Berita Market

Beban Keuangan Masih Bayangi Kinerja Emiten Grup Bakrie

Rabu, 10 November 2021 | 08:03 WIB
Beban Keuangan Masih Bayangi Kinerja Emiten Grup Bakrie

ILUSTRASI. Adika Nuraga Bakrie.

Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tongkat kepemimpinan Grup Bakrie kini dipegang generasi ketiga Keluarga Bakrie. Perlahan, bisnis salah satu konglomerasi di Indonesia ini membaik.

PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) misalnya. Emiten ini masih membukukan rugi bersih Rp 45,12 miliar selama sembilan bulan pertama tahun ini. Tapi, rugi ini mengecil 81,21% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu rugi Rp 240,21 miliar.

Penurunan pendapatan masih menekan kinerja. BNBR mencatatkan penurunan pendapatan 20,71% secara tahunan jadi Rp 1,57 triliun. Untungnya, beban bunga dan keuangan stagnan, cuma naik 0,01% jadi Rp 117,97 miliar.

Memang masih ada bisnis Grup Bakrie yang tertekan. PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) misalnya. Emiten ini mencetak rugi bersih Rp 74,8 miliar, membengkak dari sebelumnya Rp 61,89 miliar.

Padahal, pendapatan melonjak 242% secara tahunan menjadi Rp 27,79 miliar. Kenaikan beban pokok dan usaha menjadi pemicu penurunan laba bersih.

Meski begitu, Grup Bakrie bisa berharap dari kinerja bisnisnya di pertambangan. Apalagi, ada sentimen kenaikan harga komoditas.

Dileep Srivastava, Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI), mengatakan, perusahaan belum rampung menyusun laporan kinerja operasional dan keuangan kuartal tiga. "Kemungkinan akhir November baru akan kami sampaikan," ujar dia, Selasa (9/11).

Namun, kinerja BUMI masih lebih baik dibanding entitas lain di sektor non-tambang. Ini tercermin dari nilai cicilan BUMI pada 18 Oktober lalu.

BUMI memproses cicilan ke-15 senilai US$ 78,8 juta. Ini mewakili pinjaman pokok US$ 70,7 juta dan bunga US$ 8,1 juta untuk tranche A. Nilai cicilan tersebut merupakan yang tertinggi dibanding cicilan sebelumnya. "Selain efisiensi, pembayaran ini juga terbantu oleh kondisi sektor batubara," imbuh Dileep. Dengan cicilan tersebut, BUMI hingga saat ini telah membayar utang senilai US$ 443,8 juta.

Analis Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas menilai, selain BUMI, kinerja PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) juga cukup menonjol. Operasional bisnis yang lebih agresif ditambah naiknya harga komoditas tambang membuat prospek keduanya jadi lebih baik.

Tapi, saham BUMI dan ENRG belum cocok untuk jangka panjang. "Pergerakan keduanya masih cenderung sideways," jelas Sukarno. ENRG bisa dicermati setelah turun di bawah Rp 105-Rp 110 per saham.

 

Terbaru