Begini Pendapat Onno W Purbo, Peretasan di Industri Keuangan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor kripto dikagetkan kasus dugaan peretasan salah satu exchanger kripto populer di Indonesia, Indodax. Serangkaian transaksi mencurigakan diungkap perusahaan keamanan Web3, Cyvers Alerts, di akun X pada Rabu (11/9).
Berdasarkan unggahan Cyvers Alerts, terdapat alamat yang memegang aset senilai sekitar US$ 14,4 juta yang kemudian ditukarkan menjadi ether (ETH). Tak lama berselang, lebih dari 150 transaksi mencurigakan lainnya. Sehingga saat ini total kerugian akibat peretasan diperkirakan mencapai US$ 18,2 juta. Manajemen Indodax mengakui ada peretasan tersebut.
Bagi Onno W Purbo, Pakar Teknologi Informasi mengaku cukup kaget. "Pertama kali mendengar apa yang terjadi pada platform pertukaran kripto Indodax, sejujurnya saya kaget. Sebab saya tahu Indodax ini diisi orang-orang yang bukan sembarangan. Saya mengetahui betul mereka melakukan pertahanan yang cukup serius," kata dia.
Baca Juga: Cerita Panelis Bidang Teknologi Dibalik Debat Capres Terakhir
Onno mengatakan, tak hanya Indodax, industri keuangan lainnya, seperti perbankan, juga telah memiliki pengamanan yang serius. Bahkan, perusahaan swasta pertahannya jauh lebih kuat dari perusahaan pelat merah.
Seiring kejadian yang berkaitan dengan keamanan siber ini, industri keuangan, kementerian dan lembaga banyak berjuang agar kejadian seperti ini tak terulang kembali. Hanya saja, tak bisa dipungkiri masalah besarnya adalah penyerang siber ini banyak sekali.
Bahkan para penyerang siber ini sudah terorganisir. Mereka juga menggunakan peralatan otomatis yang semakin canggih.
Saat ini saya melihat juga banyak layanan hacking as a service di dunia bawah tanah. Alhasil ini turut membuat pusing banyak platform dan industri.
Menurut Onno, gerombolan dan mafia yang terorganisir ini tidak bisa dilawan dengan perorangan atau lembaga saja. Perlu adanya kerjasama antarlembaga yang kuat. Tata kelola atau manajemen ini harusnya bisa dilakukan dan dikoordinasikan oleh teman-teman di Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
"Secara tool, kami di dunia security biasa mengoperasikan software untuk Security Operation Center yang memiliki banyak tipe. Tool ini bisa sharing data dan koordinasi untuk menangani secara bersama kalau ada kejadian serangan siber," papar Onno.
Tak hanya itu, menurut saya, ini perlu diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) berpengalaman, setidaknya mempunyai jam terbang tinggi. Persiapan dari SDM ini telah menjadi tantangan lumayan besar untuk Indonesia.
Baca Juga: Debat Capres Terakhir Digelar 4 Februari, Ini Daftar ke-12 Nama Panelisnya