AKR Corporindo (AKRA) Masuk Bisnis Avtur, Pertamina Tak Takut Bersaing
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) siap menghadapi persaingan baru dalam bisnis bahan bakar pesawat terbang atau avtur. Perusahaan migas pelat merah ini mengaku tak gusar dengan kehadiran pesaing baru.
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati menyatakan pihaknya siap menghadapi tantangan persaingan di bisnis avtur. Apalagi, pemerintah sudah membuka jalan untuk persaingan tersebut. Pada tahun ini, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) berencana mendirikan perusahaan joint venture (JV) dengan BP Indonesia untuk berbisnis avtur.
Namun, menurut Nicke, tentu ada syarat yang harus dipenuhi oleh pendatang baru. Misalnya, menyediakan dana yang cukup untuk membangun jaringan infrastruktur. "Aturan tersebut sudah lama, semua boleh masuk. Namun persaingan itu terjadi di mana-mana, itu tantangan bagi kami dan kami siap," ungkap dia, kemarin.
Kabar terkait keinginan AKRA dan BP Indonesia untuk menjual avtur sudah diketahui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Djoko Siswanto bilang, sudah ada badan usaha yang berencana menjual avtur di Indonesia. "(AKR) join dengan BP. Selain itu, belum ada lagi," ungkap dia, kemarin.
AKR Corporindo menargetkan perusahaan joint venture antara AKRA dan BP Indonesia siap memulai bisnis avtur pada semester kedua tahun ini. Target utama mereka adalah menyasar pasar Indonesia Timur. Alasannya, peluang di pasar itu masih cukup besar.
Ditambah lagi, AKRA dan BP Indonesia telah memiliki jaringan infrastruktur seperti tangki penyimpanan dan kapal untuk transportasi di wilayah Indonesia Timur. Dengan demikian, AKRA dan BP Indonesia hanya tinggal menambah fasilitas distribusi avtur di bandar udara (bandara).
Harga avtur turun
Sementara itu, Pertamina sudah menurunkan harga avtur setelah Presiden Joko Widodo mengetahui harga tiket pesawat naik akibat harga avtur cukup tinggi. Nicke menilai, penurunan harga avtur sudah sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2019. "Sebelumnya kami sesuaikan harga BBM, beberapa hari kemudian kami sesuaikan harga avtur. Kami mengikuti formula yang mengacu pada Kepmen," ujar dia.
Manajemen Pertamina juga mengklaim penurunan harga BBM dan avtur tidak akan berdampak terhadap kinerja keuangan mereka. Sebab, harga Mean of Platts Singapore (MOPS), sebagai salah satu patokan penetapan harga, cenderung menurun. "Harga sesuai MOPS. Ketika pembelian turun, harga juga turun. Jadi polanya begitu, biasa saja," ucap Nicke.
Menteri BUMN Rini Soemarno mendorong Pertamina untuk terus melakukan efisiensi agar masih bisa memaksimalkan laba bersih. Sebab, Pertamina juga harus menyalurkan bahan bakar minyak (BBM) ke pelosok daerah. "Untuk menjaga profitability, maka efisiensi yang harus dilakukan. Ini yang saya tekankan betul ke BUMN-BUMN, lihat lagi cost structure-nya," kata Rini Soemarno.
Salah satu caranya adalah menjalin kerjasama antar BUMN, terutama di luar bisnis inti. "Contohnya kerjasama dengan Pelindo 1, 2, 3, dan 4. Bisnis Pertamina bukan pelabuhan, untuk apa mengurus pelabuhan. Pelabuhan biarlah diurus mereka sehingga cost lebih baik," kata Rini.