Biaya Kupon Tinggi, Korporasi Menahan Penerbitan Obligasi

Rabu, 19 Desember 2018 | 11:00 WIB
Biaya Kupon Tinggi, Korporasi Menahan Penerbitan Obligasi
[]
Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat utang korporasi tahun ini dipastikan turun ketimbang penerbitan pada tahun 2017 lalu. Biaya kupon yang tinggi menjadi penyebab utama rendahnya penawaran obligasi korporasi tahun ini.

 
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per 7 Desember, nilai penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp 110,35 triliun. Jumlah tersebut masih jauh dari realisasi penerbitan obligasi dan sukuk korporasi di akhir 2017 yang capai Rp 156,71 triliun.
 
Jumlah perusahaan yang menawarkan surat utang pun ikut terpangkas. Jika di 2017 lalu terdapat 88 perusahaan, di tahun ini baru ada 74 perusahaan yang menerbitkan surat utang.
 
Ifan Mohamad Ihsan, analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), mengatakan, penurunan penerbitan surat utang korporasi terjadi karena adanya kenaikan cost of fund atau kupon yang harus dibayarkan penerbit obligasi. "Cost of fund bertambah lantaran tren kenaikan pada yield obligasi, baik korporasi maupun negara," kata dia, Selasa (18/2).
 
Senada, Eric Sutedja, Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management, memperkirakan, hingga akhir tahun 2018, jumlah dan nilai penerbitan obligasi korporasi tidak bisa melebihi realisasi tahun lalu.
 
Mengingat, pada paruh kedua tahun ini, banyak perusahaan yang memilih menahan penerbitan surat utangnya. "Ini bukan hanya karena suku bunga saat ini naik, tetapi karena emiten memiliki ekspektasi di masa mendatang suku bunga terus naik, maka emiten memilih segera menerbitkan obligasi untuk mengamankan bunga," jelas dia.
 
Eric pun melihat, hal ini masih akan berlangsung paling tidak di awal tahun depan. Penyebabnya, banyak perusahaan yang memilih wait and see dengan hasil pemilu presiden 2019.
 
Tetapi Eric optimistis, angka penerbitan surat utang korporasi di tahun depan masih lebih baik ketimbang raihan tahun ini. Salah satu penyebabnya, pergerakan rupiah lebih stabil karena dukungan dari perang dagang yang mereda, sentimen pelonggaran kebijakan moneter The Federal Reserve, serta harga minyak yang cenderung bergerak dalam rentang sempit.
 
Dengan kebijakan suku bunga The Fed di 2019 yang lebih moderat, diprediksi penawaran surat utang korporasi semester I-2019 cukup besar. Khususnya untuk surat uang tenor tiga hingga lima tahun.
 
Ifan pun memperkirakan penerbitan obligasi korporasi di tahun depan akan cukup ramai. Mengingat tingginya kebutuhan refinancing. Hitungan dia, ada sekitar Rp 90 triliun surat utang korporasi yang akan jatuh tempo di tahun 2019 nanti.

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Berlangganan

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Bagikan

Berita Terbaru

Timah (TINS) Memacu Produksi Bijih Timah
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:45 WIB

Timah (TINS) Memacu Produksi Bijih Timah

TINS berhasil memproduksi bijih timah sebesar 15.189 ton hingga kuartal III-2024 atau naik 36% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Total Bangun Persada (TOTL) Menembus Target Kontrak Baru
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:40 WIB

Total Bangun Persada (TOTL) Menembus Target Kontrak Baru

TOTL menerima nilai kontrak baru senilai Rp4,4 triliun per Oktober 2024. Perolehan ini melampaui target awal TOTL sebesar Rp 3,5 triliun.

Mobil Baru Siap Meluncur Menjelang Akhir Tahun
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:30 WIB

Mobil Baru Siap Meluncur Menjelang Akhir Tahun

Keberadaan pameran otomotif diharapkan mampu mendorong penjualan mobil baru menjelang akhir tahun ini.

Lion Air Group Mendominasi Pasar Penerbangan di Indonesia
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:25 WIB

Lion Air Group Mendominasi Pasar Penerbangan di Indonesia

Menurut INACA, Lion Air Group menguasai 62% pasar penerbangan domestik di Indonesia, khususunya segmen LCC.

Produk Terstruktur BEI Sepi Peminat
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:20 WIB

Produk Terstruktur BEI Sepi Peminat

Masalah likuiditas membuat produk terstruktur kurang diminati. Berdasarkan data KSEI, AUM ETF sebesar Rp 14,46 triliun hingga Oktober 2024.

Mempertahankan dan Perebutan Kekuasaan
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:15 WIB

Mempertahankan dan Perebutan Kekuasaan

Rakyat harus cerdas dan kritis dalam membaca peta pertarungan politik di ajang pilkada pada saat ini.

Darurat Judi Online
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:10 WIB

Darurat Judi Online

Pemerintah harus berupaya keras menumpas judi online lewat beragam aspek tidak hanya pemblokiran semata.

Oleh-Oleh Janji Investasi Miliaran Dolar
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:05 WIB

Oleh-Oleh Janji Investasi Miliaran Dolar

Hasil lawatan Presiden Prabowo Subianto menjaring komitmen investasi jumbo dari China dan Inggris senilai US$ 18,5 miliar.

Hingga Oktober 2024, Pembiayaan Multiguna Tumbuh Pesat
| Sabtu, 23 November 2024 | 03:00 WIB

Hingga Oktober 2024, Pembiayaan Multiguna Tumbuh Pesat

Pertumbuhan permintaan pembiayaan multifinance di segmen multiguna masih akan berlanjut hingga tahun depan

Serapan Belanja Modal Siber Perbankan Capai 50%
| Jumat, 22 November 2024 | 23:44 WIB

Serapan Belanja Modal Siber Perbankan Capai 50%

Bank Tabungan Negara (BTN) misalnya, telah menyerap 60% capex untuk teknologo informasi (TI) yang dianggarkan mencapai Rp 790 miliar di 2024

INDEKS BERITA

Terpopuler