KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenyataan ini mungkin terdengar menyebalkan, tapi tak terbantahkan: uang adalah indikator yang jujur. Seperti air sungai yang selalu mengalir ke laut, uang juga selalu mencari tempat yang memudahkan beranak-pinak. Air mungkin bisa dibelokkan untuk mengairi sawah, memenuhi bak mandi, atau mengisi toren rumah tangga; namun pada akhirnya air tetap menuju samudera.
Begitu pula dengan uang. Uang mungkin bisa digiring menuju aset tertentu, tapi tak bisa diperintah agar diam di sana selamanya. Akhirnya uang akan selalu mencari tempat paling nyaman untuk berbiak.
Siapa saja yang memahami konsep sederhana itu tak akan gagap melihat perubahan arah pergerakan uang. Anjloknya IHSG dan rontoknya nilai tukar rupiah beberapa hari terakhir akan dipandang sebagai fakta bahwa para pemilik uang melihat pasar modal Indonesia kalah menarik ketimbang ladang pembiakan uang negara lain.
Dengan memegang prinsip itu, para pihak yang berkepentingan di pasar modal Indonesia tidak perlu mencari-cari siapa saja investor yang telah melepas saham dengan harga lebih rendah secara besar-besaran. Tidak perlu pula mereka mencari tahu broker mana saja yang digunakan untuk menjual saham-saham itu. Apalagi, sampai menelisik alasan para analis saham yang mungkin merekomendasikan jual saham-saham tertentu di bursa.
Boleh saja para profesional keuangan pasar modal Indonesia berargumen dengan sederet kalkulasi matematis dan statistik rumit bahwa pasar modal Indonesia sudah "terlalu murah" dibanding pasar modal negara lain. Namun, mungkin mereka lupa, uang tidak selalu mencari harga yang lebih murah. Para pemilik toko kelontong paham benar bahwa sebagian pembeli lebih membutuhkan kepastian mutu ketimbang sekadar harga murah. Ada harga ada rupa, kata mereka.
Nah, kepastian dalam berinvestasi ini ibarat gravitasi yang mengarahkan air menuju laut. Tanpa gravitasi, air cuma akan membentuk genangan yang entah kapan bisa sampai ke laut. Tanpa kepastian, modal investasi juga akan terombang-ambing tak kunjung mendatangkan cuan.
Jadi, kini sudah terang benderang, bukan, kenapa IHSG ambrol dan rupiah rontok?
Iya, para pemilik uang yang selama ini menyemai modal di Indonesia sedang menghindari ketidakpastian. Ketidakpastian apa gerangan?
Kalau Anda sedang mencoba menjawabnya, cukup ucapkan saja di dalam hati.