Bayar Cicilan Keenam, Utang Kotor Bumi Resources Tersisa US$ 1,7 Miliar

Selasa, 09 Juli 2019 | 16:05 WIB
Bayar Cicilan Keenam, Utang Kotor Bumi Resources Tersisa US$ 1,7 Miliar
[]
Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih melanjutkan pembayaran cicilan utang. Perusahaan milik Grup Bakrie itu telah memproses pembayaran cicilan keenam fasilitas Tranche A sebesar US$ 30,99 juta, Selasa (9/7). 

Pembayaran tersebut mewakili pinjaman pokok sebesar US$ 22,54 juta dan bunga sebesar US$ 8,45 juta. Sehingga jika ditotal, Bumi Resources telah membayar utang senilai US$ 270,4 juta secara tunai. 

Utang yang sudah dibayar ini terdiri dari pokok Tranche A sebesar US$ 168 juta dan bunga sebesar US$ 102,4 juta, termasuk bunga akrual dan bunga yang belum dibayar. 

Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources mengatakan, utang berikutnya bakal jatuh tempo pada Oktober 2019. 

Meski demikian, perusahaan ini belum menentukan berapa jumlah cicilan berikutnya yang akan dibayarkan. Ini karena pembayaran utang Bumi Resources juga bergantung terhadap harga batubara dan kondisi pasar.

"Sulit diprediksi karena harus melihat volatilitas harga batubara dan kondisi pasar. Diharapkan di atas 19 Juli akan installment," ujar Dileep kepada KONTAN, Selasa (9/7). 

Dalam klausul pelunasan utang, harga batubara memang menjadi salah satu penentu besaran cicilan Bumi Resources. Tahun ini, Bumi Resources memperkirakan rata-rata harga batubara dari tambang PT Kaltim Prima Coal (KPC) sebesar US$ 61 per ton. Sementara itu, harga batubara dari PT Arutmin Indonesia diprediksi sebesar US$ 50 per ton. 

Seperti diketahui, dalam perjanjian perdamaian dengan kreditur yang telah dihomologasi pada November 2016 lalu, Bumi Resources menawarkan beberapa skema restrukturisasi utang. Selain melalui konversi utang menjadi saham dan penerbitan obligasi wajib konversi, BUMI mengganti sebagian utang dengan fasilitas baru.

Fasilitas baru tersebut dibagi menjadi tiga, yakni Tranche A senilai US$ 600 juta, Tranche B senilai US$ 600 juta, dan Tranche C senilai US$ 406 juta. Fasilitas baru ini berjangka waktu lima tahun.

Pembayaran atas fasilitas baru tersebut menyesuaikan dengan ketersediaan kas BUMI mengikuti urutan prioritas cash waterfall.

Dileep mengatakan, usai pembayaran cicilan keenam itu, Bumi Resources masih memiliki sisa utang kotor yang harus dilunasi. "Total gross debt yang masih harus dibayarkan sebesar US$ 1,7 miliar," ujarnya. 

Sesuai perjanjian, pelunasan utang ini ditargetkan bisa tuntas dalam 60 bulan. Namun, pembayaran bisa dipercepat jika harga batubara semakin stabil. 

Manajemen Bumi Resources sebelumnya juga menargetkan, jika harga batubara bisa stabil di level US$ 80 per ton, perusahaan diharapkan bisa membayar utang sekitar US$ 250 juta hingga 2020 mendatang.

Bagikan

Berita Terbaru

Meski BI Rate Dipangkas 150 Basis Poin, Bunga Kredit Baru Turun 15 Basis Poin
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 13:31 WIB

Meski BI Rate Dipangkas 150 Basis Poin, Bunga Kredit Baru Turun 15 Basis Poin

BI rate turun agresif, tapi bunga kredit masih tinggi. Transmisi kebijakan moneter ke perbankan berjalan lambat pada tahun ini.

Fase Konsolidasi & Efek Profit Taking, Inflow ETF Bitcoin dan Ethereum Terus Menurun
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 09:21 WIB

Fase Konsolidasi & Efek Profit Taking, Inflow ETF Bitcoin dan Ethereum Terus Menurun

Penurunan dana ETF kripto belakangan ini juga lebih mencerminkan sikap hati-hati investor menjelang akhir tahun.

Bisnis Pengelolaan Dana Nasabah Tajir di Bank Semakin Bersinar
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:55 WIB

Bisnis Pengelolaan Dana Nasabah Tajir di Bank Semakin Bersinar

Bisnis wealth management atau pengelolaan dana nasabah tajir perbankan terus menunjukkan pertumbuhan positif.​

Permintaan Masih Lemah, Kredit Korporasi Goyah
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:50 WIB

Permintaan Masih Lemah, Kredit Korporasi Goyah

​Permintaan kredit perbankan di segmen debitur korporasi masih lemah karena pelaku usaha korporasi masih wait and see

Prospeknya Seksi, Setelah TOBA & MHKI, SPMA juga Bakal Masuk Bisnis Pengolahan Limbah
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:30 WIB

Prospeknya Seksi, Setelah TOBA & MHKI, SPMA juga Bakal Masuk Bisnis Pengolahan Limbah

Untuk memuluskan agenda ekspansi, SPMA bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 Oktober 2025. ​

Timah (TINS) Cari Mitra Penambangan di Laut
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:20 WIB

Timah (TINS) Cari Mitra Penambangan di Laut

Inisiatif tersebut diharapkan dapat mendorong partisipasi pelaku usaha sekaligus memastikan pengelolaan SDA dilakukan secara bertanggung jawab.

Produsen Optimistis Bisa Capai Target
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:16 WIB

Produsen Optimistis Bisa Capai Target

Asus Indonesia sangat optimistis dapat menuntaskan target penjualan 1 juta unit laptop hingga akhir 2025,

Tren Gerai Restoran Siap Saji Mulai Bergeser
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:14 WIB

Tren Gerai Restoran Siap Saji Mulai Bergeser

Perubahan strategi gerai cepat saji yang kini lebih banyak bermigrasi ke lokasi suburban dan food court

Ekosistem Industri Udang Indonesia Terguncang
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:11 WIB

Ekosistem Industri Udang Indonesia Terguncang

Industri udang nasional terdampak tarif tinggi Trump dan isu pencemaran radioaktif sehingga mengguncang ekosistem udang dari hulu hingga hilir

Penambang Nikel Ingin Aturan DHE Diperlonggar
| Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:07 WIB

Penambang Nikel Ingin Aturan DHE Diperlonggar

Bagi perusahaan yang mengekspor produk olahan seperti ferronickel dan stainless steel, aturan sekarang cukup memberatkan.

INDEKS BERITA

Terpopuler