Bergantung pada Dollar, Rupiah Kerap Terpuruk Saat Krisis Keuangan

Rabu, 29 September 2021 | 05:05 WIB
Bergantung pada Dollar, Rupiah Kerap Terpuruk Saat Krisis Keuangan
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam 25 tahun terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah. Padahal sejak lolos dari krisis moneter tahun 1998-1999, rupiah menguat terhadap dollar AS. 

Kurs rupiah sempat melemah tajam hingga menembus Rp 16.650 per dollar AS pada krisis moneter pada 1998-1999. Tapi kemudian, rupiah kembali menguat sampai kembali menyentuh level Rp 12.650 pada 20 November 2008. Bahkan setelah itu mata uang Garuda ini bergerak menguat hingga mencapai level terendah di kisaran level Rp 8.000 pada 2010. 

Rupiah baru terpuruk lagi kala bank sentral AS The Federal Reserve menggelar tapering off, yang menimbulkan taper tantrum di pasar. Kurs rupiah kembali turun ke kisaran Rp 12.000. Tekanan pada mata uang merah putih ini semakin dalam saat terjadi perang dagang antara AS dengan China pada 2018-2019. 

Tapi Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri menilai posisi kurs rupiah saat ini wajar. Menurut dia, koreksi tajam rupiah selalu terjadi ketika krisis global menghantam pasar keuangan. Sebagai mata uang emerging market, pergerakan rupiah akan sangat tergantung dengan pergerakan dollar Amerika Serikat (AS). 

Baca Juga: Mewaspadai Tumpukan Utang saat Pandemi

Setiap terjadi krisis, para pelaku pasar modal cenderung beralih ke safe haven seperti dollar AS, sehingga rupiah terpukul. "Di beberapa kesempatan, rupiah banyak melemah karena sentimen eksternal ketimbang fundamental rupiah itu sendiri," terang Reny, kemarin.

Reny menilai, saat ini secara fundamental kurs rupiah cukup solid dan stabil. Ini sudah memperhitungkan risiko tapering yang diperkirakan terjadi pada akhir tahun ini.

Ada beberapa hal yang membuat fundamental rupiah solid. Pertama, porsi hot money di pasar keuangan dalam negeri sudah tidak setinggi di masa lalu. 

Kedua, kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia juga mendukung. Analis Monex Investindo Futures Faisyal mencontohkan kebijakan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dengan sejumlah negara. 

Kebijakan ini membuat Indonesia tak terlalu bergantung pada dollar AS lagi. "Apalagi, jika BI bisa memperkuat pondasi dengan menumbuhkan ekonomi Indonesia sehingga nilai rupiah jadi lebih kuat," imbuh Faisyal. 

Pada sisa akhir tahun ini, kurs rupiah akan dipengaruhi sentimen tapering dan kenaikan suku bunga acuan AS. Jika kebijakan tersebut direspons negatif pelaku pasar, ini akan menjadi tekanan bagi rupiah. Apalagi, bank sentral Inggris (BoE) juga akan menaikkan suku bunga acuan. 

Baca Juga: Hasil lelang SUN menurun setelah The Fed mengumumkan tapering off

Menurut Faisyal, rupiah akan ada di Rp 14.500 pada akhir tahun. Sementara Reny menyebut, pelaku pasar sudah mengantisipasi kebijakan moneter The Fed. 

Bagikan

Berita Terbaru

Merdeka Battery (MBMA) Menerbitkan Obligasi Senilai Rp 1,94 Triliun
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 03:30 WIB

Merdeka Battery (MBMA) Menerbitkan Obligasi Senilai Rp 1,94 Triliun

PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) akan menerbitkan obligasi berkelanjutan I Tahap II Tahun 2025 dengan jumlah pokok Rp 1,94 triliun. 

Strategi Elnusa (ELSA) Mengarungi Tantangan
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 03:30 WIB

Strategi Elnusa (ELSA) Mengarungi Tantangan

Untuk menjawab tantangan industri migas dan mendukung transisi menuju energi bersih, manajemen Elnusa telah menyiapkan tujuh strategi utama.

PHK Naik, Klaim Jaminan Kehilangan Pekerjaan BPJS Ketenagakerjaan Melonjak
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 03:30 WIB

PHK Naik, Klaim Jaminan Kehilangan Pekerjaan BPJS Ketenagakerjaan Melonjak

BPJS Ketenagakerjaan mencatat total klaim manfaat JKP yang dibayarkan pada Januari hingga Juni 2025 mencapai Rp 442,94 miliar, melonjak 114%

OJK dan Pelaku Bisnis Merevisi Turun Target Pembiayaan di Tahun Ini
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 03:29 WIB

OJK dan Pelaku Bisnis Merevisi Turun Target Pembiayaan di Tahun Ini

Perubahan target ini dibuat setelah mempertimbangkan dinamika ekonomi yang ada dan ketidakpastian ekonomi global yang mempengaruhi kinerja

Ekspor Produk Manufaktur Terus Mendaki
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 03:29 WIB

Ekspor Produk Manufaktur Terus Mendaki

Selain memiliki pangsa terbesar, ekspor industri manufaktur juga mencatat pertumbuhan sebesar 16,57% secara tahunan.

Orang Muda di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 03:26 WIB

Orang Muda di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Transformasi menuju negara maju tak akan pernah terwujud jika kelas menengahnya dibiarkan rapuh, tanpa perlindungan, dan tanpa ruang untuk tumbuh.

Profit 25,49% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Turun Setipis Silet (4 Agustus 2025)
| Senin, 04 Agustus 2025 | 09:29 WIB

Profit 25,49% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Turun Setipis Silet (4 Agustus 2025)

Harga emas batangan Antam 24 hari ini masih sesuai update 4 Agustus 2025 di Logammulia.com Rp 1.946.000 per gram, buyback Rp 1.792.000 per gram.

Banding-Banding Kinerja Bank Digital di Paruh Pertama 2025, Pilih ARTO atau AGRO?
| Senin, 04 Agustus 2025 | 09:02 WIB

Banding-Banding Kinerja Bank Digital di Paruh Pertama 2025, Pilih ARTO atau AGRO?

Emiten bank digital yang telah merilis laporan keuangan semester I-2025 kompak menorehkan bottom line yang positif.

ESG Perbankan Besar: Kredit Hijau dan UMKM Mengalir Deras
| Senin, 04 Agustus 2025 | 08:57 WIB

ESG Perbankan Besar: Kredit Hijau dan UMKM Mengalir Deras

Perbankan getol menyalurkan kredit keberlanjutan ke sektor hijau dan sosial. Prospek saham bank pun semakin menarik.

Kinerja Apik di Paruh Pertama 2025, Pendapatan TAPG Diproyeksi Naik 9% di Akhir 2025
| Senin, 04 Agustus 2025 | 08:22 WIB

Kinerja Apik di Paruh Pertama 2025, Pendapatan TAPG Diproyeksi Naik 9% di Akhir 2025

Produksi CPO PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) di semester II-2025 diprediksi tetap stabil, didukung kondisi cuaca yang lebih bersahabat.

INDEKS BERITA