui PLTP Kamojang mencapai 1.326 Gigawatt jam (GWh) sepanjang sembilan bulan pertama 2025.

Pilihan Investasi Terbatas, Asuransi Syariah Andalkan SBSN
| Senin, 10 November 2025 | 04:15 WIB

Pilihan Investasi Terbatas, Asuransi Syariah Andalkan SBSN

Industri asuransi syariah dihadapkan pada pilihan investasi yang lebih terbatas dibanding pemain konvensional saat kondisi pasar berfluktuasi.

Rupiah di Awal Pekan Ini Berpotensi Menguat Terbatas
| Senin, 10 November 2025 | 04:13 WIB

Rupiah di Awal Pekan Ini Berpotensi Menguat Terbatas

Rupiah dipengaruhi sentimen cadangan devisa. Posisi cadangan devisa meningkat US$ 1,19 miliar dolar AS pada bulan Oktober 2025 

Kebut Penjualan Mobil hingga Ujung Tahun
| Senin, 10 November 2025 | 04:10 WIB

Kebut Penjualan Mobil hingga Ujung Tahun

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil secara wholesales pada bulan lalu mencapai 74.019 unit.

Emiten Migas Harus Kerja Keras Menjaga Margin
| Senin, 10 November 2025 | 04:10 WIB

Emiten Migas Harus Kerja Keras Menjaga Margin

Sebagian besar kinerja emiten minyak dan gas (migas) masih tertekan oleh pelemahan harga komoditas energi

INDEKS BERITA