Bambang Subiantoro, Aktif Investasi Saham Hingga Reksadana

Sabtu, 06 April 2019 | 05:49 WIB
Bambang Subiantoro, Aktif Investasi Saham Hingga Reksadana
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengalaman investasi Bambang Subiantoro cukup panjang dan berliku. Kendati demikian, Direktur PT Corfina Capital ini mendapat banyak pelajaran dari berbagai instrumen investasi yang pernah dimiliki.

Perkenalan Bambang dengan dunia investasi dimulai saat ia menempuh kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan ilmu kehutanan, sekitar 1996 silam. Kala itu, ia menanam beberapa pohon sengon di lahan milik saudaranya di Boyolali, Jawa Tengah.

Pria kelahiran 1971 ini meyakini, menanam pohon sengon merupakan investasi. Sebab, begitu pohon tersebut masuk masa panen, harga jualnya naik berkali-kali lipat. Ternyata investasi tidak jauh beda dengan ilmu kehutanan yang saya pelajari, jelas dia.

Ketertarikan Bambang terhadap dunia investasi semakin menjadi-jadi. Instrumen keuangan pun mulai dijajal. Tahun 1998, Bambang mencoba berinvestasi saham setelah lulus kuliah. Kala itu, ia tertarik setelah mendengar beberapa cerita orang-orang yang menjadi kaya-raya berkat investasi di pasar saham.

Bambang tak langsung masuk begitu saja ke pasar saham. Dia memilih mengikuti berbagai pelatihan mengenai trading di pasar saham. Ia melakukan hal itu karena di tahun 1998 Indonesia didera krisis moneter. Proses transaksi saham saat itu juga masih serba manual, beda dengan sekarang, di mana investor bisa mengandalkan internet untuk berinvestasi.

Tak hanya saham, ia juga pernah mencicipi instrumen obligasi pada pertengahan 2000-an. Beberapa obligasi pemerintah yang pernah dimilikinya adalah Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Sukuk Negara Ritel (Sukri).

Melewati krisis

Dalam perjalanannya, beberapa kali Bambang melewati gejolak di pasar keuangan. Selain 1998, sekitar tahun 2005 ia juga merasakan pahitnya gejolak di reksadana pendapatan tetap.

Selanjutnya, pada tahun 2008, Bambang juga mengalami kerugian investasi yang cukup signifikan, terutama pada saham. Karena khawatir nilai asetnya kian turun, ia memutuskan menjual sebagian sahamnya walau dalam kondisi rugi.

"Sebagian saham yang performanya negatif saya jual dan pindahkan ke instrumen lain. Tapi kalau saham yang fundamentalnya bagus dibiarkan," kenang dia. Beruntung, gejolak hanya sementara. Begitu masuk tahun 2009, pasar saham kembali pulih.

Dari situ, ia semakin sadar bahwa investor tak perlu panik ketika menghadapi krisis. Bahkan, tanpa harus menjual saham ketika pasar dilanda tekanan, potensi keuntungan masih bisa diperoleh.

Mengingat saham lebih bersifat instrumen jangka panjang. Toh, jumlah tahun di mana investor bisa meraih keuntungan lebih banyak ketimbang tahun-tahun yang bisa membuat investor merugi, papar Bambang.

Seiring berjalannya waktu, kini Bambang lebih berfokus pada instrumen reksadana. Mayoritas portofolio investasinya berupa reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap. Alasannya, dananya akan digunakan untuk biaya pendidikan kedua anaknya serta sebagai biaya beribadah haji.

Selain itu, kini Bambang juga menjajal investasi di reksadana pasar uang. Berbekal likuiditas yang tinggi, instrumen ini cukup penting untuk memenuhi kebutuhan dana darurat. Kalau bisa, dana investasi di reksadana pasar uang minimal tiga kali lipat lebih banyak dari pengeluaran rutin saya, kata dia.

Tak ketinggalan, pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Asosiasi Manajer Investasi Indonesia (AMII) ini kerap membagikan pengalaman investasi kepada keluarga dan kerabatnya. Ia juga beberapa kali mengisi seminar mengenai literasi keuangan, termasuk pengenalan dunia investasi.

Bagikan

Berita Terbaru

Masuki Momen Santa Claus Rally, Berikut Saham Pilihan Akhir Tahun
| Minggu, 07 Desember 2025 | 07:21 WIB

Masuki Momen Santa Claus Rally, Berikut Saham Pilihan Akhir Tahun

Ada beberapa faktor yang penting yang dapat mempengaruhi Santa Claus Rally di antaranya adalah aktivitas window dressing.

Momentum IHSG Bullish di Akhir Tahun, Ini Saham-saham yang Cenderung Naik di Desember
| Minggu, 07 Desember 2025 | 07:09 WIB

Momentum IHSG Bullish di Akhir Tahun, Ini Saham-saham yang Cenderung Naik di Desember

Secara historikal, ada beberapa saham yang cenderung mengalami penguatan pada Desember sehingga menjadi favorit banyak investor.

Pamor SBN Ritel Masih Akan Tinggi Meski Bunga Menurun
| Minggu, 07 Desember 2025 | 07:00 WIB

Pamor SBN Ritel Masih Akan Tinggi Meski Bunga Menurun

Realisasi penerbitan SBN Ritel tahun 2025 mencapai sekitar Rp 153 triliun, termasuk Sukuk Tabungan ST015.

Berebut Ceruk Pasar Bus Premium di Penghujung Tahun
| Minggu, 07 Desember 2025 | 06:10 WIB

Berebut Ceruk Pasar Bus Premium di Penghujung Tahun

Menjelang libur Natal dan Tahun Baru, demam perjalanan darat mulai terasa. Kursi sleeper bus diburu pelancong untuk liburan.

 
Rupiah Terangkat Pelemahan Dolar Selama Sepekan Terakhir
| Minggu, 07 Desember 2025 | 06:00 WIB

Rupiah Terangkat Pelemahan Dolar Selama Sepekan Terakhir

Sepekan ini dolar AS cukup tertekan oleh meningkatnya prospek pemangkasan suku bunga oleh the Federal Reserve (The Fed).

Saham Kapitalisasi Kecil Mengangkat IHSG Capai Rekor Tertinggi 8.689,1
| Minggu, 07 Desember 2025 | 06:00 WIB

Saham Kapitalisasi Kecil Mengangkat IHSG Capai Rekor Tertinggi 8.689,1

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,46% sepekan periode 1-5 Desember 2025. IHSG ditutup pada 8.632,76.

Kurangi Ketergatungan Kentang Impor, PepsiCo Indonesia Adopsi Cara Thailand,
| Minggu, 07 Desember 2025 | 05:45 WIB

Kurangi Ketergatungan Kentang Impor, PepsiCo Indonesia Adopsi Cara Thailand,

Untuk memastikan ketersediaan bahan baku kentang, PepsiCo Indonesia menggandeng petani di Jawa Barat. 

Bisnis yang Cuan Saat Musim Liburan Anak-anak Tiba
| Minggu, 07 Desember 2025 | 05:40 WIB

Bisnis yang Cuan Saat Musim Liburan Anak-anak Tiba

Menyambut musim liburan, berbagai kelas bermain untuk anak kini dibuka dengan ragam aktivitas seru yang mengasah kreativitas.

 
Alasan Kenapa Bukan Bencana Nasional
| Minggu, 07 Desember 2025 | 05:35 WIB

Alasan Kenapa Bukan Bencana Nasional

​Perlu dipahami, penetapan status bencana sebagai bencana nasional itu bukan soal terminologi semata.

Intraco Penta (INTA) Siapkan Strategi Demi Cetak Laba
| Sabtu, 06 Desember 2025 | 08:15 WIB

Intraco Penta (INTA) Siapkan Strategi Demi Cetak Laba

Rugi bersih INTA terpangkas 31,48% secara tahunan atau year on year (yoy), dari Rp 72,49 miliar jadi Rp 49,67 miliar per September 2025.

INDEKS BERITA

Terpopuler