Bisnis Online Grocery Tetap Tumbuh

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbelanja kebutuhan pokok, terutama bahan makanan (grocery) secara online sudah menjadi hal lumrah. Hal ini didorong oleh pandemi Covid-19 yang sempat membatasi pergerakan masyarakat. Selama pandemi pula, beragam online grocery bermunculan, mulai dari startup grocery berbentuk on-demand atau quick commerce.
Meski begitu, beberapa online grocery menutup layanan mereka. Sebut saja Brambang, yang menutup operasionalnya beberapa bulan lalu dan beralih ke produk elektronik. Lantas ada Traveloka yang menghentikan layanan Traveloka Mart. Terakhir, Bananas yang baru-baru ini pun berhenti setelah beroperasi 10 bulan.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara memandang, ada beberapa penyebab tutupnya online grocery ini. Pertama, masyarakat kembali lagi melakukan aktivitas belanja ke toko fisik atau toko tradisional setelah landainya kasus Covid-19. Menurutnya, ini mengurangi omzet online grocery secara signifikan.
Kedua, faktor pendanaan. Dia menyebut, sebagian besar online grocery di Indonesia mendapatkan suntikan dana yang besar dari investor asing. "Sehingga ketika terjadi ancaman resesi global, yang sebenarnya mulai menguat di awal 2022, banyak investor lebih hati-hati dalam melanjutkan pendanaan," ujar Bhima.
Baca Juga: Bananas Tutup Operasional, Seperti Apa Gambaran Prospek Startup Online Grocery?
Prioritaskan kesehatan
Penyebab lain yang bisa terjadi adalah masalah internal. Ini bisa jadi produk yang tidak bisa berkompetisi atau tim atau founder yang tidak solid.
Sementara itu, CEO Titipku Henry Suhardja berpendapat, tumbangnya berbagai online grocery ini terkait bisnis model yang diusung. Dia menilai, fenomena ini disebabkan banyak online grocery yang hanya fokus pada promosi dan malah tidak menggarap kualitas produk dan kualitas layanan.
"Kalau e-grocery itu, yang dibutuhkan masyarakat adalah kualitasnya. Pertama kualitas produk, dan kedua adalah kualitas layanannya," ujar Henry.
Meskipun kasus Covid-19 sudah mengalami penurunan, tren belanja online grocery masih tumbuh positif. VP of Brand & Marketing Astro, Evan Januli, menerangkan hal ini karena berbelanja kebutuhan sehari-hari secara online adalah pilihan yang bisa ditempuh dan disukai banyak konsumen.
Lady Meiske, VP of People Culture & General Affair Sayurbox pun sepakat. Menurutnya, masyarakat mulai terbiasa melakukan gaya hidup lebih sehat, terutama konsumsi sayur dan buah. "Terlebih lagi dengan melakukan pemesanan secara online, masyarakat merasa dimudahkan sehingga dapat berbelanja dari mana saja dan kapan saja," ujar Lady.
Sayurbox pun mencatat perkembangan bisnis yang positif hingga kini. Ada 1 juta pelanggan yang dilayani Sayurbox di area Jawa-Bali. Sayurbox melayani B2B serta B2C, dari beragam ukuran bisnis maupun lapisan ekonomi.
Sementara itu, Henry bilang masih banyak pelanggan pilih belanja secara online, khususnya melalui Titipku, karena memprioritaskan kesehatan.
Juli lalu, Titipku mencatat angka transaksi yang tinggi seperti bulan-bulan sebelumnya di 2022. Padahal, kasus Covid-19 tidak setinggi biasanya dan Titipku mulai membatasi pemberian promo. "Ini adalah bukti bahwa ekosistem pelanggan Titipku sudah terbentuk," ujarnya.
Prospek online grocery diyakini masih akan tetap positif ke depan . Bahkan, Lady memproyeksi, perilaku masyarakat memesan kebutuhan pokok secara online masih meningkat.
Henry meyakini bisnis ini tidak akan hilang meski kasus Covid-19 mereda. Ini terlihat dari laporan Market Research Indonesia, yang mengatakan saluran modern merupakan pilihan utama untuk pembelian bahan pokok dan jadi gaya hidup di kalangan konsumen.
"Dapat dikatakan bahwa model bisnis online grocery di situasi pasca Covid justru bisa menghasilkan pendapatan lebih besar," kata Henry.
Bhima juga memproyeksi pelaku online grocery akan terus bertambah. Menurutnya, tumbangnya beberapa online grocery ini hanya bersifat sementara, di mana saat ini merupakan masa konsolidasi.
Pertumbuhan online grocery ini menurut Bhima karena faktor demografi indonesia yang cukup besar dengan dominasi usia produktif sehingga membuat adaptasi teknologi lebih tinggi. Tak hanya itu, masih banyak pula daerah-daerah yang belum dijangkau oleh online grocery.
"Sejalan dengan infrastruktur internet, nanti permintaanya juga mulai naik," ujar Bhima.
Supaya bisa bertahan, menurut Bhima, online grocery membutuhkan modal yang besar untuk berinvestasi di fitur teknologi, berkolaborasi dengan berbagai startup atau alat pembayaran, melakukan inovasi dengan O2O (online to offline) atau omnichannel.
Baca Juga: Ini 15 Startup Lolos Seleksi Kominfo Guna Pelatihan Startup Studio Indonesia Batch 5
Pentingnya jaringan
Menurut Bhima ini perlu mengingat online grocery yang diminati adalah mereka yang merek atau supermarketnya sudah terkenal, jaringannya menjangkau banyak daerah, terutama di kota tier 3 dan kota tier 4.
Sementara itu, pelaku online grocery juga terus melakukan berbagai upaya untuk bisa terus bertahan ke depan . Astro misalnya, fokus pada kepuasan konsumen dan kualitas produk dibandingkan kompetisi.
"Karena kami percaya kepuasan konsumen adalah kunci keberhasilan. Kami selalu berusaha menjaga kualitas produk dan tetap melakukan berbagai inovasi yang bertujuan untuk memudahkan konsumen dalam berbelanja," tutur Evan.
Quick commerce yang sudah memiliki lebih dari 3.000 SKU produk ini pun akan berinovasi dengan meluncurkan kurasi produk dengan kualitas terbaik lewat jajaran produk private label dengan nama Astro Goods. Tak hanya itu, Astro pun tengah meluncurkan 9 produk dengan harga yang berganti setiap bulannya.
Sementara itu, Sayurbox akan terus memberikan pelayanan maksimal dengan menghadirkan produk yang berkualitas. Ini dilakukan dengan berbagai hal, misalnya membangun supply chain fresh produce secara serius, menyeleksi produk secara ketat hingga bekerja sama dengan pihak ketiga dalam pengantaran.
Hingga kini, Sayurbox sudah bekerja sama dengan lebih dari 10.000 petani dan produsen lokal, menyediakan lebih dari 5.000 SKU, juga memberikan pelayanan next day delivery dan same delivery dan menyediakan berbagai fitur dan program lainnya.
Sementara itu, Henry juga mengakui ada berbagai tantangan yang dihadapi online grocery saat ini. Karenanya, pihaknya melakukan berbagai upaya seperti menghadirkan aplikasi yang lebih personalized, menyesuaikan pengalaman belanja dengan tren masyarakat terus mengedukasi Jatiper, pedagang, dan masyarakat tentang pentingnya belanja daring, dan fokus pada path to profitability untuk menghasilkan model bisnis yang sehat.
Adapun, baru-baru ini Titipku pun memperluas bisnisnya ke segmen B2B, sehingga model bisnisnya menjadi B2B2C atau business to business to customer. Dengan begitu, Titipku tidak hanya memenuhi kebutuhan rumah para pelanggan, tetapi juga pedagang, baik kebutuhan terkait pasokan barang dagangan maupun kebutuhan terkait modal usaha. Hingga kini, Titipku hadir di sekitar 150 pasar dan 10.000 pedagang di Jabodetabek.
Baca Juga: Sinar Mas Land Luncurkan Program UMKM Pasar Rakyat Go Digital