Banjir Pasokan Hantui Harga Minyak

Sabtu, 09 Februari 2019 | 16:41 WIB
Banjir Pasokan Hantui Harga Minyak
[]
Reporter: Amalia Fitri, Anna Suci Perwitasari | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergulatan perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas, menyeret harga minyak mentah. Tak hanya itu, kekuatan minyak mentah semakin berkurang dengan adanya potensi banjir pasokan yang dibarengi oleh penurunan permintaan.

Kemarin, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2019 di New York Mercantile Exchange melemah 0,42% menjadi US$ 52,42 per barel. Bahkan dalam sepekan, harga minyak WTI sudah anjlok 5,13%.

Analis Monex Investindo Future Faisyal menyatakan, pelemahan harga minyak di akhir pekan terjadi setelah Energy Information Administration (EIA) mencatat, cadangan minyak AS meningkat sebesar 1,3 juta barel.

"Bahkan produksi mingguan minyak AS sudah mencapai hampir 12 juta barel per hari," kata Faisyal, Jumat (8/2). Asal tahu saja, produksi minyak di Negeri Paman Sam pada pekan yang berakhir 1 Februari lalu sudah mencapai 11,9 juta barel. Ini menjadikan AS sebagai produsen terbesar minyak dunia.

Di sisi lain, Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan Rusia sedang memangkas produksi minyak demi mengangkat harga minyak mentah. Di mana, produksi minyak OPEC pada bulan Januari 2019 hanya 31,02 juta barel.

Artinya, terjadi penurunan sekitar 1,53 juta barel jika dibandingkan bulan Desember 2018 yang produksinya sebesar 32,55 juta barel. Penurunan terbesar terjadi di Arab Saudi yang produksinya pada Januari lalu hanya 10,2 juta barel. Adapun Rusia, sekutu OPEC dalam pemangkasan produksi, diperkirakan hanya bertahan mengurangi produksi hingga semester 1-2019.

Ronald Smith, analis senior minyak dan gas alam dari Citi mengatakan, keikutsertaan Rusia menopang rencana OPEC agar harga minyak kembali normal.

"Masuk akal jika Rusia mendesak OPEC untuk menghentikan pemangkasan produksi di semester II-2019, terlebih jika harga minyak sudah kembali ke level US$ 70 per barel," kata dia, seperti dikutip Bloomberg.

Namun upaya mengurangi produksi tersebut tidak memberi dampak signifikan karena kenaikan produksi AS. Terlebih kini pelaku pasar mulai khawatir soal isu perlambatan ekonomi global yang akan membuat permintaan minyak mentah berkurang.

Setelah International Monetery Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2019 menjadi 3,5%, Komisi Uni Eropa juga memotong proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 untuk zona Eropa dari 1,9% menjadi 1,3% .

Setali tiga uang, Bank of England (BoE) juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Inggris untuk tahun ini menjadi 1,2%. Padahal sebelumnya BoE masih optimistis ekonomi Negeri Ratu Elisabeth ini menanjak 1,7%.

Tak bisa dipungkiri jika hal tersebut merupakan imbas perang dagang antara AS dan China yang kembali memanas. Dalam pernyataan terbarunya, Presiden AS Donald Trump menyatakan tidak akan bertemu dengan Presiden China Xin Jinping hingga awal Maret mendatang.

Penasihat Gedung Putih juga menyampaikan bahwa kesepakatan yang dicapai oleh AS dan China masih jauh, tambah Faisyal.

Kekhawatiran akan memanasnya kembali perang dagang, membuat potensi dollar AS untuk menguat semakin tinggi. Hal ini akan berdampak buruk pada harga komoditas, tak terkecuali minyak.

Karena itu, Faisyal memproyeksi harga minyak berada dalam kisaran US$ 50,25–US$ 54,00 per barel untuk Senin (11/2). Sementara dalam sepekan, harganya emas hitam ini bisa bergerak dalam rentang US$ 49,80 per barel US$ 56,30 per barel.

Bagikan

Berita Terbaru

Mengalap Cuan dari  Maraknya Aksi Buyback, Cermati Alokasinya
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 07:20 WIB

Mengalap Cuan dari Maraknya Aksi Buyback, Cermati Alokasinya

Aksi korporasi ini juga mencerminkan upaya manajemen perusahaan menjaga kepercayaan para pelaku pasar saham.

Mengembangkan FWA, WIFI Menggandeng Huawei
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 07:04 WIB

Mengembangkan FWA, WIFI Menggandeng Huawei

WIFI dan Huawei akan mengembangkan ekosistem end to end, mencakup core network, radio, serta customer premises equipment (CPE) 

Chandra Asri Pacific (TPIA) Mencaplok SPBU ExxonMobil di Singapura
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 06:43 WIB

Chandra Asri Pacific (TPIA) Mencaplok SPBU ExxonMobil di Singapura

Ekspansi TPIA ke ekosistem bahan bakar ritel di Singapura jadi langkah strategis membangun platform terintegrasi untuk pertumbuhan regional.

Grand Indonesia Memanen Cahaya di Tengah Kota
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 05:30 WIB

Grand Indonesia Memanen Cahaya di Tengah Kota

Ratusan papan panel surya terpampang di atap Grand Indonesia. Panel surya yang menghasilkan setrum itu akan memangkas em

Melaba dari Lensa Fotografer Olahraga
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 05:15 WIB

Melaba dari Lensa Fotografer Olahraga

Gaya hidup sehat lewat berolahraga kini menjadi tren di masyarakat. Aktivitas ini menjadi ladang cuan fotografer. 

Solusi Berkelanjutan
| Minggu, 26 Oktober 2025 | 05:05 WIB

Solusi Berkelanjutan

Total nilai stimulus untuk tiga bulan terakhir 2025 ini mencapai Rp 46,2 triliun. Apakah kebijakan ini yang benar-benar taktis dan strategis?

Terlilit Gagal Bayar, Danasyariah Sempat Gandeng BPR Syariah Milik Eks Direktur OJK
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 10:07 WIB

Terlilit Gagal Bayar, Danasyariah Sempat Gandeng BPR Syariah Milik Eks Direktur OJK

Kelangsungan usaha perusahaan peer to peer lending (P2P lending) PT Dana Syariah Indonesia (Danasyariah) dipertanyakan.

CEO Finetiks Cameron Goh Bagikan Tips Investasi: Diversifikasi dan Mengelola Risiko
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 08:42 WIB

CEO Finetiks Cameron Goh Bagikan Tips Investasi: Diversifikasi dan Mengelola Risiko

Cameron Goh, CEO & Founder Finetiks menilai,  dalam berinvestasi, investor perlu memahami pengelolaan risiko

FUTR Siapkan Ekspansi Usai Bertransformasi ke Bisnis Energi Hijau
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 08:37 WIB

FUTR Siapkan Ekspansi Usai Bertransformasi ke Bisnis Energi Hijau

Mengupas rencana bisnis PT Futura Energi Global Tbk (FUTR) usai beralih bisnis ke sektor energi hijau

BI Bakal Merilis Instrumen Baru Lengkapi SRBI
| Sabtu, 25 Oktober 2025 | 07:32 WIB

BI Bakal Merilis Instrumen Baru Lengkapi SRBI

Surat berharga ini, akan mendampingi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang selama ini juga diterbitkan BI

INDEKS BERITA

Terpopuler