Bangun Smelter Tahap II, Central Omega (DKFT) Butuh Dana US$ 500 Juta

Jumat, 01 Maret 2019 | 07:06 WIB
Bangun Smelter Tahap II, Central Omega (DKFT) Butuh Dana US$ 500 Juta
[]
Reporter: Ika Puspitasari | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) sedang membutuhkan banyak duit. Untuk membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian konsentrat alias smelter feronikel tahap II di Morowali Utara, Sulawesi Tengah, mereka memerlukan anggaran hingga US$ 500 juta.

Menurut rencana, Central Omega akan menutup kebutuhan anggaran ekspansi dari dana internal dan eksternal. "Kemungkinan 30% akan diperoleh dari perusahaan dan 70% dari pinjaman," kata Feni Silviani Budiman, Direktur Central Omega Resources usai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), Kamis (28/2).

Kalau mengintip laporan keuangan yang terakhir kali dipublikasikan yakni per 30 September 2018, Central Omega hanya memiliki kas dan setara kas sebesar Rp 38,92 miliar. Duit lancar itu pun sudah naik 90,88% ketimbang catatan akhir tahun 2017 yakni Rp 20,39 miliar.

RUPSLB Central Omega Resources kemarin menyetujui rencana penambahan modal dengan cara menerbitkan saham baru melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue. Central Omega bakal menawarkan saham baru sebanyak-banyaknya 9,30 miliar saham dengan nominal Rp 100 per saham.

Hasil rights issue nanti, untuk mengerek modal. "Tujuan dari aksi korporasi ini untuk mendapatkan penambahan modal perusahaan," kata Feni.

Adapun proyek smelter feronikel tahap II nanti bakal memiliki kapasitas sebesar 250.000 metrik ton (mt) per tahun atau 2,5 kali lipat lebih besar ketimbang smelter feronikel tahap I. Central Omega berharap proyek smelter keduanya bisa beroperasi mulai tahun 2021. Makanya, mereka mulai merencanakan pembangunan pada tahun ini.

Meskipun konsentrasi sedang terpusat pada upaya pencarian dana, Central Omega tak lantas melupakan aktivitas produksi. Perusahaan berkode saham DKFT di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut ingin mencatatkan pertumbuhan produksi nikel dan feronikel tahun ini. Hanya, mereka belum bersedia mengungkapkan target pertumbuhan yang dimaksud.

Sebagai gambaran, tahun lalu Central Omega memproduksi 440.225 ton bijih nikel atau naik 17,88%. Sementara volume penjualan bijih nikel tahun lalu terdiri dari 231.769 ton ke pasar lokal dan 165.465 ton ke pasar ekspor. Penjualan di pasar lokal turun 28,60% sedangkan penjualan pasar ekspor meningkat 40,17% dari tahun 2017 sebesar 118.050 ton.

Johanes Supriadi, Corporate Secretary Central Omega Resources mengatakan, beberapa negara tujuan ekspor seperti China dan Taiwan. Pada periode Agustus 2018 hingga Agustus 2019, mereka mengantongi izin ekspor bijih nikel sebanyak 810.000 ton.

Adapun volume produksi smelter feronikel tahun lalu sebanyak 46.841 ton naik. Central Omega menjual 43.797 ton feronikel.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Emiten Ramai-Ramai Menarik Pinjaman Jumbo dari Perbankan
| Jumat, 24 Januari 2025 | 04:30 WIB

Emiten Ramai-Ramai Menarik Pinjaman Jumbo dari Perbankan

Di awal tahun 2025 ini, sejumlah emiten ramai-ramai menarik pinjaman jumbo dari perbankan. Apa alasannya?

Potensi Kredit Macet eFishery Hantui Bank
| Jumat, 24 Januari 2025 | 04:00 WIB

Potensi Kredit Macet eFishery Hantui Bank

Berdasarkan data KONTAN, ada tiga bank yang memiliki piutang terhadap eFishery. Ketiga bank itu adalah Bank DBS, Bank OCBC NISP, serta HSBC. 

Pertebal Portofolio, Saratoga (SRTG) Siapkan Dana US$ 150 Juta
| Kamis, 23 Januari 2025 | 09:07 WIB

Pertebal Portofolio, Saratoga (SRTG) Siapkan Dana US$ 150 Juta

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membidik sejumlah perusahaan potensial untuk didanai pada tahun 2025 ini. 

Berbenah, Prospek Saham GOTO Berpotensi Merekah
| Kamis, 23 Januari 2025 | 09:03 WIB

Berbenah, Prospek Saham GOTO Berpotensi Merekah

Pemulihan kinerja dan bisnis on demand service mendorong prospek harga saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)

Menangkap Peluang Mengoleksi Emas Saat Harga Terkoreksi
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:31 WIB

Menangkap Peluang Mengoleksi Emas Saat Harga Terkoreksi

Di jangka pendek ada peluang harga emas terkoreksi. Data-data inflasi Amerika Serikat menunjukkan pelambatan

Langkah Konsolidasi Akan Berlanjut, Taji KPR Syariah Bank BTN (BBTN) Kian Kuat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:26 WIB

Langkah Konsolidasi Akan Berlanjut, Taji KPR Syariah Bank BTN (BBTN) Kian Kuat

Ketimbang IPO entitas hasil merger UUS BTN Syariah dan Bank Victoria Syariah, BBTN membuka peluang untuk mengakuisisi bank syariah lain.

Tarik Minat Masyarakat di Program 3 Juta Rumah, Kementerian BUMN Gunakan Konsep TOD
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:09 WIB

Tarik Minat Masyarakat di Program 3 Juta Rumah, Kementerian BUMN Gunakan Konsep TOD

Pemerintah akan menyisir dan mendata developer nakal agar tidak bisa berpartisipasi dalam Program Tiga Juta Rumah. 

Diam-Diam Sahamnya Sudah Terbang 45%, SMKL Rupanya Berkongsi dengan Perusahaan China
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:53 WIB

Diam-Diam Sahamnya Sudah Terbang 45%, SMKL Rupanya Berkongsi dengan Perusahaan China

PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk (SMKL) dan Ghuangzhou Yi Song berkongsi masuk ke bisnis paper pulp mold. ​

PK Ditolak, Subagio Wirjoatmodjo Mesti Melepas Kepemilikannya di Trimata Benua
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:41 WIB

PK Ditolak, Subagio Wirjoatmodjo Mesti Melepas Kepemilikannya di Trimata Benua

Data terbaru menunjukkan, kepemilikan Subagio Wirjoatmodjo di perusahaan batubara PT Trimata Benua sebanyak 25 persen.

Gara-Gara Perintah Donald Trump, Arus Masuk Dana ke Obligasi Domestik Tersendat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:02 WIB

Gara-Gara Perintah Donald Trump, Arus Masuk Dana ke Obligasi Domestik Tersendat

Peluang pemangkasan suku bunga acuan alias BI rate dapat mendukung valuasi yield obligasi domestik. 

INDEKS BERITA

Terpopuler