Berita Bisnis

Rajin Belajar dan Kerja dari Rumah Bikin Bisnis Laptop Ini Cerah

Minggu, 09 Agustus 2020 | 06:25 WIB
Rajin Belajar dan Kerja dari Rumah Bikin Bisnis Laptop Ini Cerah

Reporter: Asnil Bambani Amri, Jane Aprilyani | Editor: Asnil Amri

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wabah Covid-19 telah mengubah banyak hal, termasuk perilaku manusia dalam beraktivitas sehari-dari. Salah satunya kegiatan interaksi dengan orang lain, baik untuk bekerja atau belajar.
Sebelum ada wabah, bekerja dan belajar dilakukan dengan cara bertemu fisik. Namun saat wabah mendera, interaksi tersebut sontak tergantikan dengan interaksi online dengan bantuan komputer, laptop, notebook, maupun dengan telepon seluler (ponsel).
Perubahan pola interaksi ini tak lepas dari peran pemerintah yang menginstruksikan para pekerja untuk bekerja dari rumah alias work from home (WFH) dan pelajar untuk belajar dari rumah. Peralihan aktivitas inilah yang mendongkrak permintaan produk teknologi informasi (TI), khususnya laptop dan notebook.
Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi sudah menjadi fenomena global. International Data Center (IDC) menaksir, kenaikan permintaan perangkat IT ini, termasuk data inteligence dan aplikasi, akan tumbuh 12,3% tahun ini ketimbang tahun 2019. Meski pertumbuhannya lebih lambat ketimbang tahun sebelumnya, tapi kondisinya lebih baik dari sektor industri lainnya.  
Adapun sampai kuartal II–2020, telah terjadi kenaikan pengiriman komputer dan laptop sebesar 18,6% dengan jumlah pengiriman 38,6 juta unit. (lihat tabel). Lantas bagaimana dengan Indonesia? 
Memang agak sulit melacak data pasti jumlah penjualan laptop dan notebook di Indonesia, khususnya saat pandemi ini. Beberapa perusahaan penjual laptop yang dihubungi KONTAN menutup rapat-rapat informasi penjualannya. 
Namun jika merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor laptop termasuk notebook pada semester I–2020 tercatat US$ 2,64 juta. Dengan nilai tukar rupiah Rp 14.600 per dolar Amerika Serikat (AS), diproyeksikan jumlah impor laptop mencapai 5.500 unit di semester I–2020. Angka ini dengan asumsi harga laptop Rp 7 juta per unit.
Nilai impor semester I–2020 ini tidak mencapai setengah dari realisasi nilai impor sepanjang tahun 2019 senilai US$ 8,08 juta atau sekitar 16.800 unit laptop dengan acuan harga yang sama (lihat tabel). Indikasi penurunan impor terjadi karena proses produksi dan distribusi laptop terganggu di negara asalnya. 
Namun. produksi dan distribusi perlahan mulai pulih pada Juni 2020, setelah sejumlah negara memberikan pelonggaran aktivitas perdagangan. Sementara di dalam negeri, permintaan laptop naik karena penerapan WFH dan pendidikan jarak jauh diperpanjang.  “Penjualan (Mei–Juni) tumbuh 15%–20%,” kata Muhammad Firman, Head of Public Relations Asus Indonesia.
Kenaikan penjualan laptop mulai bulan Mei itu menutup kekecewaan pelaku bisnis laptop saat melihat pelemahan penjualan di awal tahun, khususnya April. Penguatan penjualan semakin perkasa ketika sejumlah daerah memperpanjang PSBB dan memperpanjang proses pendidikan jarak jauh.  
Adapun produk laptop Asus yang banyak dicari konsumen adalah laptop yang bisa digunakan untuk WFH dan bisa digunakan untuk belajar. Firman bilang, rentang harganya berkisar Rp  4,9 juta–Rp 13,9 juta. 
Selain Asus, merek laptop yang mengklaim mencatat kenaikan penjualan saat wabah Covid-19 adalah Acer, buatan produsen laptop Taiwan. “Laptop menjadi idola di masa pandemi, karena laptop memenuhi kebutuhan harian pengguna Indonesia dengan bentuk yang lebih praktis dan harga yang relatif lebih terjangkau,” kata Anandita Puspitasari, Public Relations and Marketing Manager Acer Indonesia.
Sayangnya, Anandita enggan menyebut kenaikan penjualan laptop Acer saat pandemi Covid-19. Hampir sama dengan Asus, rentang harga laptop Acer yang laris ada pada kisaran Rp 3,5 juta, Rp 7 juta, sampai Rp 15 juta. 
Selain karena permintaan,  kenaikan penjualan Acer lantaran  menjalin kemitraan dengan perusahaan e-commerce. Acer bermitra dengan e-commerce untuk membuat paket promosi. Strategi ini dianggap ampuh saat pandemi, saat orang enggan datang ke distributor resmi Acer yang ada di mal atau di sentra elektronik.
Asus Indonesia juga melakukan hal yang sama. Firman bilang, penjualan online dengan menggandeng e-commerce menjadi fokus mereka saat pandemi. Asus pun berusaha menjangkau segmen pasar lain saat pandemi, yakni pekerja kreatif digital dengan mempersiapkan laptop khusus.  “Pengguna industri ini butuh laptop yang berbeda dengan laptop untuk mahasiswa, gamers, atau  pebisnis dengan mobilitas tinggi,” tutur Firman.

Pasokan terganggu
Tentu, berkah kenaikan penjualan laptop dan notebook saat pandemi Covid-19 tak hanya mengalir ke pemilik merek saja. Perusahaan yang tercatat sebagai distributor atau pengelola toko e-commerce dan omnichannel juga kebagian dari perangkat teknologi tersebut, salah satunya Bhinneka.com. 
Selama pandemi meruyak, e-commerce yang berdiri sejak tahun 1996 ini mencatat kenaikan permintaan produk TI ini hingga 35%, dua di antaranya laptop dan  notebook. Kenaikan penjualan cukup tinggi ini terjadi karena banyak perkantoran pemerintah dan swasta yang memberlakukan WFH. 
Vensia Tjhin, Chief of Commercial & Omnichannel Bhinneka.Com bilang, peralihan aktivitas offline ke online tentu butuh laptop, notebook, dan juga komputer. Alhasil, Bhinneka yang banyak melayani pemerintahan dan korporasi mendapatkan banyak pesanan. “Aktivitas bisnis harus berjalan, ditambah gelombang WFH bagi pekerja serta pendidikan jarak jauh bagi siswa dan mahasiswa,” terang Vensia.
Meski ada permintaan dari perorangan, namun pesanan korporasi, pemerintahan, dan institusi pendidikan masih mendominasi di Bhinneka. Sama dengan perusahaan yang lain, segmen laptop yang laris di Bhinneka adalah segmen laptop yang menyasar kelompok menengah ke bawah dengan kisaran harga mulai dari Rp 3,4 juta. Yang fungsinya  untuk WFH dan belajar untuk siswa. “Beberapa merek yang cukup populer adalah Asus, Lenovo, dan Acer,” tambah Vensia. 
Kenaikan penjualan laptop dan perangkat komputer juga terjadi di PT Metrodata Electronics Tbk. Sama dengan yang lain, emiten produk IT ini juga mencatat kenaikan permintaan untuk laptop dengan segmen menengah ke bawah, yang kisaran harganya Rp 4 juta sampai Rp 7 juta.
Randy Kartadinata, Direktur PT Metrodata Electronics Tbk, menjelaskan, laptop yang terjual kebanyakan untuk melayani kebutuhan siswa dan juga kebutuhan karyawan yang bekerja dari rumah. Kenaikan penjualan semakin terasa oleh Metrodata ketika memasuki bulan Juni, atau saat PSBB mulai dilonggarkan pemerintah. “Karena separo dari penjualan kami berasal dari toko offline di pusat pertokoan dan sebagian lagi dari agen yang memasarkan di toko online dan marketplace,” kata Randy. '
Adapun merek laptop yang banyak dicari konsumen saat pandemi adalah: Dell, Asus, HP, Acer, dan Lenovo. Selain laptop, Metrodata mencatat kenaikan pendapatan semester I–2020 sebesar 13,4% yang disumbang dari bisnis solusi bisnis dan konsultasi. “Kami punya jasa solusi bagi perusahaan agar karyawan tetap bisa bekerja secara efektif meski dari rumah,” kata Randy.
Terkait kendala bisnis saat pandemi, Randy bilang, tantangan terberat mereka adalah mengatasi gangguan distribusi karena ada pembatasan fisik. Sehingga, penjualan yang mereka lakukan sepenuhnya dilakukan secara online. 
Adapun kendala lain yang dihadapi oleh Bhinneka adalah, soal ketersediaan stok laptop atau notebook dari pabrikan. Sebagaimana kita tahu, pandemi telah mengganggu perekonomian dan menghentikan produksi pabrik laptop, sehingga mengganggu pula rantai pasok laptop dari hulu sampai hilir. “Secara umum, pandemi tentu berdampak pada perlambatan produksi, dan pengurangan volume di masing-masing industri,” jelas Vensia.
Hal inilah yang membuat angka impor laptop di semester I–2020 turun karena pasokan terbatas. Kondisi ini juga terjadi di negara lain, sebab rantai pasok manufaktur laptop melibatkan banyak negara. Jika salah satu negara menghentikan produksi komponen, maka rantai distribusi dari hulu sampai hilir akan terganggu.        u

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru