Biaya Provisi Jadi Beban, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham BBTN

Jumat, 12 April 2019 | 07:41 WIB
Biaya Provisi Jadi Beban, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham BBTN
[]
Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatat kenaikan besar untuk biaya provisi atau pencadangan atas kredit bermasalah di tahun lalu. Masalah ini diyakini berlanjut menjadi penghambat laba BBTN tahun ini.

Bank BTN yang bisnis utamanya menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR), mencatat kenaikan biaya provisi 88,8% pada kuartal empat tahun 2018 menjadi Rp 847,7 miliar. Angka ini hampir menyamai total provisi di sembilan bulan sebelumnya.

BBTN beralasan, kenaikan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) ini untuk memenuhi ketentuan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 71. Tetapi, gara-gara kenaikan biaya pencadangan yang mencapai 93,8% menjadi Rp 1,7 triliun di tahun lalu itu, laba BBTN tergerus.

BBTN mencatat laba Rp 2,8 triliun di akhir 2018. Jumlah tersebut turun sekitar 7,25% dari perolehan 2017 yang sebesar Rp 3,02 triliun.

Suria Dharma, Analis Samuel Sekuritas Indonesia, memperkirakan, masih akan ada peningkatan coverage ratio di tahun ini. Ini mengindikasikan akan ada kenaikan kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) atau peningkatan biaya CKPN lagi di tahun ini.

Dalam hitungan Suria, coverage ratio BBTN tahun ini bisa mencapai 76%. "Peningkatan coverage ratio tersebut akan meningkatkan biaya provisi sebesar 105,2% di akhir tahun ini atau menjadi Rp 3,5 triliun," kata Suria. Dengan begitu, laba bersih BBTN di tahun 2019 masih akan turun 20,4% jadi Rp 2,23 triliun.

Sektor bisnis properti pun masih terlihat suram. Ini alasan Analis Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya meramalkan, kinerja BBTN sepanjang tahun ini akan cenderung stagnan.

Untuk investor, William merekomendasikan hold saham BBTN. "Tahan dulu untuk lebih ke jangka panjang," kata dia. Dia yakin, BBTN akan berusaha menggenjot kinerja dengan menyalurkan pembiayaan ke sektor konstruksi dan infrastruktur yang tahun ini digenjot pemerintah.

Kenaikan kredit

Stephan Hasjim, Analis Indo Premier Sekuritas, juga merekomendasikan hold BBTN dengan target harga Rp 2.600 per saham. "Kami meningkatkan asumsi biaya kredit menjadi 75 basis poin dari 50 bps, untuk mencerminkan NPL keseluruhan yang lebih tinggi dari 2,82%," kata Stephan dalam riset per 1 April.

Sementara Suria melihat BBTN bisa meningkatkan pendapatan berbasis bunga dengan pertumbuhan kredit 18% di tahun ini. Dana pihak ketiga (DPK) juga diperkirakan bisa tumbuh 16%. Alhasil, Suria merekomendasikan buy BBTN dengan target harga Rp 2.850 per saham.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Daya Beli Melemah, Kredit Modal Kerja Ikut Melambat
| Jumat, 25 April 2025 | 04:55 WIB

Daya Beli Melemah, Kredit Modal Kerja Ikut Melambat

BI menyebut kredit modal kerja tumbuh 6,2% secara tahunan mencapai Rp 3.348 triliun pada Februari. Angka ini melambat dari Januari naik 6,8%.

Industri Takaful Beradaptasi Hadapi Lesunya Daya Beli
| Jumat, 25 April 2025 | 04:45 WIB

Industri Takaful Beradaptasi Hadapi Lesunya Daya Beli

Agar bisa tetap bersaing saat daya beli lesu, sejumlah pemain takaful giat melakukan adaptasi di tengah pelemahan daya beli.

Perbankan Menjaga Agar Tarif Trump Tidak Bikin Kinerja Negatif
| Jumat, 25 April 2025 | 04:25 WIB

Perbankan Menjaga Agar Tarif Trump Tidak Bikin Kinerja Negatif

Bank mulai mengukur efek kebijakan tarif AS terhadap potensi munculnya kredit macet di bank. OJK menyebut akan ada risiko industri padat karya. 

Bank Digital Masih Jaga Bunga di Level Tinggi
| Jumat, 25 April 2025 | 04:20 WIB

Bank Digital Masih Jaga Bunga di Level Tinggi

Bank digital belum mengubah bunga deposito di April tahun ini. Beberapa mengaku, belum ada ruang menurunkan bunga deposito. 

IHSG Melemah ke 6.613 di Tengah Penurunan Saham Bank, Kamis (24/4)
| Kamis, 24 April 2025 | 19:32 WIB

IHSG Melemah ke 6.613 di Tengah Penurunan Saham Bank, Kamis (24/4)

Kamis (24/4), IHSG turun 0,32% atau 20,9 poin ke 6.613,48 pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Chandra Daya Investasi (CDI) Perkuat Bisnis Infrastruktur Seiring Isu Rencana IPO
| Kamis, 24 April 2025 | 17:55 WIB

Chandra Daya Investasi (CDI) Perkuat Bisnis Infrastruktur Seiring Isu Rencana IPO

Chandra Asri Group menggagas transformasi yang lebih luas yakni menjadi perusahaan solusi energi, kimia, dan infrastruktur di Asia Tenggara.

Harga Perak Terkoreksi Teknikal pada Kamis (24/4) Pasca Naik Tinggi
| Kamis, 24 April 2025 | 15:29 WIB

Harga Perak Terkoreksi Teknikal pada Kamis (24/4) Pasca Naik Tinggi

Harga perak tengah alami koreksi teknis setelah melonjak lebih dari 3% pada sesi sebelumnya ke level tertinggi tiga minggu. 

Dua Bulan Lalu Dipangkas Goldman, Kini UBS Kerek Peringkat Indonesia Jadi Overweight
| Kamis, 24 April 2025 | 13:58 WIB

Dua Bulan Lalu Dipangkas Goldman, Kini UBS Kerek Peringkat Indonesia Jadi Overweight

Sunil Tirumalai Strategist UBS Group menyebut valuasi saham Indonesia mendekati level terendah Covid-19.

Credit Agricole dan Investco Pimpin Akumulasi Saham BBCA oleh Investor Asing
| Kamis, 24 April 2025 | 13:32 WIB

Credit Agricole dan Investco Pimpin Akumulasi Saham BBCA oleh Investor Asing

Credit Agricole Group membeli 80.396.886 saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dibuntuti oleh Investco Ltd yang membeli 71.012.100 saham.

Saham BRIS Terus Menghijau Seiring Proyeksi Kinerja yang Positif di 2025
| Kamis, 24 April 2025 | 10:21 WIB

Saham BRIS Terus Menghijau Seiring Proyeksi Kinerja yang Positif di 2025

Prospek bisnis PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) makin menarik setelah ditunjuk menjadi bullion bank.

INDEKS BERITA

Terpopuler