Bau Kartel BBM

Rabu, 24 September 2025 | 06:11 WIB
Bau Kartel BBM
[ILUSTRASI. TAJUK - Syamsul Ashar]
Syamsul Ashar | Managing Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan pemerintah sedang tidak baik-baik saja terhadap pelaku usaha swasta di sektor distribusi bahan bakar minyak alias BBM. Distributor BBM swasta saat ini menghadapi kekangan dari pemerintah, karena hanya boleh meningkatkan omzet penjualan sebesar 10% ketimbang tahun lalu.

Ini terbukti dari pemberian kuota oleh pemerintah dibatasi hanya boleh menambah 10% dari kuota tahun lalu. Walhasil dalam beberapa bulan terakhir pelaku usaha kelimpungan dan tak bisa jualan lantaran stok kosong.

Tarik ulur kuota impor BBM ini sudah terjadi sejak akhir tahun lalu yang menyebabkan beberapa SPBU swasta mengalami kekosongan stok. Bahkan pemain besar sekelas Shell pun pilih melemparkan handuk putih dengan melego bisnis SPBU mereka di Indonesia. 

Langkah Shell menyusul tindakan yang sama yang sebelumnya dilakukan oleh Petronas dari Malaysia, dan pelaku bisnis lain yang ingin mencicipi pasar BBM non subsidi yang sekitar 15% di Indonesia.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia bilang kalau mau tambahan, silakan menghubungi Pertamina. Artinya, kuota dari pemerintah distop hanya 110% dari kuota tahun lalu. Padahal perkiraan kebutuhan produk BBM untuk SPBU swasta hingga akhir tahun masih sekitar 572.000 kl. Alasan Bahlil kuota Pertamina masih sisa banyak, dan pengaturan ini demi kepentingan nasional.

Apakah titah Bahlil ini sinyal sebagai penugasan negara? Kalau benar sebagai penugasan negara dan tertuang dalam keputusan resmi, tentu tidak akan jadi ranah bagi wasit persaingan usaha atau KPPU untuk memeriksa apakah ada tindakan monopoli oleh Pertamina dalam kasus ini. Atau sebaliknya karena badan usaha swasta bisa nego dengan Pertamina, yang terjadi malah bukan monopoli melainkan kartel bisnis penyalur BBM di bumi Indonesia. Apakah ini yang diinginkan oleh pemerintah?

Kemungkinan ini tentu ada. Apalagi pemerintah telah berkomitmen untuk membeli energi dari Amerika Serikat senilai US$ 15 miliar sebagai tawaran agar AS menurunkan tarif dari 49% menjadi 19%. Impor baik minyak mentah, BBM, elpiji ataupun gas ini tentu butuh pasar di dalam negeri. Apapun yang sedang dilakukan oleh elite negeri ini, yang pasti jangan sampai merugikan konsumen tingkat akhir yang saat ini sudah menanggung banyak beban.

Bagi pelaku usaha tentu saatnya menghitung ulang untuk investasi di kondisi ketidakpastian ini.

Selanjutnya: Resmi Jadi Emiten, Merdeka Gold Resources (EMAS) Siap Tancap Gas

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terbaru

Perpres Pembangkit Sampah Terbit, Ini Poin Penting & Efeknya ke OASA, TOBA, BIPI
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:54 WIB

Perpres Pembangkit Sampah Terbit, Ini Poin Penting & Efeknya ke OASA, TOBA, BIPI

Pengusaha mendapatkan kepastian penerbitan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) lebih cepat dan harga listrik yang dipatok di US$ 20 cent per KWh.

Baru Empat Izin Tambang yang Dibuka Kembali
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:48 WIB

Baru Empat Izin Tambang yang Dibuka Kembali

Sebanyak 44 perusahaan pertambangan yang mengajukan pengembalian izin telah membayar jaminan reklamasi tambang.

Data Migas Kemenkeu dan ESDM Berbeda
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:43 WIB

Data Migas Kemenkeu dan ESDM Berbeda

Perbedaan bisa muncul karena data di level pimpinan SKK Migas memasukkan produksi LPG yang dikonversi ke setara minyak.

Negosiasi Buntu, Skema Baru Beli BBM Digodok
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:40 WIB

Negosiasi Buntu, Skema Baru Beli BBM Digodok

Kementerian ESDM menjanjikan skema baru pembelian BBM swasta bisa disepakati pekan ini, sehingga bisa mengatasi kelangkaan pasokan

Kinerja Industri Susu Nasional Tertekan Daya Beli
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:35 WIB

Kinerja Industri Susu Nasional Tertekan Daya Beli

Hingga kuartal III-2025 hampir seluruh pelaku industri mencatat penurunan penjualan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Bes Trust Lepas Saham CBRE, Porsi Kepemilikan Andry Hakim Bertambah
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:33 WIB

Bes Trust Lepas Saham CBRE, Porsi Kepemilikan Andry Hakim Bertambah

Salah satu pemegang saham perusahaan, Andry Hakim, resmi menambah kepemilikan saham di CBRE sebanyak 109,9 juta saham atau setara 2,43%.

Denyut Ekonomi Cikande Terpapar
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:31 WIB

Denyut Ekonomi Cikande Terpapar

Aktivitas ekonomi di Kawasan Industri Modern Cikande turut terganggu dengan mencuatnya isu cemaran radioaktif Cesium-137

Saham Emiten Bahan Baku Masih Terus Melaju
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:12 WIB

Saham Emiten Bahan Baku Masih Terus Melaju

Pertumbuhan kinerja indeks bahan baku sangat dipengaruhi oleh saham-saham subsektor komoditas logam dan mineral seperti emiten produsen emas.

Hitungan Free Float IPO Berdasarkan Kapitalisasi Pasar Dinilai Lebih Relevan
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:09 WIB

Hitungan Free Float IPO Berdasarkan Kapitalisasi Pasar Dinilai Lebih Relevan

Hitungan free float yang sebelumnya berasal dari ekuitas akan diubah berdasarkan nilai kapitalisasi pasar (market cap).

Harga Timah Masih Mendaki, TINS Terus Genjot Produksi
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:07 WIB

Harga Timah Masih Mendaki, TINS Terus Genjot Produksi

Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan 2025, PT Timah Tbk (TINS)  menargetkan produksi bijih timah 21.500 ton pada tahun ini.  ​

INDEKS BERITA

Terpopuler