Upaya Memangkas Biaya Logistik Makin Urgen untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi

Kamis, 25 November 2021 | 11:05 WIB
Upaya Memangkas Biaya Logistik Makin Urgen untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi
[ILUSTRASI. Biaya logistik di Indonesia menelan 23% dari produk domestik bruto (PDB). ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/Lmo/hp.]
Reporter: Abdul Basith Bardan, Herry Prasetyo, Siti Masitoh | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah proses pemulihan dari pandemi Covid-19, efisiensi logistik dinilai menjadi kunci penting untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Maklum, isu biaya logistik yang mahal bukan barang baru di Indonesia.

Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk mewujudkan ekosistem rantai pasok yang efektif dan sistem logistik yang efisien. 

Oktober lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meresmikan penggabungan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) ke dalam satu wadah. Penggabungan Pelindo I, Pelindo II, Pelindo II, dan Pelindo IV itu sebetulnya sudah dirancang sejak tujuh tahun lalu. 

Presiden Jokowi meyakini, kehadiran holding perusahaan pelabuhan itu bisa meningkatkan keterhubungan logistik di Indonesia. Harapannya, biaya logistik di Indonesia bisa terus ditekan dan mampu bersaing dengan negara lain. 

Baca Juga: Sarimelati Kencana (PZZA) Kejar Target Bangun 50 Gerai Baru Pizza Hut

Sementara itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia telah membentuk Badan Logistik dan Rantai Pasok. Badan ini bertujuan untuk mengadaptasi dan membangun ekosistem rantai pasok yang efektif.

Kepala Badan Logistik dan Rantai Pasok Kadin Indonesia Akbar Djohan, Rabu (24/11) menyatakan, Badan Logistik dan Rantai Pasok harus mampu menjadi “driven” dari sistem pasar baik itu market-demand dan market-creation. Badan bentukan Kadin ini diharapkan bisa lebih responsif dan efektif menyelesaikan berbagai kendala distribusi, terutama di tengah situasi pandemi Covid-19. 

Selain itu, kehadiran Badan Logistik dan Rantai Pasok ini diharapkan dapat menghilangkan hambatan dan gangguan yang tidak perlu. Badan logistik partikelir ini juga akan mendorong transformasi digital, baik dalam perdagangan mau pun konektivitas. 

Transoformasi digital, seperti diketahui, telah memunculkan konsep smart logistic alias Logistic 4.0 dalam rangka memodernisasi cara kerja logistik yang berbasis teknologi. 

Kepala  Badan  Pengkajian  dan  Pengembangan  Perdagangan  (BPPP) Kementerian  Perdagangan  Kasan  menegaskan,  Kementerian  Perdagangan mendukung  penerapan Logistic 4.0 (smart  logistic) guna mewujudkan perdagangan dalam negeri yang efisien.

“Penerapan Logistic 4.0 perlu diupayakan untuk memperbaiki sistem distribusi domestik. Sebab, sebagai negara  kepulauan,  Indonesia  memerlukan  peran  logistik  untuk  mewujudkan  perdagangan  dalam negeri yang efisien,” kata Kasan, dalam laporan resminya, Kamis (25/11).

Baca Juga: Mitra Keluarga (MIKA) Alokasikan Rp 300 Miliar untuk Menambah Jaringan Rumah Sakit

Seperti diketahui, biaya logistik Indonesia menelan 23% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Hal itu menunjukkan adanya inefisiensi mengingat biaya logistik di negara lain dapat mencapai 12% PDB.

Direktur Strategi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Prasetyo mengungkapkan, dar 23% biaya logistik terhadap PDB, biaya logistik di laut hanya sekitar 2,8 persen. “Yang lainnya terdistribusi pada beberapa peran yaitu darat, utamanya di inventory dan beberapa bagian lain," katanya dalam sebuah diskusi virtual, Sabtu (20/11) lalu.

Menurut Prasetyo, ada lima faktor utama pemicu biaya logistik tinggi. Pertama regulasi dari pemerintah, terutama dalam hal ekosistem atau pelayanan logistik. Kedua, efisiensi value chain darat karena keterbatasan infrastruktur dan kurangnya konektivitas antara darat dengan pelabuhan. 

Ketiga, efisiensi value chain maritim yang masih belum optimal. Contohnya pelayaran dengan menggunakan kapal-kapal kecil untuk mengangkut logistik ke Indonesia Timur. Keempat,  terkait kinerja operasi dan pengembangan atau optimalisasi kapasitas dari infrastruktur pelabuhan. 

Kelima adalah supply and demand yang tidak seimbang karena masih terpusat di Pulau Jawa. “Kami berharap dengan merger Pelindo I,II,III, dan IV menjadi Pelindo, biaya logistik ini bisa dioptimalkan. Kami bisa melakukan efisiensi dalam beberapa strategi seperti standardisasi SDM, dan juga capex untuk berinvestasi," ujarnya.

Baca Juga: Sarimelati Kencana (PZZA) Kejar Target Bangun 50 Gerai Baru Pizza Hut

Siswanto Rusdi, Direktur Namarin Institute, lembaga independen yang berfokus pada isu sektor kemaritiman, mengatakan, sebagai negara kepulauan, pelabuhan menjadi salah satu kunci pendorong ekonomi Indonesia. Sayangnya, operasional pelabuhan di Indonesia masih boros biaya. Akibatnya biaya logistik menjadi sangat mahal sehingga daya saing nasional sulit beranjak naik. 

Dengan adanya integrasi semua pelabuhan milik BUMN dalam satu atap komando, diharapkan setiap pelabuhan memiliki sistem dan standar kualitas layanan yang sama. Namun,pembentukan holding pelabuhan juga harus diikuti dengan kebijakan yang mampu memangkas mata rantai birokrasi yang selama ini menciptakan ekonomi biaya tinggi.

Baca Juga: Perusahaan Salim Group Profit Taking di Saham Bank Mega Milik Chairul Tanjung

Siswanto mengungkapkan, efisiensi logistik pelabuhan dapat dimulai dengan mengeluarkan regulasi yang mengatur biaya forwarder yang selama ini tidak terkontrol. Sebab, instrumen biaya forwarder ini sering kali memicu biaya logistik mahal. Biaya di luar pelabuhan yang tidak terkendali juga memicu ongkos logistik menjadi tidak pasti. 

Siswanto menjelaskan, biaya mahal logistik sejatinya dapat ditelusuri sejak barang diangkut dari gudang milik konsumen hingga sampai ke lokasi tujuan. Dari mata rantai perjalanan barang tersebut, berbagai biaya sudah mengikuti. Mulai biaya yang sifatnya pasti maupun biaya lain yang seringkali tidak terukur. 

Itu sebabnya, menurut Siswanto, efisiensi logistik harus lebih fokus pada aktivitas yang berada di darat, seperti memperpendek birokrasi dan mendorong digitalisasi layanan pelabuhan agar biayanya semakin terukur dan pasti. "Efisiensi logistik ini akan mendorong percepatan pemulihan ekonomi kita," ujar Siswanto.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Pasar Wait and See, Kinerja Obligasi Kurang Amunisi
| Selasa, 11 November 2025 | 15:52 WIB

Pasar Wait and See, Kinerja Obligasi Kurang Amunisi

Laju penguatan kinerja obligasi pemerintah terjegal oleh faktor eksternal. Bagaimana sebaiknya strategi investor?

Menyeragamkan Kategori Rekening Dormant Agar Tak Timbul Masalah
| Selasa, 11 November 2025 | 10:45 WIB

Menyeragamkan Kategori Rekening Dormant Agar Tak Timbul Masalah

OJK terbitkan POJK 24/2025, standar baru klasifikasi rekening aktif, tidak aktif, dan dormant, serta prosedur reaktivasi untuk melindungi nasabah.

Strategi Menyelam di Koin-Koin Micin Kripto
| Selasa, 11 November 2025 | 09:17 WIB

Strategi Menyelam di Koin-Koin Micin Kripto

Koin-koin micin memang biasanya tidak membutuhkan modal besar untuk menggerakkan harganya, sehingga sangat mudah dipompa dan dijatuhkan.

BI Pastikan Redenominasi Tak Kurangi Daya Beli
| Selasa, 11 November 2025 | 08:50 WIB

BI Pastikan Redenominasi Tak Kurangi Daya Beli

Penyusunan RUU Redenominasi tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 7/2025           

Purbaya Meminta Pemda Percepat Belanja
| Selasa, 11 November 2025 | 08:35 WIB

Purbaya Meminta Pemda Percepat Belanja

Instruksi itu tertuang dalam surat resmi bernomor S-662/MK.08/2025 yang bersifat segera, ditujukan kepada para gubernur, bupati, dan wali kota

Menakar Peluang Perluasan Objek Cukai
| Selasa, 11 November 2025 | 08:18 WIB

Menakar Peluang Perluasan Objek Cukai

 Rencana perluasan objek cukai di luar rokok dan minuman beralkohol bakal menghadapi tantangan berat

Beban Keuangan Membengkak, Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ) Mendekap Kerugian
| Selasa, 11 November 2025 | 08:07 WIB

Beban Keuangan Membengkak, Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ) Mendekap Kerugian

PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) ​ membukukan rugi bersih Rp 88,46 miliar di periode sembilan bulan tahun 2025. 

Cari Dana Bayar Utang, Cakra Buana Resources (CBRE) Akan Menggelar Rights Issue
| Selasa, 11 November 2025 | 08:00 WIB

Cari Dana Bayar Utang, Cakra Buana Resources (CBRE) Akan Menggelar Rights Issue

Seluruh saham yang akan dilepas PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) merupakan saham atas nama dengan nilai nominal Rp 25 per saham.

Bumi Resources (BUMI) Resmi Jadi Pemilik 100% Saham Wolfram
| Selasa, 11 November 2025 | 07:55 WIB

Bumi Resources (BUMI) Resmi Jadi Pemilik 100% Saham Wolfram

Total nilai akuisisi yang digelontorkan emiten batubara Grup Bakrie itu mencapai AUS$63,5 juta atau setara Rp 698,98 miliar.

Kinerja Emiten Grup Triputra Semakin Berjaya
| Selasa, 11 November 2025 | 07:47 WIB

Kinerja Emiten Grup Triputra Semakin Berjaya

Kenaikan volume penjualan dan rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) ​mendukung kinerja emiten Grup Triputra.

INDEKS BERITA

Terpopuler