Akhlak

Senin, 12 Juni 2023 | 08:30 WIB
Akhlak
[]
Reporter: Cipta Wahyana | Editor: Fahriyadi .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum lama, publik dibuat kagum oleh kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perbankan. Sebut saja Bank BRI dan Bank Mandiri yang masing-masing membukukan rekor laba Rp 51,4 triliun dan Rp 41,2 triliun. Wajar, dong, kalau ikut bangga. Bagaimanapun, rakyat ikut memiliki BUMN itu secara tak langsung.

Sayang, dalam tempo singat, cerita prestasi BUMN perbankan itu digantikan oleh cerita tak sedap tentang BUMN lain. Yang paling mencolok adalah cerita buruknya tata kelola keuangan di beberapa BUMN karya. Adalah Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo yang mengungkapkan hal ini. Bahkan, Tiko, panggilan akrab Pak Wamen, menyebut dugaan potensi manipulasi keuangan di dua BUMN karya.

Kini, Kementerian BUMN tengah menginvestigasi dua BUMN karya itu guna memastikan apakah keduanya perlu membuat publikasi ulang (restatement) laporan keuangan. Para kreditur beberapa BUMN karya juga tengah pusing lantaran beberapa BUMN karya menunda pembayaran pokok dan bunga pinjaman (standstill). Konon, investor, termasuk dana pensiun, juga puyeng karena bunga obligasi yang mereka pegang tak kunjung dibayar.

Cerita yang lain adalah soal tata kelola dana pensiun (dapen) BUMN. Lagi-lagi, Tiko mengungkapkan ringkihnya kondisi keuangan beberapa dapen pelat merah. Tak kurang,  ada 22 dapen yang memiliki rasio kecukupan dana (RKD) di bawah 100%. Belum terang benar, apa yang menjadi pemicu kondisi ini.

Namun, yang pasti, kinerja pengembangan dana dapen itu memang memprihatinkan. Ada cukup banyak dapen yang mencatatkan imbal hasil investasi di bawah 6% per tahun. Bahkan, ada yang di bawah 1%. Ini ekstrem! Karena, sesungguhnya,  dengan menaruh dana di Surat Berharga Negara (SBN) dan kemudian ongkang-ongkang kaki saja, dapen itu sudah bisa memperoleh imbal hasil sekitar 6%. Tak perlu jadi pakar investasi untuk bisa menerapkan jurus investasi ini.

Melihat cerita dan fakta di atas, tampaknya, kementerian BUMN harus lebih serius mendorong reformasi di tubuh BUMN. Percuma menjalankan program AKHLAK– kependekan dari Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif– jika para pengelola BUMN justru tidak menjaga akhlak mereka. Hanya mereka yang miskin akhlak yang memanipulasi laporan keuangan. Demikian pula para pejabat yang menjalankan tugas mereka secara serampangan atau tak profesional.           

Bagikan

Berita Terbaru

ASABRI Tambah Lagi Kepemilikan di Sembilan Saham, Masih Hasil Pembubaran Reksadana
| Senin, 26 Mei 2025 | 11:53 WIB

ASABRI Tambah Lagi Kepemilikan di Sembilan Saham, Masih Hasil Pembubaran Reksadana

ASABRI melakukan kajian komprehensif lebih dahulu sebelum mengambil tindakan atas saham portofolio yang harganya rendah atau terkena suspensi.​

ESG SMDR: Hati-Hati Berlayar Agar Tidak Terombang-Ambing Ketidakpastian Ekonomi
| Senin, 26 Mei 2025 | 09:24 WIB

ESG SMDR: Hati-Hati Berlayar Agar Tidak Terombang-Ambing Ketidakpastian Ekonomi

Tahun 2025 masih diliputi ketidakpastian. Manajemen PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) memilih berhati-hati ekspansi.

Punya Potensi Pertumbuhan Tinggi dan Pasar Besar
| Senin, 26 Mei 2025 | 09:16 WIB

Punya Potensi Pertumbuhan Tinggi dan Pasar Besar

Tren bisnis ke depan adalah berkelanjutan dan ramah lingkungan. Kesadaran masyarakat yang meningkat akan berbagai isu lingkungan.

Urgensi Kepemimpinan Kreatif di Daerah
| Senin, 26 Mei 2025 | 09:14 WIB

Urgensi Kepemimpinan Kreatif di Daerah

Pemprov Nusa Tenggara Barat mendorong keterlibatan Badan Riset Daerah untuk berperan aktif melahirkan kajian.

Dorong Jumlah Transaksi Lewat Akuisisi Merchant
| Senin, 26 Mei 2025 | 09:11 WIB

Dorong Jumlah Transaksi Lewat Akuisisi Merchant

Pelaku UMKM menjadi incaran bank besar untuk rekanan bisnis merchant QRIS dan EDC.                       

Profit 33,06% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Mengkerut (26 Mei 2025)
| Senin, 26 Mei 2025 | 08:56 WIB

Profit 33,06% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Mengkerut (26 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (26 Mei 2025) Rp 1.919.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 33,06% jika menjual hari ini.

Rapuhnya Demokrasi
| Senin, 26 Mei 2025 | 08:54 WIB

Rapuhnya Demokrasi

Opini yang dibungkam sesungguhnya tidak pernah benar-benar hilang, tapi mengendap sesaat dan menjadi luka sosial.

Dapat Perpanjangan Jatuh Tempo Obligasi, Begini Likuiditas dan Strategi ADCP ke Depan
| Senin, 26 Mei 2025 | 08:40 WIB

Dapat Perpanjangan Jatuh Tempo Obligasi, Begini Likuiditas dan Strategi ADCP ke Depan

ADCP akan mengandalkan pemasukan dari penjualan properti, termasuk monetisasi aset seperti tanah lot di Sentul.

Agar Pasar Saham Kian Bergairah, BEI Mesti Evaluasi Kebijakan UMA Hingga Kode Broker
| Senin, 26 Mei 2025 | 08:29 WIB

Agar Pasar Saham Kian Bergairah, BEI Mesti Evaluasi Kebijakan UMA Hingga Kode Broker

Regulator pasar modal tidak bisa copy-paste secara mentah best practice di bursa global tanpa penyesuaian berbasis kebutuhan lokal.

Impor Kedelai dan Gandum dari AS Bakal Ditingkatkan, Bukan Masalah Besar
| Senin, 26 Mei 2025 | 08:07 WIB

Impor Kedelai dan Gandum dari AS Bakal Ditingkatkan, Bukan Masalah Besar

Importir Indonesia harus mendapatkan harga terbaik sehingga barang yang diimpor kompetitif dan bersaing.

INDEKS BERITA

Terpopuler