Paradoks Indonesia

Selasa, 01 Juli 2025 | 06:10 WIB
Paradoks Indonesia
[ILUSTRASI. Havid Febri]
Havid Vebri | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Paradoks Indonesia. Begitulah judul buku yang ditulis Presiden Prabowo Subianto pada 2022 silam. Melalui buku setebal 138 halaman itu, Prabowo banyak menyoal kondisi Indonesia yang dipenuhi paradoks.

Paradoks itu tergambar dari wajah Indonesia yang kaya sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM), tapi gagal menjadi negara maju dan makmur. Sebaliknya, kemiskinan, kebodohan dan ketimpangan masih menjulang tinggi, mendera jutaan rakyat Indonesia di berbagai daerah. 

Tengok saja data terbaru Bank Dunia yang terbit baru-baru ini. Dalam dokumen bertajuk June 2025 Update to the Poverty and Inequality Platform (PIP), Bank Dunia melaporkan jumlah penduduk miskin di Indonesia pada 2024 mencapai 194,72 juta atau 68,3% dari total populasi pada 2024.

Data Bank Dunia ini mengejutkan kita semua. Di usia kemerdekaan yang sudah ke-79 tahun, teryata mayoritas masyarakat Indonesia masih dibekap kemiskinan. Tentu perlu analisis mendalam tentang kondisi Indonesia kontemporer berdasarkan buku karya Prabowo tersebut.

Terlebih buku tersebut telah menjadi bahan bacaan wajib para menteri dalam pemerintahan saat ini. Pertanyaan mendasarnya, mengapa Indonesia terus terjebak dalam paradoks yang semakin menjauh dari negara maju dan makmur?

Dalam buku itu, Prabowo menawarkan solusi untuk keluar dari jeratan paradoks tersebut. Dalam hal ini, ia terinspirasi dari pencapaian China. Pada 1985, perekonomian China hanya 3,6 kali lebih besar dari Indonesia. Namun, setelah 30 tahun, perekonomian China 12,8 kali lebih besar dari Indonesia. Tingginya pertumbuhan ekonomi China itu mampu menurunkan tingkat kemiskinan dan menciptakan jumlah kelas menengah yang besar. 

Untuk itulah, Presiden Prabowo Subianto memiliki ambisi besar menyelesaikan paradoks ini dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam jangka menengah panjang. Sebuah tekad yang harus didukung semua pihak. 

Namun, tantangan yang dihadapi tidak mudah. Perekonomian global saat ini melambat di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik. Kondisi itu tentu berdampak pada perekonomian nasional. 

Oleh sebab itu, mitigasi kebijakan harus disiapkan untuk menghadapi perlambatan ekonomi global dan berbagai risiko yang mengikutinya. Masih ada waktu bagi Prabowo untuk membawa bangsa ini keluar dari paradoks.

Bagikan

Berita Terbaru

Profit 25,30% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Terbang Tinggi (2 Agustus 2025)
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 13:24 WIB

Profit 25,30% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Terbang Tinggi (2 Agustus 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 1 Agustus 2025 di Logammulia.com Rp 1.948.000 per gram, harga buyback Rp 1.793.000 per gram.

KKR Kembali Dikabarkan Mau Hengkang dari Nippon Indosari Corpindo (ROTI)
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 13:00 WIB

KKR Kembali Dikabarkan Mau Hengkang dari Nippon Indosari Corpindo (ROTI)

ROTI belum menerima informasi mengenai rencana konkret KKR sehubungan dengan rencana divestasi kepemilikan sahamnya di ROTI.

Pemangkasan Tantiem Direksi dan Komisaris Bikin Beban Emiten BUMN Lebih Ringan
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pemangkasan Tantiem Direksi dan Komisaris Bikin Beban Emiten BUMN Lebih Ringan

Pemangkasan tantiem untuk direksi dan komisaris BUMN bisa berdampak positif ke kinerja keuangan emiten BUMN

Kinerja Emiten Grup Indofood Semakin Yahud
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 08:54 WIB

Kinerja Emiten Grup Indofood Semakin Yahud

INDF mencatatkan kenaikan penjualan neto sebesar 4% menjadi Rp 59,84 triliun per semester I-2025 dibandingkan Rp 57,30 triliun tahun lalu.

Emiten Prajogo Pangestu Mengantongi Cuan Tebal
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 08:51 WIB

Emiten Prajogo Pangestu Mengantongi Cuan Tebal

 Berkat kontribusi anak-anak usahanya, laba bersih BRPT mencapai US$ 539,82 juta, meroket 1.464,89% yoy dari US$ 34,49 juta.

Neraca Dagang Surplus Besar Lagi
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 07:47 WIB

Neraca Dagang Surplus Besar Lagi

Lebih tingginya nilai ekspor dibanding impor membuat neraca perdagangan RI pada Juni 2025 mencetak surplus besar mencapai US$ 4,10 miliar

 Christian Kartawijaya, Direktur Utama INTP : Memilih Instrumen Berisiko Rendah
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 07:44 WIB

Christian Kartawijaya, Direktur Utama INTP : Memilih Instrumen Berisiko Rendah

Menurut dia, investasi itu layaknya menabung untuk menyediakan dana di masa depan dengan cara menunda pengeluaran hari ini.

Inflasi Juli 2025 Tertinggi Dalam Setahun
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 07:41 WIB

Inflasi Juli 2025 Tertinggi Dalam Setahun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi tahunan Juli sebesar 2,37%, tertinggi sejak Juli 2024 lalu.

Kinerja Sektor Manufaktur Kembali Tersungkur
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 07:34 WIB

Kinerja Sektor Manufaktur Kembali Tersungkur

Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia telah berada di fase kontraksi selama empat bulan

Proses Tender FEED Masela Tuntas, Tunggu Pemenang
| Sabtu, 02 Agustus 2025 | 06:11 WIB

Proses Tender FEED Masela Tuntas, Tunggu Pemenang

Proyek LNG Abadi yang dikembangkan Inpex melalui anak usahanya, Inpex Masela Ltd, merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).

INDEKS BERITA

Terpopuler