Berkah Bullish di Pasar Surat Utang Negara

Kamis, 21 Maret 2019 | 06:07 WIB
Berkah Bullish di Pasar Surat Utang Negara
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap mendapat angin segar seiring membaiknya kinerja pasar obligasi Indonesia di awal tahun ini. Maklum, yield surat utang negara (SUN) belakangan terus turun.

Mengutip data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), yield SUN seri acuan 10 tahun berada di level 7,67% pada Rabu (20/3). Padahal, akhir tahun lalu, yield SUN 10 tahun masih di area 8%.

Indonesia Composite Bond Index (ICBI) juga bergerak dalam fase bullish. Sejak awal tahun hingga kemarin, kinerja indeks obligasi Indonesia ini sudah naik 3,82%.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, pasar obligasi jauh lebih kondusif ketika ada ekspektasi suku bunga acuan berpotensi turun. Hal ini akan mendorong kenaikan harga obligasi yang menjadi aset dasar reksadana pendapatan tetap.

Reksadana pendapatan tetap yang berbasis SUN relatif lebih diuntungkan dengan kondisi pasar terkini. Sebab, SUN memiliki likuiditas memadai untuk cepat merespons sentimen positif. "Harga SUN lebih volatil, dalam artian positif. Harga obligasi bisa naik lebih signifikan," jelas Wawan, Rabu (20/3).

Ia menambahkan, karena SUN lebih likuid, manajer investasi juga bisa memanfaatkan instrumen tersebut untuk trading di pasar sekunder. Jika strategi tersebut berjalan lancar, kinerja reksadana pendapatan dapat melesat.

Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo menyatakan, dampak tren positif pasar obligasi Indonesia akan cukup signifikan bagi reksadana pendapatan tetap yang komposisi portofolionya didominasi SUN bertenor panjang. Pasalnya, harga SUN tenor panjang relatif lebih volatil ketimbang tenor pendek. Dari sisi nilai yield, SUN tenor panjang juga lebih tinggi.

Sebenarnya, reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi masih menjanjikan bagi investor. Ini didukung oleh kupon obligasi korporasi yang lebih tinggi ketimbang SUN.

Namun, lantaran obligasi korporasi kurang likuid, pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap yang berbasis instrumen tersebut tidak sekencang reksadana berbasis SUN. Alhasil, reksadana seperti ini dinilai lebih cocok bagi investor yang merasa kurang nyaman dengan risiko volatilitas pasar.

Kendati demikian, Soni mengakui bahwa Bahana belum memiliki rencana dalam waktu dekat. Perusahaan ini, misalnya, belum berniat untuk mengubah atau menyesuaikan strategi pengelolaan reksadana pendapatan tetap dengan kondisi pasar obligasi yang sedang bullish.

Managing Director, Head Sales & Marketing Henan Putihrai Asset Management Markam Halim menyebut, akan melihat animo investor sebelum menyesuaikan portofolio reksadana pendapatan tetap. "Jika ada dana segar yang cukup, kemungkinan kami akan melakukan rotasi portofolio," imbuh dia. Sementara ini, HPAM masih fokus menerapkan strategi kombinasi antara SUN dan obligasi korporasi.

Terlepas dari itu, reksadana pendapatan tetap dari berbagai tipe masih bisa tumbuh sepanjang tahun ini. Dengan catatan, tidak ada sentimen negatif tambahan yang tiba-tiba menekan pasar obligasi ketika risiko kenaikan suku bunga acuan sudah mereda.

Wawan memperkirakan, jika bunga acuan naik satu kali, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap dapat tumbuh hingga 7% hingga akhir tahun nanti. Lantas, apabila suku bunga acuan ternyata tidak naik, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap bisa mencapai 8%.

"Kalau suku bunga acuan kelak benar-benar turun, bukan mustahil kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap bisa mencapai dua digit," prediksi Wawan.

Bagikan

Berita Terbaru

Timah (TINS) Memacu Produksi Bijih Timah
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:45 WIB

Timah (TINS) Memacu Produksi Bijih Timah

TINS berhasil memproduksi bijih timah sebesar 15.189 ton hingga kuartal III-2024 atau naik 36% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Total Bangun Persada (TOTL) Menembus Target Kontrak Baru
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:40 WIB

Total Bangun Persada (TOTL) Menembus Target Kontrak Baru

TOTL menerima nilai kontrak baru senilai Rp4,4 triliun per Oktober 2024. Perolehan ini melampaui target awal TOTL sebesar Rp 3,5 triliun.

Mobil Baru Siap Meluncur Menjelang Akhir Tahun
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:30 WIB

Mobil Baru Siap Meluncur Menjelang Akhir Tahun

Keberadaan pameran otomotif diharapkan mampu mendorong penjualan mobil baru menjelang akhir tahun ini.

Lion Air Group Mendominasi Pasar Penerbangan di Indonesia
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:25 WIB

Lion Air Group Mendominasi Pasar Penerbangan di Indonesia

Menurut INACA, Lion Air Group menguasai 62% pasar penerbangan domestik di Indonesia, khususunya segmen LCC.

Produk Terstruktur BEI Sepi Peminat
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:20 WIB

Produk Terstruktur BEI Sepi Peminat

Masalah likuiditas membuat produk terstruktur kurang diminati. Berdasarkan data KSEI, AUM ETF sebesar Rp 14,46 triliun hingga Oktober 2024.

Mempertahankan dan Perebutan Kekuasaan
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:15 WIB

Mempertahankan dan Perebutan Kekuasaan

Rakyat harus cerdas dan kritis dalam membaca peta pertarungan politik di ajang pilkada pada saat ini.

Darurat Judi Online
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:10 WIB

Darurat Judi Online

Pemerintah harus berupaya keras menumpas judi online lewat beragam aspek tidak hanya pemblokiran semata.

Oleh-Oleh Janji Investasi Miliaran Dolar
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:05 WIB

Oleh-Oleh Janji Investasi Miliaran Dolar

Hasil lawatan Presiden Prabowo Subianto menjaring komitmen investasi jumbo dari China dan Inggris senilai US$ 18,5 miliar.

Hingga Oktober 2024, Pembiayaan Multiguna Tumbuh Pesat
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:00 WIB

Hingga Oktober 2024, Pembiayaan Multiguna Tumbuh Pesat

Pertumbuhan permintaan pembiayaan multifinance di segmen multiguna masih akan berlanjut hingga tahun depan

Serapan Belanja Modal Siber Perbankan Capai 50%
| Jumat, 22 November 2024 | 23:44 WIB

Serapan Belanja Modal Siber Perbankan Capai 50%

Bank Tabungan Negara (BTN) misalnya, telah menyerap 60% capex untuk teknologo informasi (TI) yang dianggarkan mencapai Rp 790 miliar di 2024

INDEKS BERITA

Terpopuler