Banyak Sentimen Negatif, Asing Keluar dari Pasar Obligasi

Selasa, 07 Mei 2019 | 05:09 WIB
Banyak Sentimen Negatif, Asing Keluar dari Pasar Obligasi
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam sebulan terakhir, beragam sentimen negatif mendorong investor asing mencatatkan aksi jual atawa net sell di pasar obligasi Indonesia.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) berkurang Rp 6,78 triliun sepanjang bulan April menjadi Rp 960,34 triliun.

Padahal, pada 12 April lalu, kepemilikan asing di SBN sempat menyentuh level tertingginya sepanjang masa yakni di Rp 968,40 triliun.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C Permana mengatakan, sejak mencetak posisi tertinggi itu, investor asing mulai melakukan penjualan obligasi.

Walau tidak menyebut secara rinci, Fikri menilai, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya sejumlah obligasi pemerintah yang jatuh tempo pada periode pertengahan April. Namun, karena waktunya berdekatan dengan pemilu, belum semua nilai obligasi yang jatuh tempo ini diinvestasikan kembali oleh investor asing.

Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja menambahkan, aksi jual di pasar obligasi juga akibat dari tren pelemahan rupiah yang terjadi sejak akhir April lalu.

Ada beberapa hal yang menyebabkan rupiah terkoreksi. Beberapa di antaranya adalah tren kenaikan harga minyak dunia, serta meningkatnya kebutuhan dollar Amerika Serikat seiring masuknya musim dividen.

Peluang net sell

Di samping itu, keputusan The Federal Reserves yang masih mempertahankan kebijakan suku bunga acuan AS juga mempengaruhi minat investor asing di pasar obligasi domestik.

Menurut Fikri, potensi keluarnya dana asing dari pasar obligasi Indonesia masih cukup terbuka dalam waktu dekat. Pasalnya, kondisi global juga kurang mendukung pergerakan pasar obligasi.

Hal ini terjadi setelah eskalasi perang dagang antara AS dan China kembali memanas akibat pernyataan Presiden Donald Trump yang akan menaikkan lagi tarif impor produk asal China sebesar 25%.

Selain itu, hasil data pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2019 sebesar 5,07% belum cukup memberikan kepercayaan bagi investor asing. Sebab, hasil tersebut hanya naik sedikit dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yaitu 5,06% dan lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 5,2%.

Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama tahun ini yang stagnan kembali menimbulkan isu bahwa ancaman perlambatan ekonomi global dapat menular ke ekonomi dalam negeri. Di sisi lain, meski dalam tren naik, posisi yield Surat Utang Negara (SUN) masih menarik untuk menarik investor asing masuk ke pasar obligasi Indonesia. "Koreksi harga SUN saat ini masih wajar, asalkan imbal hasilnya belum menembus ke level 8%," kata Eric.

Sebagai catatan, kemarin (6/5), yield SUN seri acuan 10 tahun yakni FR0078 berada di level 7,93%.

Bagikan

Berita Terbaru

The Fed Diyakini Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Lagi, di Indonesia BI Akan Mengikuti
| Selasa, 05 November 2024 | 11:30 WIB

The Fed Diyakini Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Lagi, di Indonesia BI Akan Mengikuti

Data inflasi AS pada September 2024, inflasi AS tercatat di kisaran 2,1% yoy, sedikit di atas target The Fed di 2,0%. 

Arus Dana Asing di Pasar Keuangan Indonesia Pekan Ini Bakal Tertahan
| Selasa, 05 November 2024 | 10:50 WIB

Arus Dana Asing di Pasar Keuangan Indonesia Pekan Ini Bakal Tertahan

Bank Indonesia diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya pada November 2024 karena rupiah sedang melemah.

Dua Investor Asing Kelas Kakap Lanjutkan Aksi Penjualan Saham TAPG
| Selasa, 05 November 2024 | 09:07 WIB

Dua Investor Asing Kelas Kakap Lanjutkan Aksi Penjualan Saham TAPG

Sejak Agustus 2024 sudah beredar kabar mengenai rencana Pemerintah Singapura untuk melepas kepemilikannya di TAPG.

Angkutan Kargo Naik, Kinerja Hasnur Internasional Shipping (HAIS) Melejit
| Selasa, 05 November 2024 | 08:15 WIB

Angkutan Kargo Naik, Kinerja Hasnur Internasional Shipping (HAIS) Melejit

Sepanjang periode Januari-September 2024, HAIS berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 12,40%, yakni menjadi Rp 765,37 miliar

Membedah Kinerja Keuangan Emiten Udang Kaesang (PMMP) yang Ruginya Membengkak
| Selasa, 05 November 2024 | 08:01 WIB

Membedah Kinerja Keuangan Emiten Udang Kaesang (PMMP) yang Ruginya Membengkak

PMMP masih terikat sejumlah kontrak kerja sama, salah satunya memasok udang ke Marubeni Corporation 

Pemerintah Pastikan Skema Subsidi Elpiji 3 Kg Tidak Berubah
| Selasa, 05 November 2024 | 07:50 WIB

Pemerintah Pastikan Skema Subsidi Elpiji 3 Kg Tidak Berubah

Untuk penyluran subsidi elpiji dan BBM akan diubah menjadi skema bantuan langsung tunai ke masyarakat penerima.

Mustika Ratu (MRAT) Memperkuat Ekspor ke Eropa dan Timur Tengah
| Selasa, 05 November 2024 | 07:50 WIB

Mustika Ratu (MRAT) Memperkuat Ekspor ke Eropa dan Timur Tengah

Untuk memperluas pasar ekspor, Mustika Ratu turut serta dalam Indonesia Europe Business Forum (IEBF) 2024.

Hasil Pemilu Presiden AS Penentu Prospek Aliran Dana Asing ke RI dalam Jangka Pendek
| Selasa, 05 November 2024 | 07:50 WIB

Hasil Pemilu Presiden AS Penentu Prospek Aliran Dana Asing ke RI dalam Jangka Pendek

Jika Kemala Harris terpilih menjadi presiden Amerika Serikat, maka akan lebih menguntungkan Indonesia.

Hapus Kredit Macet UMKM Rp 8,7 T, Erick Thohir: Kami Usul Minimal Berusia 5 Tahun
| Selasa, 05 November 2024 | 07:26 WIB

Hapus Kredit Macet UMKM Rp 8,7 T, Erick Thohir: Kami Usul Minimal Berusia 5 Tahun

Kebijakan hapus tagih kredit bagi petani dan nelayan menjadi salah satu prioritas bagi pemerintahan Presiden Prabowo.

Kinerja Hero Supermarket (HERO) Ditopang Guardian dan Ikea
| Selasa, 05 November 2024 | 07:15 WIB

Kinerja Hero Supermarket (HERO) Ditopang Guardian dan Ikea

Hingga kuartal III-2024, HERO berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 184 miliar, atau meningkat 868,42% 

INDEKS BERITA

Terpopuler