Harga Tiket Turun, Garuda (GIAA) Patok Target Laba Bersih Rp 1 Triliun

Selasa, 19 Februari 2019 | 07:56 WIB
Harga Tiket Turun, Garuda (GIAA) Patok Target Laba Bersih Rp 1 Triliun
[]
Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menargetkan laba bersih sebesar Rp 1 triliun di sepanjang tahun ini. Untuk mendukung target itu, manajemen Garuda Indonesia melakukan berbagai manuver seperti menaikkan tarif tiket, menaikkan tarif kargo, serta memaksimalkan layanan makan dan minuman seperti bekerjasama dengan perusahaan makanan cepat saji Hoka-Hoka Bento.

Belakangan, pada 16 Februari 2019, Garuda Indonesia mengumumkan penurunan harga tiket di beberapa rute, setelah menerima keberatan masyarakat lantaran harga tiket dinilai mahal. Alhasil, maskapai pelat merah itu menurunkan harga tiket sebesar 20%.

Meski demikian, manajemen Garuda Indonesia tetap yakin di tahun ini bisa mencatatkan laba Rp 1 triliun. "Internal target Rp 1 triliun, kami sangat agresif," ungkap Direktur Utama Garuda Indonesia Tbk Ari Ashkara kepada KONTAN, Senin (18/2).

Tiket bisa berubah

Berhubung sumber pendapatan utama yakni tiket kini harus turun 20%, Ari menjelaskan, Garuda akan berupaya meningkatkan pendapatan lain-lain. Namun dia belum mau membeberkan sumber pendapatan yang akan digenjot Grup Garuda Indonesia.

Ari menjelaskan setelah penurunan harga tiket, Garuda Indonesia mencatat kenaikan tingkat keterisian kursi sebesar 27%. "Untuk Citilink naik 5%," sebut dia. Secara rata-rata sejak awal tahun 2019, Ari belum mengungkapkan seberapa besar tingkat keterisian kursi di Grup Garuda. "Namun tahun lalu seat load factor di 74%," jelas dia.

Sejatinya, Garuda Indonesia akan selalu melihat perkembangan komponen biaya yang mempengaruhi harga tiket. Oleh karena itu, harga tiket akan berubah tergantung naik atau turunnya biaya komponen. "Tergantung volatilitas komponen biaya," terang dia.

Ke depan, ada kemungkinan harga tiket Garuda Indonesia bisa berubah kembali. Yang terang, penentuan tarif tiket pesawat disesuaikan Peraturan Kementerian Perhubungan Nomor 14 tahun 2016.

Adapun komponen biaya terbesar Garuda Indonesia berasal dari biaya avtur dan biaya sewa pesawat. Setidaknya 30% biaya operasional Garuda Indonesia berasal dari avtur.

Garuda Indonesia juga menyajikan laporan keuangannya dalam bentuk dollar Amerika Serikat. Masih dominannya pendapatan dalam rupiah tentu saja mempengaruhi beban kurs Garuda Indonesia.

Tak hanya itu, komponen lain seperti biaya jasa kebandaraan turut mempengaruhi harga tiket. Misalnya harga parkir di bandara, ground handling dan jasa kebandaraan lainnya.

Demi meningkatkan kinerja, GIAA juga akan menambah rute baru. Pada Maret tahun ini, GIAA bakal membuka satu rute baru untuk penerbangan Jakarta-Nagoya. "Selanjutnya akan dibuka juga rute Jakarta-Istambul, Jakarta-LA via Seoul, Jakarta-Moskow dan Bali-Haneda," ungkap Ari. GIAA juga bakal menambah satu unit pesawat baru tipe Airbus 330 Neo.

Kinerja GIAA terus menunjukkan perbaikan. Per November 2018, pendapatan maskapai ini tumbuh 13,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada November 2017, pendapatan operasional Garuda US$ 205 juta, kemudian naik menjadi US$ 232,4 juta. Sementara pendapatan pada Oktober 2018 naik 4% menjadi US$ 209,3 juta.

Bagikan

Berita Terbaru

Profit 31,23% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Lagi (30 Mei 2025)
| Jumat, 30 Mei 2025 | 08:59 WIB

Profit 31,23% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Lagi (30 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (30 Mei 2025) 1.900.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 31,23% jika menjual hari ini.

Bumerang Pengangguran Usia Muda
| Jumat, 30 Mei 2025 | 08:41 WIB

Bumerang Pengangguran Usia Muda

Menuru data Badan Pusat Statistik (BPS), proporsi pengangguran terbesar terdapat di kelompok usia 15–24 tahun, yakni mencapai 16,16%

Setoran Pajak Kanwil LTO Masih Jauh dari Target
| Jumat, 30 Mei 2025 | 08:32 WIB

Setoran Pajak Kanwil LTO Masih Jauh dari Target

Realisasi penerimaan pajak dari mayoritas jenis pajak utama pada Kanwil Wajib Pajak Besar mengalami kontraksi 

Antisipasi Dampak Minim Program Insentif Pemerintah
| Jumat, 30 Mei 2025 | 08:30 WIB

Antisipasi Dampak Minim Program Insentif Pemerintah

Rencana pemberian 6 paket stimulus oleh Pemerintah untuk periode Juni-Juli 2025, diproyeksikan hanya berdampak jangka pendek.

Bakal Calon Deputi Gubernur BI Menjadi Sorotan
| Jumat, 30 Mei 2025 | 08:18 WIB

Bakal Calon Deputi Gubernur BI Menjadi Sorotan

Secara historis, bakal calon Deputi Gubernur Bank Indonesia adalah yang sudah pernah menjabat sebagai Asisten Gubernur BI

Kondisi Perang Dagang Mereda, Investor Bisa Pertimbangkan Strategi Investasi Ini
| Jumat, 30 Mei 2025 | 07:54 WIB

Kondisi Perang Dagang Mereda, Investor Bisa Pertimbangkan Strategi Investasi Ini

Sektor perbankan dan komoditas seperti emas yang cukup kena imbas positif masih cukup menjanjikan dalam beberapa waktu ke depan.

Review Lengkap Kinerja IHSG Bulan Mei dan Proyeksi Bulan Juni
| Jumat, 30 Mei 2025 | 06:20 WIB

Review Lengkap Kinerja IHSG Bulan Mei dan Proyeksi Bulan Juni

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masuk deretan indeks saham di ASEAN dengan kinerja paling kinclong sebulanan terakhir.

BPK Temukan Pemborosan Belanja Subsidi Pupuk
| Jumat, 30 Mei 2025 | 06:15 WIB

BPK Temukan Pemborosan Belanja Subsidi Pupuk

Dalam laporannya, BPK menemukan pemborosan belanja subsidi pupuk oleh Pupuk Indonesia di periode 2020-2022 sebesar Rp 2,92 triliun.

Menggenjot Konsumsi
| Jumat, 30 Mei 2025 | 06:11 WIB

Menggenjot Konsumsi

Stimulus lain yang juga penting menjadi pendorong ekonomi nasional adalah belanja atau konsumsi pemerintah.

Indosat (ISAT) Geber Ekspansi Lini Telekomunikasi
| Jumat, 30 Mei 2025 | 06:05 WIB

Indosat (ISAT) Geber Ekspansi Lini Telekomunikasi

PT Indosat Tbk (ISAT) memperluas layanannya di segmen jasa telekomunikasi khusus pertahanan dan keamanan. 

INDEKS BERITA

Terpopuler