Berita

XL Axiata (EXCL) Membangun Ekosistem Efisien Dengan Menerapkan ESG

Rabu, 21 Februari 2024 | 10:08 WIB
XL Axiata (EXCL) Membangun Ekosistem Efisien Dengan Menerapkan ESG

ILUSTRASI. Tampilan fitur XL Poin di aplikasi myXL, saat peluncuran di Jakarta, Rabu (24/1/2024). (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)

Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Pada pertengahan Februari tahun ini, PT XL Axiata Tbk (EXCL) merilis laporan keuangan. Hasilnya cakep, dengan pertumbuhan dua digit. Dari kinerja sepanjang tahun lalu, XL mengantongi laba mencapai Rp 1,27 triliun, lebih tinggi 14,57% dari kinerja tahun sebelumnya Rp 1,1 triliun.

Pendorong laba adalah kenaikan pendapatan yang juga dua digit. Pendapatan tercatat Rp 32,32 triliun atau naik 10,91% dari sebelumnya Rp 29,14 triliun. Penyumbang pendapatan terbesar adalah segmen daya dan layanan digital, tercatat naik 10,75% menjadi Rp 29,4 triliun.

Pertumbuhan juga terjadi di segmen jasa interkoneksi dan jasa telekomunikasi, managed service, dan jasa teknologi informasi. Dengan begitu, XL bisa menjaga kinerja pendapatan meski segmen percakapan dan SMS turun tipis.

Sepanjang 2023 lalu, traffic data XL melonjak 21% menjadi  9.638 petabytes. Inilah yang mendorong kontribusi layanan Data dan Digital menjadi sebesar 91% dari total pendapatan, bersama dengan basis pelanggan yang berkualitas sebanyak 57,5 juta pelanggan.

“Peningkatan sarana digital,  kualitas infrastruktur jaringan, serta adopsi teknologi yang relevan di semua lini bisnis, telah mampu meningkatkan kualitas layanan dan mampu mendorong peningkatan traffic data, yang berkontribusi pada peningkatan ARPU (average revenue per user) menjadi Rp 43.000,” ungkap Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini dalam keterangan resmi.

Tak ketinggalan, kinerja kinclong XL tahun lalu juga didukung  strategi efisiensi di semua lini bisnis. Salah satunya, efisiensi pada pengeluaran untuk keperluan penjualan dan pemasaran yang ditekan menjadi 6%, didorong oleh peningkatan penggunaan sarana digital aplikasi MyXL dan AXISnet. 

Hingga akhir 2023, kedua aplikasi tersebut memiliki total pengguna aktif per bulan sebanyak 29 juta, atau naik hampir 2 kali lipat dalam periode dua tahun terakhir. Intinya, secara keseluruhan, kenaikan OPEX XL Axiata mampu dikendalikan hingga lebih rendah dari pertumbuhan pendapatan.

Pada sisi infrastruktur jaringan, hingga akhir 2023, perusahaan dengan dengan kapitalisasi pasar lebih dari Rp 30 triliun ini menambah jumlah base transceiver station (BTS) sebanyak 14.101 hingga total menjadi 160.124 atau naik 10% year on year. Dari jumlah sebanyak itu, 104.993 di antaranya adalah BTS 4G. Sementara fiberisasi telah mencapai 61% dari total BTS di berbagai penjuru Indonesia. Fiberisasi ini cara menghubungkan BTS dengan jalur fiber yang dapat meningkatkan kualitas layanan data 4G dan untuk mempersiapkan 5G.

Di 2023 lalu, XL juga agresif untuk layanan home dan penetrasi convergence lewat fixed mobile convergence (FMC). Pelanggan layanan home telah mencapai 235.000, sementara penetrasi konvergensi di level 75%. Dengan produk XL Home dan XL Satu Fiber di 86 kota/kabupaten ini, total homes passed sebanyak dua juta.

Kinerja yang solid dari XL ini tak terlepas dari langkah perusahaan menerapkan strategi yang mengutamakan lingkungan (environment), sosial (social), dan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) atau ESG. 

Berbagai inisiatif program ESG memungkinkan XL melakukan inovasi solusi digital, menekan biaya, menjaga pertumbuhan secara sehat, sekaligus berkontribusi luas pada lingkungan dan masyarakat sebagai dua hal yang turut menentukan pertumbuhan usaha.  

Reza Mirza, Group Head Corporate Communication XL Axiata, menyebutkan, pada dasarnya, ESG sudah menjadi DNA XL Axiata dalam menjalankan operasi bisnis. Keuntungan dari menerapkan prinsip ESG adalah bisa menciptakan ekosistem operasi yang lebih efisien dan efektif. Misalnya, inisiatif power transformation berkontribusi untuk cost saving atau penghematan biaya.

XL memang masih menghadapi tantangan dalam menerapkan ESG. Ketika penerapan ESG hanya bisa dilakukan dengan kolaborasi berbagai departemen dan stakeholders, kesadaran atau awareness menjadi tantangan tersendiri, mengingat tidak semua karyawan dan pemangku kepentingan mengerti soal ESG. 

“Padahal, pada praktiknya, inisiatif dan program yang dijalankan merupakan bentuk penerapan prinsip ESG, sehingga menyebarluaskan pemahaman mengenai ESG menjadi langkah awal yang digencarkan agar karyawan paham dan mengerti tentang penerapan prinsip ESG di XL Axiata,” kata Reza.

Kontribusi sosial

Namun, selain membuahkan hasil kinerja ekonomi yang positif, penerapan prinsip ESG dalam kegiatan operasional dan aktivitas bisnis juga berkontribusi pada masyarakat luas melalui program-program XL.

“SisterNet dan Pesantren Digital adalah program unggulan dari sisi sosial yang bertujuan untuk berkontribusi pada masyarakat. Program ini menyasar pada pemberdayaan wanita dan santri di berbagai daerah di Indonesia,” sebut Reza.

Sisternet merupakan program pemberdayaan dan peningkatan kapasitas perempuan, terutama para penggerak UMKM, melalui edukasi digital secara gratis. Harapannya, perempuan Indonesia tumbuh dan meningkat kehidupannya melalui pemanfaatan internet dan teknologi menuju industri 4.0. Sejak meluncur 2015, Sisternet yang merupakan jaringan dan program digitalisasi ini telah memiliki 43.000 anggota. 

Sedangkan Pesantren Digital adalah solusi digital yang bisa dimanfaatkan oleh pengelola pondok pesantren. Salah satunya, solusi internet of things (IoT). Harapannya bisa meningkatkan produktivitas di pesantren, termasuk kegiatan ekonomi dan kewirausahaan. 

Misalnya, pada Desember lalu, program Pesantren Digital dikenalkan di Ponpes Madrasatul Quran At Tauhid, Sidoarjo, Jawa Timur, untuk budidaya magot. Secara teknis, solusi ini memiliki sejumlah fitur pemantauan lingkungan dan kontrol suhu atau kelembaban di lokasi peternakan magot. Lebih dari itu, pemanfaatan IoT bisa mempermudah perencanaan, proyeksi, hingga perawatan. 

Untuk sisi sosial, XL Axiata akan terus menambah kerjasama dengan berbagai instansi agar penerima manfaat dari program sosial perusahaan telekomunikasi ini bertambah.

Meski dua program tersebut jadi andalan XL, mereka memiliki kebijakan keberlanjutan yang dijalankan melalui peta jalan Pilar 4P. Yaitu, membangun kesejahteraan (building prosperity), membangun SDM (nurturing people), keunggulan proses (process excellence), serta peduli Bumi dan masyarakat (planet and society). 

Tujuan dari kebijakan keberlanjutan di XL adalah untuk membangun ekosistem digital guna menjembatani gap atau jurang digital, dengan mempertimbangkan aspek ESG.

Kontribusi lingkungan

Selain untuk sosial, masih dalam pilar keberlanjutan, XL juga punya inisiatif untuk lingkungan. Tujuannya, untuk menurunkan emisi karbon sampai 45% pada 2030 nanti. Perusahaan ini telah menjalankan beberapa inisiatif di lingkup operasional. Misalnya, penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) dalam operasional. 

Selama beberapa tahun terakhir, XL Axiata telah mengadaptasi teknologi ramah lingkungan dan energi terbarukan, seperti penggunaan solar panel dan baterai lithium sebagai pengganti genset di BTS yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain menekan tingkat emisi, green BTS juga diklaim lebih hemat konsumsi energi. 

Nah, tahun ini, XL memiliki beberapa rancangan untuk meningkatkan kinerja keuangan dengan menerapkan ESG dalam operasionalnya. Salah satunya, dengan meneruskan transformasi digital yang berkontribusi pada masyarakat banyak. 

Program digitalisasi ini, misalnya, menghadirkan layanan penjualan online XL Store, di mana pelanggan bisa beli kartu perdana fisik XL dan e-SIM lengkap dengan paket internet kuota besar. Untuk pengiriman kartu fisik, ongkos kirimnya flat Rp 9.000 ke seluruh wilayah Indonesia. Sejak peluncuran Maret 2023, pengguna e-SIM XL Axiata sudah mencapai lebih dari 200.000 pengguna.

Dalam laporan keberlanjutan tahun buku 2022, XL di 2024 menargetkan percepatan upaya efisiensi energi dengan lebih serius mengurangi aktivitas pengurangan karbon cakupan 1 dan 2. Cakupan 1 untuk emisi yang dihasilkan langsung seperti dari unit transportasi. Sedangkan cakupan 2 merupakan emisi yang berasal dari listrik yang dibeli dari pihak lain.

Selain itu, XL akan meningkatkan pembelian energi terbarukan untuk mendukung kegiatan jaringan usaha.  “Saat ini, XL juga sedang memetakan sumber-sumber energi terbarukan yang dapat digunakan sebagai sumber energi untuk network atau jaringan BTS XL Axiata di berbagai wilayah di Indonesia,” kata Reza.  

Terkait kinerja keuangan, XL mengincar  pertumbuhan pendapatan high single digit di akhir 2024 nanti dan mencapai margin EBITDA sekitar 50%. Anggaran belanja modal (capex) yang mereka alokasikan tahun ini Rp 8 triliun. 

Reza yakin, pertumbuhan bisnis layanan data masih sangat terbuka, di mana persaingan dari sisi kualitas dan pelayanan menjadi hal utama. Ini menjadi tantangan bagi industri telekomunikasi untuk memastikan ketersediaan layanan internet dengan harga kompetitif namun sebanding dengan kualitas layanan yang diberikan. Sehingga, industri telekomunikasi bisa tetap sehat dalam memberikan layanan berkualitas. 

XL akan menangkap peluang bisnis di tahun ini dan mendatang dengan meningkatkan layanan konvergensi, meningkatkan pengalaman pelanggan lebih, baik secara menyeluruh, end to end, maupun dengan strategi perluasan jaringan.

Tahun lalu, XL Axiata dan Link Net menandatangani kesepakatan kerjasama pembangunan dan pengoperasian jaringan tiga juta home passed. Targetnya, delapan juta home passed dalam lima tahun ke depan.

XL Axiata juga terus mengembangkan produk ke segmen korporat dan usaha kecil menengah (UKM). Pengembangan layanan ke kedua segmen ini dinilai selasar dengan terus meningkatnya kebutuhan atas layanan information and communication Technology (ICT), IoT, dan Big Data.

Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu menilai saham XL memiliki prospek positif. Menurut dia, strategi FMC yang dimulai tahun ini sudah bisa terlihat dampaknya pada kinerja tahun depan. 

Ditambah adanya spekulasi merger dengan FREN yang secara logika masuk akal untuk dilakukan, mengaca pada kejadian merger Indosat-Tri, di mana setelah merger, kondisi keuangannya membaik.

Selain itu, konsolidasi di industri telko nantinya akan membantu menaikkan rate of return terutama di segmen data. Chandra merekomendasikan buy EXCL dengan target harga Rp 2.930 per saham. 

Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy juga menilai positif prospek industri telekomunikasi. Optimismenya datang dari kelanjutan persaingan yang lebih sehat di bisnis data mobile hingga potensi peningkatan kinerja keuangan mereka.

Paulus memperkirakan, XL akan mencetak pertumbuhan laba lebih baik didorong oleh pertambahan pelanggan hasil akuisisi Link Net, serta penetrasi FMC yang gencar.

Paulus merekomendasikan buy saham EXCL dengan target harga Rp 2.510. Namun, dia mengingatkan, potensi saham EXCL lebih volatil karena perkembangan rencana merger dengan FREN terkait nilai, skema, dan sinergi operasionalnya, serta pengembangan program FMC XL Satu.

Terbaru
IHSG
7.328,16
1.12%
81,46
LQ45
920,14
1.19%
10,84
USD/IDR
16.070
-0,38
EMAS
1.343.000
0,81%