Berupaya Bangkit dari Masalah Utang, GE Pilih Jalan Pemisahan Unit Bisnis

Rabu, 10 November 2021 | 18:19 WIB
Berupaya Bangkit dari Masalah Utang, GE Pilih Jalan Pemisahan Unit Bisnis
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Logo General Electric (GE) Co. di kantor pusatnya di Boston, Massachusetts, AS, 23 Juli 2019. Picture taken July 23, 2019. REUTERS/Alwyn Scott/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. General Electric (GE) Co akan dipecah menjadi tiga perusahaan publik, sejalan dengan niat konglomerat itu untuk menyederhanakan struktur bisnisnya, memangkas beban utang dan menghidupkan kembali harga saham yang babak belur, demikian pernyataan perusahaan pada Selasa (9/11).

Perpecahan itu menandai akhir dari konglomerat berusia 129 tahun itu. Di masa jayanya, GE pernah menjadi perusahaan Amerika Serikat (AS) yang paling berharga sekaligus simbol kekuatan bisnis AS di pasar global.

Saham GE ditutup 2,6% lebih tinggi pada perdagangan Selasa (9/11) menjadi US$ 111,29 yang merupakan level tertingginya selama 3,5 tahun terakhir. Saham konglomerat industri tersebut telah naik sekitar 9% sejak 30 Juli ketika perusahaan mengurangi jumlah saham yang diperdagangkan.

Selama tiga tahun terakhir terakhir, Chief Executive GE Larry Culp fokus pada pengurangan utang dengan menjual aset, dan meningkatkan arus kas dengan merampingkan operasi dan memotong biaya overhead.

Baca Juga: Tertekan penguatan dolar AS, harga emas spot melemah ke US$ 1.824.90 per ons troi

“Dengan kemajuan dalam deleveraging, kemajuan dengan transformasi operasional kami, pelonggaran pembatasan ... tidak ada alasan untuk menunggu satu hari (untuk perpecahan). Itu hal yang benar untuk dilakukan,” kata Culp.

Perusahaan yang berbasis di Boston itu mengatakan ketiga bisnis tersebut akan fokus pada energi, perawatan kesehatan, dan penerbangan.

GE akan memisahkan unit perawatan kesehatan, di mana mereka mengharapkan untuk mempertahankan kepemilikan 19,9%, pada awal 2023. Lalu, GE akan menggabungkan GE Renewable Energy, GE Power dan GE Digital, sebelum akhirnya disapih pada awal 2024.

Baca Juga: Harga Emas Antam Stagnan Hari Ini 10 November, Simak Daftarnya!

Setelah menjalani dua kali pemisahan, GE akan menjadi perusahaan penerbangan, yang dipimpin Culp. Perusahaan penerbangan itu akan mewarisi aset dan kewajiban GE yang tersisa, termasuk bisnis asuransi limpasan.

Seorang juru bicara perusahaan mengatakan, nama perusahaan hasil pemisahan, berikut merek yang akan digunakan, baru diputuskan kemudian.

Ini adalah upaya menyederhanakan bisnis perusahaan paling berani yang dilakukan Culp, yang mengambil kendali GE pada tahun 2018. Langkah-langkah yang diambil sebelumnya lebih mengarah ke peningkatan neraca GE, menempatkannya di jalur yang tepat untuk mengurangi utang lebih dari $75 miliar pada akhir tahun 2021.

Perusahaan sekarang berharap mengantongi arus kas bebas hingga lebih dari US$ 7 miliar pada tahun 2023. GE berencana untuk memonetisasi sahamnya di Baker Hughes, AerCap dan unit perawatan kesehatan,  untuk memotong utang bersihnya menjadi kurang dari US$ 35 miliar pada tahun 2023.

Culp mengatakan kepada Reuters bahwa keputusan untuk membagi perusahaan bisa bergulir berkat keberhasilan GE memperbaiki neraca dan kinerja operasional.

Dia tidak mengharapkan spin-off akan menghadapi masalah peraturan atau tenaga kerja, dan memastikan tidak ada campur tangan investor di balik keputusan tersebut.

“Pemisahan menciptakan lebih banyak nilai,’ kata Culp dalam wawancara. "Ini adalah langkah yang diarahkan untuk membuat GE lebih kuat, membantu bisnis dan tim kami berkinerja lebih baik,” imbuh dia.

Strategi Culp sangat kontras dengan jalan yang ditempuh GE pada dekade 80 hingga 90-an. Di bawah kepemimpinan Jack Welch, GE berkembang menjadi raksasa industri. 

Baca Juga: Cegah inflasi naik, AS waspadai kelangkaan barang konsumsi rumah tangga jelang libur

Sebagai anggota pendiri Dow Jones Industrial Average pada tahun 1896, GE menghabiskan lebih dari satu abad dalam indeks saham itu, sebelum ditendang pada tahun 2018 akibat valuasi yang merosot selama bertahun-tahun.

Inilah perusahaan yang pertama kali  menciptakan kompor listrik dan mesin cuci pakaian, hingga pembangkit listrik tenaga nuklir, dan menjadi pemasok program luar angkasa AS. Cakupan bisnisnya terentang dari televisi, film, dan asuransi hingga bola lampu dan lokomotif.

Namun sejak krisis keuangan 2008, investor meragukan kemampuan GE untuk bangkit dari masalah utang yang membebaninya. Peruntungan GE yang kian redup menjadi alasan pemecatan John Flannery, dan kendali Chief Executive pun diserahkan ke Culp.

Pendapatan perusahaan untuk tahun 2020 adalah US$ 79,62 miliar, jauh dibawah pendapatan yang dibukukan pada tahun 2008, yaitu sekitar US$180 miliar lebih.

Pada tahun 2015, aktivis investor Nelson Peltz mengambil saham di GE dan menuntut perubahan di perusahaan, termasuk menjauh dari operasi keuangan dan menuju akar industrinya. Pada hari Selasa, perusahaan Peltz, Trian, mengatakan "sangat mendukung langkah penting dalam transformasi GE ini."

Bisnis penerbangan, yang merupakan sapi perah bagi keseluruhan grup GE membuat mesin jet untuk Boeing Co dan Airbus SE. Masih ada pertanyaan tentang bagaimana perusahaan akan mendanai operasi unit, yang cenderung sangat padat modal.

Perusahaan menganggap struktur biaya unit penerbangan yang rendah, pesanan yang kuat serta neracanya yang layak investasi akan memungkinkannya memanfaatkan pasar modal. Tetapi beberapa analis mengatakan, valuasi unit penerbangan bisa tertekan karena harus mengambilalih kewajiban keuangan GE setelah perpecahan.

Baca Juga: Wall Street mengakhiri rally rekor tertinggi akibat kekhawatiran inflasi

“Jelas ada perdebatan di antara investor mengenai berapa banyak penilaian penerbangan harus dihukum vs rekan-rekan karena kewajiban keuangan," tulis analis di Barclays dalam sebuah catatan.

Sebuah sumber industri, bagaimanapun, mengatakan bisnis penerbangan telah terganggu sampai sekarang dengan menopang sisa perusahaan, yang mengambil banyak bandwidth unit. Unit ini diharapkan bernilai lebih dari $100 miliar setelah spin-off, tambah sumber tersebut.

Culp juga mengatakan perpecahan akan membuat unit yang berbeda "lebih fokus" dan menghasilkan "akuntabilitas yang lebih besar."

Perusahaan mengharapkan untuk mengambil biaya satu kali sebesar US$ 2 miliar terkait dengan pemisahan dan biaya operasional dan biaya pajak kurang dari  US$ 500 juta.

Selanjutnya: Pendanaan untuk Fintech di Asia Tenggara per September Mencapai US$ 3,5 Miliar

 

Bagikan

Berita Terbaru

Pertaruhan Besar Nikel RI: Banjir Pasokan di Gudang LME, Kalah Saing Lawan LFP
| Minggu, 28 Desember 2025 | 13:00 WIB

Pertaruhan Besar Nikel RI: Banjir Pasokan di Gudang LME, Kalah Saing Lawan LFP

Indonesia mengalami ketergantungan akut pada China di saat minat Negeri Tirai Bambu terhadap baterai nikel justru memudar.

Restrukturisasi Garuda Indonesia Masuk Babak Baru, Simak Prospek GIAA Menuju 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 11:15 WIB

Restrukturisasi Garuda Indonesia Masuk Babak Baru, Simak Prospek GIAA Menuju 2026

Restrukturisasi finansial saja tidak cukup untuk mengembalikan kepercayaan pasar secara total terhadap GIAA.​

Agar Kinerja Lebih Seksi, TBS Energi Utama (TOBA) Menggelar Aksi Pembelian Kembali
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:27 WIB

Agar Kinerja Lebih Seksi, TBS Energi Utama (TOBA) Menggelar Aksi Pembelian Kembali

Perkiraan dana pembelian kembali menggunakan harga saham perusahaan pada penutupan perdagangan 23 Desember 2025, yaitu Rp 710 per saham.

Provident Investasi Bersama (PALM) Tetap Fokus di Tiga Sektor Investasi di 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:12 WIB

Provident Investasi Bersama (PALM) Tetap Fokus di Tiga Sektor Investasi di 2026

Tahun depan, PALM siap berinvetasi di sektor-sektor baru. Kami juga terbuka terhadap peluang investasi pada perusahaan tertutup.

Melalui Anak Usaha, Emiten Happy Hapsoro Ini Mencaplok Saham Kontraktor Hulu Migas
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:03 WIB

Melalui Anak Usaha, Emiten Happy Hapsoro Ini Mencaplok Saham Kontraktor Hulu Migas

HCM,  kontraktor kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi pada Wilayah Kerja Selat Madura berdasarkan production sharing contract dengan SKK Migas.

Okupansi Hotel Fluktuatif, DFAM Tancap Gas Garap Bisnis Katering
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:00 WIB

Okupansi Hotel Fluktuatif, DFAM Tancap Gas Garap Bisnis Katering

Penyesuaian pola belanja pemerintah pasca-efisiensi di tahun 2025 bisa membuat bisnis hotel lebih stabil.

Menjadi Adaptif Melalui Reksadana Campuran
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:20 WIB

Menjadi Adaptif Melalui Reksadana Campuran

Diversifikasi reksadana campuran memungkinkan investor menikmati pertumbuhan saham sekaligus stabilitas dari obligasi dan pasar uang 

Defensif Fondasi Keuangan, Agresif dalam Berinvestasi
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:15 WIB

Defensif Fondasi Keuangan, Agresif dalam Berinvestasi

Ekonomi dan konsumsi masyarakat berpotensi menguat di 2026. Simak strategi yang bisa Anda lakukan supaya keuangan tetap aman.

Cari Dana Modal Kerja dan Refinancing, Emiten Ramai-Ramai Rilis Surat Utang
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:02 WIB

Cari Dana Modal Kerja dan Refinancing, Emiten Ramai-Ramai Rilis Surat Utang

Ramainya rencana penerbitan obligasi yang berlangsung pada awal  tahun 2026 dipengaruhi kebutuhan refinancing dan pendanaan ekspansi.

Catat Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2025, PANR Optimis Menatap Bisnis di 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:00 WIB

Catat Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2025, PANR Optimis Menatap Bisnis di 2026

Faktor cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah memaksa wisatawan domestik memilih destinasi yang dekat.​

INDEKS BERITA

Terpopuler