Utang Luar Negeri Swasta per Mei Meningkat 7,4% YoY

Selasa, 16 Juli 2019 | 07:52 WIB
Utang Luar Negeri Swasta per Mei Meningkat 7,4% YoY
[]
Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ekspansi kegiatan usaha berjalan perlahan di saat risiko ketidakpastian meingkat. Hal itu terlihat dari posisi utang luar negeri (ULN) swasta per Mei 2019 yang tumbuh melambat dibanding kan dengan April 2019.

Bank Indonesia (BI) Senin (15/7) mengumumkan posisi, total ULN Indonesia per akhir Mei 2019 sebesar US$ 386,1 miliar. Angka ini tumbuh 7,4% year on year (yoy), atau melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ULN akhir April sebesar 8,8% yoy.

ULN sektor swasta (termasuk BUMN) per April mencapai US$ 196,9 miliar atau tumbuh 11,3% yoy. Angka ini melambat ketimbang pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 14,7% yoy. Bahkan, posisi ULN itu turun 1,46% dari bulan April, yang merupakan penurunan pertama kali sepanjang 2019.

Perlambatan itu, menurut analisa BI, berasal dari menurunnya posisi utang di sektor jasa keuangan dan asuransi. Padahal, porsi utang sektor ini cukup besar terhadap total ULN Indonesia.

Selain itu, ULN swasta juga didominasi oleh sektor sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa keempat sektor ini mencapai 75,2% terhadap total ULN swasta.

Sementara posisi ULN pemerintah pada Mei 2019 tercatat sebesar US$ 186,3 miliar atau tumbuh 3,9% yoy. Pertumbuhan ULN pemerintah meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,4% yoy, yang berasal dari penerbitan global bonds.

Secara umum, BI memandang struktur utang luar negeri Indonesia saat ini tetap sehat. Kondisi tersebut tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 36,1% pada Mei 2019, relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya.

Menurut analisa Peneliti Institute Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara, melambatnya ULN swasta terutama karena sektor jasa keuangan menandakan bank menahan ekspansi penyaluran kredit. Hal itu, lantaran perusahaan masih mempertimbangkan sejumlah faktor. Mulai dari pertumbuhan kredit konsumsi yang rendah dan kredit investasi, serta modal kerja yang pertumbuhannya belum terlalu tinggi.

"Makanya perbankan lebih banyak mengendalikan risiko. Itu yang mungkin membuat ULN swasta tumbuh lambat," kata Bhima kepada KONTAN, kemarin.

Selain itu, ada indikasi perlambatan pertumbuhan ULN swasta melambat lantaran menunggu penurunan suku bunga bank sentral (Amerika Serikat (AS). "Kalau (bunga The Fed) turun, mencari pendanaan luar negeri mungkin relatif murah," tambah Bhima. Namun dengan catatan, risiko bisnis juga mereda.

Bagikan

Berita Terbaru

Pendapatan Merosot Dua Digit, Laba Adhi Karya (ADHI) Melesat 17,98% Pada 2024
| Kamis, 06 Maret 2025 | 01:45 WIB

Pendapatan Merosot Dua Digit, Laba Adhi Karya (ADHI) Melesat 17,98% Pada 2024

Emiten BUMN karya ini mencetak laba bersih Rp 252,49 miliar pada 2024, naik 17,98% secara tahunan dari Rp 214,01 miliar pada 2023.​

Pengendali Menjual 1,04 Miliar Saham Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ)
| Kamis, 06 Maret 2025 | 01:35 WIB

Pengendali Menjual 1,04 Miliar Saham Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ)

PT Surya Cipta Inti Cemerlang, pengendali PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) menjual 1,04 miliar saham di SRAJ senilai Rp 280 per saham. ​

AVIA Bakal Merampungkan Akuisisi di 2025, Begini Prospek Bisnisnya Tahun Ini
| Rabu, 05 Maret 2025 | 18:59 WIB

AVIA Bakal Merampungkan Akuisisi di 2025, Begini Prospek Bisnisnya Tahun Ini

AVIA juga mengagendakan buyback saham sebanyak-banyaknya 1,42 miliar lembar saham dengan anggaran Rp 1 triliun.

Dua Anak Usaha Erajaya (ERAA) Kompak Lakukan Penurunan Modal Dasar, Ini Alasannya
| Rabu, 05 Maret 2025 | 15:50 WIB

Dua Anak Usaha Erajaya (ERAA) Kompak Lakukan Penurunan Modal Dasar, Ini Alasannya

Manajemen ERAA menyadari tantangan dalam penjualan alat elektronik, terutama di tengah kondisi ekonomi yang memengaruhi daya beli masyarakat.​

Mengenal Peta Perdagangan Batubara Global: Indonesia, Australia, Rusia Berebut Pasar
| Rabu, 05 Maret 2025 | 14:33 WIB

Mengenal Peta Perdagangan Batubara Global: Indonesia, Australia, Rusia Berebut Pasar

Menjadi negara dengan ekspor batubara terbesar, Indonesia memimpin daftar 10 negara dengan ekspor batubara terbesar pada tahun 2023.

PHK di Bisnis Hotel Efek Efisiensi Anggaran
| Rabu, 05 Maret 2025 | 09:40 WIB

PHK di Bisnis Hotel Efek Efisiensi Anggaran

Kota-kota yang terdampak penurunan okupansi paling dalam terjadi di wilayah Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya.

Pebisnis Komponen Mengutak-atik Strategi dengan Diversifikasi
| Rabu, 05 Maret 2025 | 09:25 WIB

Pebisnis Komponen Mengutak-atik Strategi dengan Diversifikasi

Pasar kendaraan listrik di Indonesia mulai tumbuh seiring kehadiran berbagai merek dan model baru dalam beberapa tahun terakhir.

Diskon Tarif Tol Tak Menekan Jasa Marga & Hutama Karya
| Rabu, 05 Maret 2025 | 09:10 WIB

Diskon Tarif Tol Tak Menekan Jasa Marga & Hutama Karya

Jasa Marga dan Hutama Karya memastikan kebijakan diskon tarif jalan tol sebesar 20% selama periode Nyepi dan Lebaran 2025

Dulu Sempat Jadi Milik Pertamina, Patra Bangun Properti Kini Menyandang Status Pailit
| Rabu, 05 Maret 2025 | 08:10 WIB

Dulu Sempat Jadi Milik Pertamina, Patra Bangun Properti Kini Menyandang Status Pailit

Pada 2009 Pertamina menyerahkan 95% saham PT Usayana, pemilik tidak langsung Patra Bangun Properti kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).

Kementerian BUMN: Maroef Cocok Memimpin Mind ID
| Rabu, 05 Maret 2025 | 06:51 WIB

Kementerian BUMN: Maroef Cocok Memimpin Mind ID

Pengangkatan Maroef sebagai Dirut baru Mind ID juga telah dikonfirmasi oleh salah satu Komisaris Mind ID, Fuad Bawazier.

INDEKS BERITA

Terpopuler