BI Beri Sinyal Kebijakan Ketat Masih Akan Berlanjut

Selasa, 12 Februari 2019 | 07:00 WIB
BI Beri Sinyal Kebijakan Ketat Masih Akan Berlanjut
[]
Reporter: Benedicta Prima | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memberi sinyal kebijakan arah suku bunga tahun ini masih ketat alias hawkish. Kendati, pengelolaan likuiditas akan tetap dovish. Sikap pengetatan suku bunga masih diambil BI di tengah-tengah normalisasi kebijakan moneter bank sentral di berbagai negara.

"Suku bunga hampir mencapai puncaknya, tapi likuiditas kendor. Jadi, hawkish atau tidak? Kalau suku bunga iya," tandas Gubernur BI Perry Warjiyo, Jumat (8/2).
BI masih mengarahkan kebijakan suku bunga tersebut untuk menjaga stabilitas eksternal, baik nilai tukar rupiah maupun defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). 

Apalagi, setelah mengetahui kondisi CAD pada 2018 lalu yang masih 2,98% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau defisit senilai US$ 31,1 miliar. Artinya, dengan target defisit neraca transaksi berjalan di kisaran 2,5% dari PDB, maka BI dan Pemerintah masih harus terus bekerjasama mencapai target.

"Kalau melihat neraca pembayaran khususnya CAD, usaha bersama pemerintah untuk memastikan CAD terus kami lakukan agar bisa lebih turun dan terkendali. Sejauh ini kami masih memegang arah kebijakan hampir mencapai puncaknya," jelas Perry.

Kendati masih memberikan sinyal hawkish, BI menegaskan akan mengendorkan likuiditas. Perbankan sudah diberi injeksi baik melalui swap maupun term repo. Kebijakan likuiditas ini diambil oleh BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melalui penyaluran kredit yang cukup.

Perry juga menjelaskan kondisi global, bahwa bank sentral beberapa negara di dunia sudah mulai melakukan normalisasi kebijakan moneter di tahun ini. Beberapa negara tersebut antara lain India, Thailand dan Filipina. Kondisi ini dipacu oleh perkiraan pasar bahwa kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed tidak akan seketat tahun lalu.

Sedangkan melihat kondisi  perekonomian di dalam negeri, BI menilai masih cukup kuat. Sepanjang 2018 inflasi rendah 3,13% serta pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari ekspektasi yakni 5,17%. Hanya saja pemerintah memiliki pekerjaan yang belum selesai untuk menekan CAD sesuai target.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Cek 15 Saham LQ45 yang Punya Probabilitas Kenaikan Tinggi di Bulan Oktober
| Selasa, 30 September 2025 | 21:53 WIB

Cek 15 Saham LQ45 yang Punya Probabilitas Kenaikan Tinggi di Bulan Oktober

Untuk bulan Oktober 2025, IHSG diprediksi dapat lanjut naik lagi, apalagi secara historis di bulan Oktober IHSG kerap berada di zona hijau.

Tidak Hanya Menambang, INCO Jawab Dua Tantangan ESG Global Paling Mendesak
| Selasa, 30 September 2025 | 20:32 WIB

Tidak Hanya Menambang, INCO Jawab Dua Tantangan ESG Global Paling Mendesak

Pada 2024 INCO merealisasikan biaya pengelolaan lingkungan US$ 28,37 juta atau setara Rp 462,47 miliar.

Catat Aksi Net Buy Rp 199,47 Miliar, JP Morgan hingga Allianz Borong Saham ASII
| Selasa, 30 September 2025 | 19:40 WIB

Catat Aksi Net Buy Rp 199,47 Miliar, JP Morgan hingga Allianz Borong Saham ASII

Aksi akumulasi saham ASII terbanyak dilakukan oleh JP Morgan Chase & Co sebanyak 46.189.100 saham yang dilakukan pada 29 September 2025.

Anak Usaha DOID Rilis Obligasi Senilai Rp 1,4 Triliun, Tawaran Kupon Hingga 8,75%
| Selasa, 30 September 2025 | 13:38 WIB

Anak Usaha DOID Rilis Obligasi Senilai Rp 1,4 Triliun, Tawaran Kupon Hingga 8,75%

PT Bukit Makmur Mandiri Utama akan memanfaatkan dana obligasi untuk refinancing, belanja modal, dan modal kerja.

Ada Transaksi Nego Jumbo di Saham ARCI, Basis Utama Prima Milik Happy Hapsoro Jualan?
| Selasa, 30 September 2025 | 11:41 WIB

Ada Transaksi Nego Jumbo di Saham ARCI, Basis Utama Prima Milik Happy Hapsoro Jualan?

Basis Utama Prima masuk sebagai investor di ARCI saat emiten pertambangan emas tersebut menggelar IPO pada 2021.

Besarnya Efek Domino Dibalik Suntikan Rp 200 T ke Himbara untuk Koperasi Merah Putih
| Selasa, 30 September 2025 | 10:25 WIB

Besarnya Efek Domino Dibalik Suntikan Rp 200 T ke Himbara untuk Koperasi Merah Putih

Risiko terbesar jika sampai terjadi kegagalan Koperasi Merah Putih akan ditanggung desa dan kelurahan.

DPR Minta Minimum Free Float 30%, Begini Efeknya Bagi Pasar Saham dan Emiten
| Selasa, 30 September 2025 | 09:49 WIB

DPR Minta Minimum Free Float 30%, Begini Efeknya Bagi Pasar Saham dan Emiten

Jika minimum free float langsung diatur sebesar 30%, dapat menimbulkan risiko bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Usai Gembok Dibuka BEI, Saham KOKA Langsung Ngacir Tersulut Rencana Masuknya Ningbo
| Selasa, 30 September 2025 | 09:10 WIB

Usai Gembok Dibuka BEI, Saham KOKA Langsung Ngacir Tersulut Rencana Masuknya Ningbo

Lonjakan saham KOKA lebih dipicu oleh euforia dan spekulasi pelaku pasar terhadap rencana masuknya calon investor strategis. 

SKK Migas Teken Perjanjian Proyek South Hub
| Selasa, 30 September 2025 | 08:29 WIB

SKK Migas Teken Perjanjian Proyek South Hub

Tiga kontrak pertama memberikan kejelasan hak dan kewajiban para pihak dalam komersialisasi minyak dan kondensat

Antam Masih Mengimpor Emas 30 Ton per Tahun
| Selasa, 30 September 2025 | 08:27 WIB

Antam Masih Mengimpor Emas 30 Ton per Tahun

Antam mendapatkan emas dari beberapa sumber. Pertama, dari Tambang Emas Pongkor di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Kabupaten Bogor,

INDEKS BERITA

Terpopuler