Wall Street: Dow Jones dan S&P Turun, Pasar Mengkhawatirkan Jumlah Pekerjaan Hilang

Jumat, 14 Agustus 2020 | 06:44 WIB
Wall Street: Dow Jones dan S&P Turun, Pasar Mengkhawatirkan Jumlah Pekerjaan Hilang
[ILUSTRASI. Pelaku pasar masih menyimpan kekhawatiran akan banyaknya akumulasi pekerjaan yang mungkin hilang secara permanen di masa pandemi Virus Corona. Kondisi tersebut bisa mengakibatkan luka yang lebih dalam karena tunjangan pengangguran sebesar US$ 600 telah be]
Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

KONTAN.CO.ID - NEW YORK (MarketWatch). Dua indeks utama Wall Street yakni Dow Jones turun 80,12 poin atau 0,3% menjadi 27.896,72. Lalu S&P 500 kehilangan 6,92 poin 0,2% sehingga ditutup di 3.373,43 setelah secara intraday sempat naik ke puncak 3.387,24. Hanya The Nasdaq Composite yang masih tumbuh 30,27 poin atau 0,3% menjadi 11.042,50.

Pada perdagangan sebelumnya Hari Rabu, Dow Jones naik 289,93 poin atau 1,1% menjadi 27.976,84 sedangkan S&P tumbuh 46,66 poin atau 1,4% menjadi 3.380,35. Adapun Nasdaq melompat 229,42 poin atau terungkit 2,1% menjadi 11.012,24.

Baca Juga: Target Minimal Sudah Tercapai, IHSG Rawan Aksi Ambil Untung

S&P 500 gagal finish dengan rekor dalam dua hari berturut-turut. Padahal level tersebut sangat menggoda sejalan dengan laporan klaim tunjangan pengangguran.

Kondisi tersebut juga diikuti oleh seri data pemerintah dalam seminggu terakhir yakni turun menjadi 963.000. Para ekonom yang disurvei sebelumnya oleh MarketWatch, rata-rata memperkirakan nilai yang lebih tinggi dari penyesuaian secara musiman atas klaim awal yang berkhir pada 8 Agustus.

Pelaku pasar masih menyimpan kekhawatiran akan banyaknya akumulasi pekerjaan yang mungkin hilang secara permanen di masa pandemi Virus Corona. Kondisi tersebut bisa mengakibatkan luka yang lebih dalam karena tunjangan pengangguran sebesar US$ 600 telah berakhir pada akhir bulan lalu. Belanja konsumen akan terbebani untuk periode yang lebih lama.

Baca Juga: Kurs Rupiah Hari Ini (14/8) Menanti Pidato Pertanggungjawaban Presiden Jokowi

Mary Daly, Presiden San Francisco Federal Reserve Bank pada Hari Rabu berbicara selama secara virtual dalam acara yang diselenggarakan oleh Klub Ekonomi Las Vegas. Dia mengatakan, bantuan tambahan untuk pemerintah negara bagian dan lokal akan penting untuk mencegah pengurangan yang lebih dalam pada layanan dan pemecatan pekerja publik.

"Ini menciptakan potensi lubang, sedikit lubang dalam permintaan konsumen dan pengeluaran konsumen," kata Daly.

Sementara itu, pejabat tinggi Demokrat dan Gedung Putih telah gagal memecah kebuntuan atas putaran bantuan Virus Corona. Masing-masing pihak saling menyalahkan terjadinya kebuntuan yang terus berlanjut sejak sejumlah negosiasi untuk memperpanjang sejumlah langkah, gagal dilakukan pada akhir pekan lalu. 

Selama akhir pekan Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk sebagian dari langkah-langkah tersebut. Namun Gedung Putih menghadapi tantangan hukum dan keraguan atas keefektifannya karena kendala logistik.

Baca Juga: Industri Pariwisata Tirap, Pendapatan PT Bayu Buana Tbk (BAYU) Susut 60,91%

Diane Jaffee, Senior Portfolio Manager TCW  mengatakan, ini baru satu minggu dimana banyak orang Amerika tidak mendapatkan penopang untuk masalah pengangguran. Amerika mungkin tidak melihat konsekuensi penuh setelah hanya satu minggu.

Jaffee mencatat, tingkat tabungan orang Amerika telah merosot selama beberapa bulan terakhir. "Saya sedikit optimistis, tetapi saya pikir kita harus mengambil data ini dengan hati-hati dan stimulus fiskal itu sangat penting," katanya.

Jaffee yang juga seorang value investor, mengamati dengan cermat upaya pasar untuk beralih ke saham yang bernilai. Namun, rotasi itu tampaknya sedikit berjeda dalam beberapa hari terakhir karena kurangnya kemunculan katalis baru.

Penyebab investor menahan saham-saham itu karena keyakinan nyata bahwa Amerika telah menangani virus. Amerika mengalami salah satu pemulihan ekonomi terlama dalam satu generasi tetapi investor tidak pernah benar-benar mempercayainya. 

Namun investor selalu melihat ke belakang pada Krisis Keuangan Besar (Great Financial Crisis) yangn jauh lebih nyaman dari sisi pertumbuhan. "Nilai tidak mendapatkan banyak cinta. Begitu kita mendapatkan perawatan yang efektif, kita memiliki semua likuiditas yang akan segera masuk dengan cepat," tutur Jaffee.

Baca Juga: Setelah Sempat Merugi, WICO Akhirnya Cuan di Semester I Tahun Ini

Pasar saham secara luas telah didukung oleh data ekonomi yang tetap relatif optimistis. Meskipun jumlah kasus Virus Corona baru terus-menerus tinggi di AS.

Menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins, jumlah kasus terkonfirmasi Covid 19 secara global naik menjadi 20,6 juta pada Kamis, dengan jumlah kematian meningkat menjadi 749.656. Setidaknya 12,8 juta orang dipastikan telah pulih. AS memiliki 5,19 juta kasus dengnan kematian mencapai 166.027.

Pasar ekuitas di AS dan tempat lain merasa nyaman dengan fakta bahwa data ekonomi menunjukkan sisi ketahanan terhadap lonjakan infeksi virus. "Ini telah terjadi pada ekonomi AS untuk sementara waktu dan kita juga dapat melihatnya di Asia,” kata Kit Juckes, Ahli Strategi Makro Global Société Générale, dalam sebuah catatan.

Biarpun jumlah kasus di AS tetap tinggi, investor tampaknya fokus pada perlambatan jumlah infeksi baru. Menurut New York Times, dalam seminggu terakhir rata-rata terdapat 53.723 kasus per hari di AS atau turun 17% dari rata-rata dua minggu sebelumnya.

Dalam pemberitaan ekonomi terpisah, harga impor naik untuk tiga bulan berturut-turut. Hal itu enandai lompatan tiga bulan terbesar sejak 2011 meskipun harga masih lebih rendah untuk tahun ini. 

Bagikan

Berita Terbaru

Garuda Metalindo (BOLT) Genjot Kinerja di Pengujung Tahun
| Jumat, 08 November 2024 | 06:15 WIB

Garuda Metalindo (BOLT) Genjot Kinerja di Pengujung Tahun

BOLT mengantisipasi penurunan penjualan komponen otomotif dengan fokuspada distribusi komponen untuk non otomotif.

Rapor Ekonomi
| Jumat, 08 November 2024 | 06:08 WIB

Rapor Ekonomi

Banyak pihak khawatir, pemerintahan baru justru tak bisa bergerak cepat karena terjebak oleh kesibukan administrasi.

Saham Sektor Energi dan Pertambangan Terpapar Efek Kemenangan Donald Trump
| Jumat, 08 November 2024 | 06:05 WIB

Saham Sektor Energi dan Pertambangan Terpapar Efek Kemenangan Donald Trump

Barisan saham sektor energi dan tambang mineral logam tertekan dampak dari kemenangan Donald Trump di pilpres AS.

Obligasi Indonesia Diklaim Masih Atraktif
| Jumat, 08 November 2024 | 06:00 WIB

Obligasi Indonesia Diklaim Masih Atraktif

Yield SBN domestik masih lebih tinggi dari beberapa negara tetangga di Asia seperti Malaysia yang cuma 1,6%

Program B40 Dibayangi Mandeknya Produksi CPO
| Jumat, 08 November 2024 | 06:00 WIB

Program B40 Dibayangi Mandeknya Produksi CPO

Indonesia harus memacu produktivitas sawit agar tidak mengganggu target ekspor minyak sawit atau crude palm oil (CPO).

Kredit Paylater Multifinance Naik Pesat
| Jumat, 08 November 2024 | 05:45 WIB

Kredit Paylater Multifinance Naik Pesat

Bisnis paylater perusahaan pembiayaan makin populer karena juga bisa dipakai saat transaksi offline dan juga online

Direktur Utama Borong Saham Segar Kumala (BUAH)
| Jumat, 08 November 2024 | 05:45 WIB

Direktur Utama Borong Saham Segar Kumala (BUAH)

Pembelian saham yang dilakukan Renny Lauren selaku direktur utama bersifat pribadi dengan tujuan investasi. 

Pendapatan Asli Daerah Belum Optimal Mendukung Pembangunan Daerah
| Jumat, 08 November 2024 | 05:36 WIB

Pendapatan Asli Daerah Belum Optimal Mendukung Pembangunan Daerah

Ruang fiskal di daerah perlu diperluas dengan memastikan pengelolaan dan kinerja pendapatan asli daerah (PAD) dioptimalkan.

Kemenangan Trump Menantang Otot Rupiah
| Jumat, 08 November 2024 | 05:21 WIB

Kemenangan Trump Menantang Otot Rupiah

Bank Indonesia diperkirakan akan menggunakan cadangan devisa untuk menjaga pergerakan nilai tukar rupiah

Indonesia Membutuhkan Investasi Jumbo agar Ekonomi Berlari Kencang
| Jumat, 08 November 2024 | 04:45 WIB

Indonesia Membutuhkan Investasi Jumbo agar Ekonomi Berlari Kencang

Pemerintah perlu menggerakkan sejumlah sektor utama pendorong ekonomi, mulai dari konsumsi hingga investasi.

INDEKS BERITA

Terpopuler