Analis Pesimis terhadap Pertumbuhan Ekonomi China yang akan Dilaporkan Pagi Ini

Senin, 21 Januari 2019 | 06:19 WIB
Analis Pesimis terhadap Pertumbuhan Ekonomi China yang akan Dilaporkan Pagi Ini
[]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Hari ini China diperkirakan akan melaporkan pertumbuhan ekonomi yang paling lambat dalam 28 tahun tahun terakhir, di tengah melemahnya permintaan domestik dan memuncaknya tarif AS. Kondisi ini akan menambah tekanan pada Beijing untuk menggelar lebih banyak stimulus.

Tanda-tanda pelemahan pertumbuhan di China -yang telah menghasilkan hampir sepertiga pertumbuhan global dalam dekade terakhir- memicu kekhawatiran terhadap ekonomi dunia dan membebani laba perusahaan-perusahaan raksasa dunia, mulai Apple hingga produsen mobil besar.

Pemerintah China telah berjanji untuk lebih banyak mendukung ekonomi tahun ini guna mengurangi risiko pengangguran besar-besaran. Namun, mereka mengesampingkan kebijakan "banjir" stimulus seperti yang dilepaskan oleh Beijing di masa lalu. Kebijakan semacam memang cepat mendongkrak laju pertumbuhan tetapi mewariskan gunung utang.

Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini tumbuh 6,4% pada kuartal Oktober-Desember dari tahun sebelumnya, alias melambat dari laju kuartal sebelumnya yang 6,5%. Pertumbuhan setinggi itu terakhir terjadi pada awal 2009 selama krisis keuangan global.

Itu berarti pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China per 2018 menjadi 6,6%, terendah sejak 1990 dan turun dari 6,8% pada 2017.

Dengan langkah-langkah pemberian stimulus yang diperkirakan akan memakan waktu untuk dimulai, sebagian besar analis percaya  bahwa kondisi di China kemungkinan akan menjadi lebih buruk sebelum balik menjadi lebih baik. Para analis melihat kemungkinan perlambatan pertumbuhan berlanjut menjadi 6,3% tahun ini. 

Beberapa analis percaya bahwa tingkat pertumbuhan riil sudah jauh lebih lemah dari yang disodorkan data resmi.

Bahkan, jika China dan Amerika Serikat menyepakati kesepakatan perdagangan dalam pembicaraan saat ini, para analis mengatakan itu tidak akan menjadi obat mujarab bagi ekonomi China yang sedang batuk kecuali Beijing dapat mendongkrak kembali investasi dan meningkatkan permintaan konsumen.

Chen Xingdong, kepala ekonom China di BNP Paribas, mengatakan, para investor seharusnya tidak berharap putaran stimulus terbaru China memberikan hasil yang sama seperti selama krisis global 2008-2009, ketika paket pengeluaran besar Beijing dengan cepat mendorong pertumbuhan.

"Apa yang benar-benar dapat dilakukan Tiongkok tahun ini adalah mencegah deflasi, mencegah resesi, dan anjloknya perekonomian," kata Chen.

Secara triwulanan, pertumbuhan cenderung menurun menjadi 1,5% pada Oktober-Desember dari 1,6% pada periode sebelumnya.

China akan merilis data PDB kuartal keempat dan 2018 pada hari Senin sekitar pukul 09.00 WIB bersama dengan data output pabrik Desember, penjualan ritel dan investasi aset tetap.

Kontraksi yang mengejutkan pada data perdagangan bulan Desember dan indikator aktivitas pabrik dalam beberapa minggu terakhir telah menunjukkan ekonomi China mendingin lebih cepat dari yang diperkirakan pada akhir 2018.

Seorang sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Beijing berencana menurunkan target pertumbuhan menjadi 6%-6,5% tahun ini dari sekitar 6,5% pada 2018.

Beberapa pabrik di Guangdong -pusat ekspor China- telah tutup lebih awal dari biasanya menjelang libur panjang Tahun Baru Imlek karena perang tarif dengan Amerika Serikat membatasi pesanan. Yang lainnya menangguhkan jalur produksi dan mengurangi jam kerja.

Jika perang dagang berlanjut, beberapa pekerja migran mungkin tidak memiliki pekerjaan untuk kembali bekerja.

Bagikan

Berita Terbaru

Perbankan Perkuat Kapasitas dan Keamanan Sistem TI
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 11:11 WIB

Perbankan Perkuat Kapasitas dan Keamanan Sistem TI

Sejumlah bank memastikan layanan digital akan tetap andal dalam melayani nasabah selama momentum Nataru

SUPA Ngegas, Saham Bank Digital Lain Lemas
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 11:09 WIB

SUPA Ngegas, Saham Bank Digital Lain Lemas

Kehadiran PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdampak berbeda bagi saham bank digital lainnya.​

Efek Program MBG ke Ekonomi Terbatas
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 08:09 WIB

Efek Program MBG ke Ekonomi Terbatas

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) belum optimal menggerakkan ekonomi dan menciptakan kerja setelah setahun, kata CSIS, Paramadina, dan CELIOS. 

Sistem Coretax Stabil, Siap untuk Menguji SPT 2026
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 08:07 WIB

Sistem Coretax Stabil, Siap untuk Menguji SPT 2026

Untuk memastikan ketahanan sistem, pemerintah secara rutin melakukan stress test.                          

Konsumsi Dijaga, Ekonomi Tetap Moderat
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:48 WIB

Konsumsi Dijaga, Ekonomi Tetap Moderat

Langkah penundaan kenaikan pajak dan cukai bersifat jangka pendek untuk dorong konsumsi.                        

Pasar Kripto Lesu Bikin Trader Banting Setir, Cash is King dan Saham Jadi Pelarian
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:40 WIB

Pasar Kripto Lesu Bikin Trader Banting Setir, Cash is King dan Saham Jadi Pelarian

Data OJK menunjukkan transaksi kripto merosot, sementara nilai perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus meningkat.

Kaleb Solaiman, CFO Venteny Fortuna Memilih Saham dalam Berinvestasi
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:30 WIB

Kaleb Solaiman, CFO Venteny Fortuna Memilih Saham dalam Berinvestasi

Bagi Kaleb Solaiman, Group CFO Venteny Fortuna Tbk, investasi adalah disiplin jangka panjang dan memerlukan riset mendalam

Mendorong Literasi Keuangan Kaum Ibu
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:05 WIB

Mendorong Literasi Keuangan Kaum Ibu

Literasi keuangan dari kaum ibu termasuk juga perempuan lainnya bisa melindungi keluarga dari kejahatan finansial.​

Darurat Pengelolaan Sampah
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:00 WIB

Darurat Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah tidak cuma tanggung jawab pusat lewat program PLTSa saja, pemerintah daerah juga wajib mengelola sampah dari hulu.

Abadi Lestari Indonesia (RLCO) Menadah Berkah dari Sarang Walet
| Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:00 WIB

Abadi Lestari Indonesia (RLCO) Menadah Berkah dari Sarang Walet

Mengupas profil dan strategi bisnis PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) setelah mencatatkan saham di BEI 

INDEKS BERITA

Terpopuler