Wealth Management, Tak Lagi Identik dengan Nasabah Tajir

Senin, 14 April 2025 | 12:47 WIB
Wealth Management, Tak Lagi Identik dengan Nasabah Tajir
[ILUSTRASI. Nasabah BCA bertransaksi menggunakan aplikasi Wealth Management (WELMA). WELMA merupakan aplikasi mobile Wealth Management dari BCA yang digunakan untuk transaksi (jual-beli) produk investasi seperti reksadana, obligasi dan edukasi asuransi. ]
Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Nina Dwiantika

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi segmen affluent dan high net worth individuals alias orang kaya yang terus tumbuh. Buktinya, data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menunjukkan, total nilai simpanan nasabah perbankan dengan saldo di atas Rp 500 juta per rekening tumbuh 3%, dari Rp 6.327,56 triliun di 2023 menjadi Rp 6.580,62 triliun pada 2024 lalu.

Tentu saja, angka simpanan yang naik itu karena jumlah rekening dengan nominal di atas Rp 500 juta ikut tumbuh sebesar 4% menjadi 1,6 juta rekening, dari posisi 1,5 juta rekening.

Artinya, dari data tersebut, ada peluang kebutuhan pengelolaan aset dari para nasabah berkantong tebal. Salah satunya, pengelolaan kekayaan lewat layanan wealth management. Tidak hanya mengincar dana-dana para nasabah kaya, saat ini layanan wealth management lebih membumi dengan menyasar nasabah kelas menengah yang ingin naik kelas.

Untuk itu, demi memanjakan nasabah, perbankan terus meningkatkan layanan dan produk pada rangkaian bisnis wealth management. Di antaranya, menjadikan layanan wealth management sebagai solusi investasi yang ramah di kantong dan tetap bisa menghimpun imbal hasil kian kinclong.

Jauh lebih awal, PT Bank Central Asia (BCA) Tbk sudah memberikan layanan wealth management untuk seluruh nasabah. Tidak hanya jadi milik orang kaya, melalui aplikasi Welma, layanan wealth management hadir untuk nasabah kelas menengah yang ingin mengelola kekayaannya.

EVP Corporate and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, dalam menyediakan layanan wealth management, BCA menawarkan berbagai produk yang bisa dipilih sesuai kebutuhan nasabah. Yang paling ramah adalah, nasabah bisa berinvestasi mulai dari Rp 10.000 untuk produk investasi di reksadana. Lalu, dengan modal Rp 1 juta sudah bisa berinvestasi di surat berharga negara (SBN) di pasar perdana dan pasar sekunder.

Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Hera bilang, bisnis wealth management BCA memiliki tren positif seiring peningkatan kesadaran masyarakat dalam mempersiapkan masa depan lewat investasi. Pada Desember 2024 lalu, BCA mencatat, dana kelolaan atau asset under management (AUM) dari wealth management totalmencapai Rp 268 triliun atawa tumbuh 35% secara year on year (yoy).

"Jumlah investor produk reksadana dan obligasi tumbuh lebih dari 20% yoy," ungkap Hera kepada KONTAN.

Sejalan dengan peningkatan jumlah investor, AUM dari reksadana dan obligasi ikut tumbuh lebih dari 30%. Adapun jumlah transaksi investasi dari Welma tumbuh 34%. Kontribusi transaksinya atas pengelolaan kekayaan mencapai 85%.

Alhasil, ke depan, BCA optimistis, bisnis wealth management tumbuh secara positif, seiring kesadaran literasi keuangan masyarakat terus meningkat. BCA pun berkomitmen untuk terus meningkatkan layanan ini, sehingga dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan bisnis perseroan.

Senada, Consumer Banking Director PT Bank DBS Indonesia, Melfrida Gulton menyampaikan, lewat DBS Treasures dan DBS Treasures Private Client, banknya bisa mendukung nasabah prioritas untuk mengoptimalkan aset investasi dan bisnis. Per Desember 2024, jumlah nasabah DBS Treasures dan DBS Treasures Private Client mendekati angka 55.000 orang, dengan target tumbuh sebesar 20% di akhir 2025 nanti.

Saat ini, DBS Treasures ditujukan untuk nasabah affluent yang terdiri dari 66% pemilik bisnis, 16% karyawan swasta, 15% kalangan profesional, dan lain-lain. Melfrida menyebutkan, segmen ini mengalami kesulitan dalam mencari mitra yang bisa diandalkan, baik secara finansial, bisnis, maupun kehidupan pribadi. Oleh karena itu, mereka membutuhkan perbankan yang mampu mendukung mereka untuk menaklukkan setiap peluang, baik yang besar maupun kecil.

Sedangkan DBS Treasures Private Client ditujukan untuk nasabah high net worth individual, yang saat ini terdiri dari 40% pemilik bisnis, 18% kalangan profesional, 15% ibu rumahtangga, dan lain-lain.

Dari kelompok ini, kompleksitas informasi untuk mengambil keputusan finansial yang tepat menjadi tantangan di tengah gaya hidup mereka yang sibuk. Mereka pun memiliki prioritas untuk mempersiapkan generasi penerus. Oleh karena itu, mereka membutuhkan private banking yang dapat mendukung upaya mereka dalam menjaga dan mengoptimalkan kekayaan hingga lintas generasi.

"Nasabah prioritas terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, dengan total AUM lebih dari Rp 93 triliun atau naik 10% di akhir 2024. Sedangkan untuk 2025, Bank DBS menargetkan pertumbuhan sebesar 20%," sebut Melfida.

Berdasarkan data Bank DBS, produk yang paling banyak diminati saat ini adalah obligasi pemerintah, reksadana, dan valuta asing (FX). Nah, Melfrida menuturkan, obligasi pemerintah tetap menjadi pilihan utama bagi nasabah yang mencari investasi dengan tingkat keamanan yang relatif tinggi dan imbal hasil yang menarik.

Sementara reksadana menawarkan diversifikasi portofolio yang lebih luas dan fleksibilitas dalam berinvestasi sesuai profil risiko masing-masing nasabah. Di sisi lain, produk FX diminati nasabah yang ingin memanfaatkan peluang dari pergerakan nilai tukar mata uang, baik untuk lindung nilai (hedging) maupun diversifikasi aset.

"Kami melihat, tren tersebut mencerminkan kebutuhan nasabah yang berbeda-beda dengan manajemen portofolio yang semakin dipersonalisasi di tengah dinamika pasar saat ini," tambah Melfrida.

Sebagai bank syariah, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk turut berpartisipasi dalam memberikan layanan wealth management. Saat ini, nasabah wealth management di Bank Muamalat mayoritas berasal dari nasabah prioritas dengan profil mulai wirausaha, profesional, hingga eksekutif.

Tak mau hilang kesempatan, Sekretaris Korporasi Bank Muamalat Hayunaji menyatakan, di tahun ini, dengan peningkatan layanan investasi melalui MDIN ,harapannya, bisa menjangkau lebih banyak kalangan, seperti kelompok nasabah gen Z hingga gen Alfa untuk menjadi investor baru.

Dalam menjalankan bisnis wealth management, Bank Muamalat mencatat, terdapat sekitar 6.000 investor dan memiliki target minimal peningkatan 100% nasabah baru sampai akhir 2025. Dari jumlah ini, dana kelolaan wealth management di Bank Muamalat tumbuh 15% secara year to date (ytd), dan bisa tumbuh minimal 100% di akhir tahun nanti.

Saat ini, Bank Muamalat memiliki produk investasi dari SBSN yang dijual pada masa initial public offering (IPO) maupun di pasar sekunder, reksadana open end hingga reksadana terproteksi, dan bancassurance. Berdasarkan data per Februari 2025, instrumen investasi terbanyak yang diminati oleh nasabah adalah SBSN diikuti dengan produk bancassurance dan reksadana

Sedikit berbeda, PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk tetap fokus pada pengembangan bisnis wealth management nasabah jumbo. SEVP Wealth Management BNI Steven Suryana membeberkan, strategi banknya saat ini adalah fokus melakukan upgrade nasabah potensial yang memiliki AUM di kisaran Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar untuk bisa naik kelas jadi nasabah BNI Emerald.

Untuk itu, BNI Emerald membidik nasabah baru di antaranya melalui value chain dari nasabah business banking dan para pemilik merchant yang bekerjasama dengan bank ini.

"Kami menargetkan pertumbuhan yang agresif tahun ini sejalan rencana ekspansi bisnis yang telah ditetapkan oleh perusahaan," ucap Steven.

BNI mencatat pertumbuhan portofolio tabungan nasabah Emerald sebanyak 17% dan nasabah private naik 28% dari periode yang sama tahun lalu. Beragam produk perbankan dan pasar modal yang menyasar segmen kelas atas ini mendorong peningkatan bisnis wealth management di BNI.

Sementara dana kelolaan untuk segmen Emerald tumbuh 11% dan segmen private banking meningkat 22%. Sebagai informasi, nasabah BNI Emerald merupakan nasabah perorangan dengan kepemilikan AUM mulai Rp 1 miliar, sedang nasabah private memiliki AUM lebih dari Rp 15 miliar.

Baca Juga: Minat Investasi di Obligasi Naik, Dana Kelolaan Wealth Management Melesat

Perkaya fitur produk

Tak mau berpangku tangan, perbankan terus mengembangkan inovasi pada layanan wealth management. Contoh, dengan penambahan produk hingga peningkatan fitur.

Dalam mengelola keuangan, terdapat tiga pilar penting di BCA, yakni wealth accumulation, wealth protection dan wealth transfer. Untuk wealth accumulation, nasabah bisa memanfaatkan solusi investasi dari BCA melalui produk reksadana dan obligasi. Sedangkan untuk kebutuhan wealth protection dan wealth transfer, bisa memanfaatkan solusi proteksi bancassurance.

Sebagai bagian dari upaya BCA meningkatkan kemudahan nasabah dengan mengemas nama fitur secara fungsional, mulai 23 April 2025, nama fitur Welma di myBCA akan berubah menjadi fitur Investasi.

Hera mengatakan, BCA terus meningkatkan layanan wealth management. Misalnya, fitur Investment Goals di Welma pada aplikasi myBCA untuk membantu nasabah merencanakan dan mengelola investasinya dengan lebih sistematis, sesuai tujuan finansial yang ingin mereka capai.

Melalui myBCA, nasabah bisa menikmati investasi secara berkala, membandingkan produk, kelola portofolio investasi, akses market update, edukasi investasi, hingga transaksi perbankan dalam satu aplikasi. Selain itu, nasabah bisa menggunakan SBN sebagai agunan saat mengajukan berbagai kebutuhan kredit mereka.

Melfrida menyampaikan, DBS Treasures dan Treasures Private Client juga terus berinovasi dalam menyediakan solusi wealth management yang sesuai kebutuhan nasabah. Di tahun ini, Bank DBS akan meluncurkan beberapa produk investasi baru, seperti reksadana serta produk terstruktur.

Selain itu, Bank DBS akan terus mendukung pemerintah melalui distribusi penjualan obligasi yang diterbitkan oleh negara sebagai bagian dari komitmen dalam menawarkan instrumen investasi.

Di sisi lain, Steve bilang, dengan kapabilitas perbankan yang didukung kerjasama berbagai partner, BNI memberikan berbagai produk, seperti tabungan, giro, dan deposito. Lalu, produk pasar modal, seperti obligasi negara dan korporasi, reksadana, referral saham, serta produk structured dan derivatif seperti FX Swap.

"Kami melihat antusiasme dari nasabah serta calon nasabah untuk bergabung menjadi nasabah baru wealth management BNI Emerald dengan berbagai produk dan program eksklusif," imbuh Steve.

Inisiatif BNI memperkuat basis nasabah next generation juga dilakukan dengan berbagai program sesuai minat dan passion dari mereka.

BNI pun terus melakukan inovasi dan kerjasama dalam menyediakan produk baru, yang harapannya bisa mendorong peningkatan segmen tersebut. Salah satunya, menyediakan fasilitas kredit dengan jaminan obligasi bagi debitur individu dan korporasi untuk kebutuhan produktif. Lalu, BNI Instan untuk keperluan konsumsi bagi debitur individu.

Selain itu, BNI Emerald menawarkan spesial tarif untuk transaksi dalam mata uang asing, serta pembelian rumah dan kendaraan melalui Oto Loan. Untuk transaksi dan investasi, sebagian besar nasabah menempatkan dananya di tabungan dan deposito. Untuk investasi, masih dominan di produk yang likuid.

Baca Juga: BNI Luncurkan Layanan Wealth Management di Singapura,Gandeng Schroders dan Fullerton

Selanjutnya: Harga Kelapa Melejit Gara-Gara Pasokan Seret dan Ekspor Meningkat

Bagikan

Berita Terbaru

Total Dividen BBNI Berjumlah Rp 13,9 T, Badan Usaha Asing Kebagian Jatah Rp 3,42 T
| Selasa, 15 April 2025 | 17:42 WIB

Total Dividen BBNI Berjumlah Rp 13,9 T, Badan Usaha Asing Kebagian Jatah Rp 3,42 T

Rasio dividen BBNI atas kinerja tahun 2024 mencapai 65%, lebih tinggi dibanding rasio dividen atas kinerja di tahun-tahun sebelumnya.

Industri Tertekan, PGN (PGAS) Jelaskan Hitung-hitungan Harga Gas Regasifikasi
| Selasa, 15 April 2025 | 16:59 WIB

Industri Tertekan, PGN (PGAS) Jelaskan Hitung-hitungan Harga Gas Regasifikasi

Gas regasifikasi merupakan alternatif pasokan yang ditawarkan kepada seluruh pelanggan, baik PGBT maupun Non-PGBT.

Profit 32,70% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (15 April 2025)
| Selasa, 15 April 2025 | 08:40 WIB

Profit 32,70% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (15 April 2025)

Harga emas Antam hari ini (15 April 2025) 1 gram Rp 1.896.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 32,70% jika menjual hari ini.

Tren Kenaikan Pembelian Emas di Indonesia dan Global Diprediksi akan Terus Berlanjut
| Selasa, 15 April 2025 | 08:02 WIB

Tren Kenaikan Pembelian Emas di Indonesia dan Global Diprediksi akan Terus Berlanjut

Perkembangan tren dedolarisasi yang semakin cepat belakangan ini kian mendukung kenaikan harga emas.

Rupiah Menanti Petunjuk dari Rilis Data Ekonomi
| Selasa, 15 April 2025 | 07:47 WIB

Rupiah Menanti Petunjuk dari Rilis Data Ekonomi

Penguatan rupiah berpotensi berlanjut seiring tekanan jual dolar Amerika Serikat (AS) yang masih akan terjadi. 

Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) Masih Sulit Mendongkrak Kinerja
| Selasa, 15 April 2025 | 07:45 WIB

Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) Masih Sulit Mendongkrak Kinerja

Pelemahan harga batubara global masih menjadi sentimen utama yang menekan kinerja PT Indo Tambangraya Megah Tbk

Dolar AS Kehilangan Kepercayaan, Yen Jadi Pilihan
| Selasa, 15 April 2025 | 07:42 WIB

Dolar AS Kehilangan Kepercayaan, Yen Jadi Pilihan

Penguatan JPY berpotensi berlanjut hingga akhir tahun seiring sejumlah keunggulannya di tengah kondisi global yang tak pasti.

Perkara Mirae Asset Sekuritas Vs Sultan Subang, PN Jaksel Kabulkan Keberatan Mirae
| Selasa, 15 April 2025 | 07:41 WIB

Perkara Mirae Asset Sekuritas Vs Sultan Subang, PN Jaksel Kabulkan Keberatan Mirae

Sebanyak 40 nasabah termasuk Sultan Subang Asep Sulaeman Sabanda menggugat Mirae dengan nilai sengketa Rp 8,17 triliun.

Gejolak Kurs Membebani Alat Berat
| Selasa, 15 April 2025 | 07:34 WIB

Gejolak Kurs Membebani Alat Berat

Penurunan permintaan terutama dari sektor dengan tingkat permintaan tinggi seperti pertambangan dan konstruksi

Sulitnya Membuka Akses Pasar Perikanan di Luar AS
| Selasa, 15 April 2025 | 07:30 WIB

Sulitnya Membuka Akses Pasar Perikanan di Luar AS

AP5I  meminta pemerintah untuk segera merampungkan revisi Peraturan Pemerintah (PP) No. 85 Tahun 2021 tentang Jenis dan Tarif atas PNBP di KKP.

INDEKS BERITA

Terpopuler