Berita Saham

BTN Memperluas Kontribusi Lingkungan dan Sosial Lewat Transformasi

Senin, 22 Januari 2024 | 08:00 WIB
BTN Memperluas Kontribusi Lingkungan dan Sosial Lewat Transformasi

ILUSTRASI. Suasana kompleks perumahan bersubsidi di Bogor, Minggu (14/01). Hingga saat ini Bank BTN telah menyalurkan KPR Bersubsidi kepada lebih dari 4 juta rumah tangga yang tidak mampu memiliki rumah. KONTAN/Baihaki/14/1/2024

Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Mengincar target sebagai bank penyalur kredit pemilikan rumah (KPR) terbesar di Asia Tenggara pada 2025 mendatang, menjadikan transformasi bisnis tak terelakkan bagi PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk. Keputusan bisnis yang mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST), bukan hanya membawa perubahan buat Bank BTN, tetapi juga pengakuan akan kontribusi positif bagi sekitar.

Untuk menjadi salah satu bank terbaik di Asia Tenggara, BTN membangun bisnis berkelanjutan berbasis ekosistem. Salah satu caranya, dengan menerapkan aspek environment, social, and governance (ESG) dalam keputusan bisnis. 

Agar mulus mengintegrasikan ESG dalam bisnis, Bank BTN  telah membentuk Departemen ESG yang khusus menangani environment, social, and governance. Serta, ada komite guna meningkatkan tata kelola perusahaan di bidang ini.

Transformasi bisnis dengan mempertimbangkan ESG ini diganjar dengan berbagai pengakuan. Skor risiko ESG rating BTN dari Sustainalytics membaik, menjadi 22,8 dari sebelumnya 28,4. Di 2023, bank dengan kode saham BBTN ini juga menyabet berbagai penghargaan ESG dan tata kelola sebagai buah manis dari transformasi yang mereka lakukan.

Yang terbaru, organisasi non-pemerintah Bumi Global Karbon (BGK) Foundation memberikan nilai rata-rata ESG 86,7% untuk Bank BTN, naik dari sebelumnya 73%. BGK memberikan predikat leadership AA pada BTN, yang mencerminkan kontribusi positif bank BUMN ini dalam pembangunan berkelanjutan dan menerapkan standar tinggi pengungkapan ESG. Bank BTN juga masuk lima besar emiten terbaik dalam board ESG Leader BGK, lo.

Direktur Risk Management Bank BTN Setiyo Wibowo menjelaskan, BBTN sejatinya telah menerapkan ESG sejak 2017, sejalan dengan penerbitan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik yang dilaporkan melalui sustainability report setiap tahun. 

Lalu, sejak 2022, Bank BTN telah berupaya meningkatkan penerapan keuangan berkelanjutan dengan menyusun Roadmap dan Framework ESG tahun 2023-2028. Peta jalan ini merupakan strategi dan proses implementasi ESG BTN. 

“Salah satu inisiatif strategis Bank BTN tahun 2024 adalah be the ESG champion in banking industry,” kata Setiyo. 

Fokus penerapan transformasi ESG BTN dari sisi bisnis maupun dari operasional. Dari sisi bisnis, BTN akan berupaya untuk meningkatkan portofolio kepada sektor environment, yaitu kegiatan usaha berwawasan lingkungan (KUBL). Portofolio untuk lingkungan ini di samping penyaluran ke sektor sosial yang sudah merupakan inti bisnis Bank BTN, yakni penyaluran KPR subsidi.

Sebagai informasi, total kredit hijau sesuai laporan Taksonomi Hijau Indonesia (THI) posisi September 2023 sebesar Rp 1,4 triliun dari 450 top debitur. Memang, nilai ini masih kecil dibandingkan dengan penyaluran KPR bersubsidi Bank BTN yang mencapai Rp 157,7 triliun. BTN juga menjadi pemegang pangsa terbesar untuk penyaluran KPR bersubsidi.

Untuk kredit hijau, Bank BTN menyalurkannya untuk industri pengolahan kertas dan barang dari kertas, industri pengolahan bukan mesin dan peralatannya, serta energi (pengadaan listrik, gas, uap dan udara dingin).

Selain itu, mengalir juga untuk sektor pengangkutan dan pergudangan, aktivitas profesional, ilmiah dan teknis, serta untuk sektor konstruksi perumahan sederhana. Yang terbilang terbaru penyalurannya, kredit untuk sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.

Masih penerapan ESG dari sisi bisnis, Bank BTN juga fokus meningkatkan sisi governance dengan menerapkan tata kelola yang baik dari keamanan privasi data, cybersecurity, dan anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme. 

Sedangkan dari sisi operasional, Bank BTN menerapkan lingkungan kerja dengan prinsip keragaman, kesetaraan, dan bebas diskriminasi. Mereka juga berupaya mengurangi emisi dengan cara penggunaan kendaraan listrik, pengelolaan limbah, serta pengurangan konsumsi listrik dan kertas dengan menerapkan digitalisasi. 

Dalam transformasi digitalisasi, Bank BTN juga mulai memetik buah manis dari super apps besutannya. Pada akhir September 2023, transaksi yang dilakukan dari aplikasi mobile banking ini naik 117% dibanding September 2022.

Langkah Bank BTN menerapkan ESG dalam pembentukan ekosistem perumahan ini bukan tanpa tantangan. Setiyo mengakui, perlu kebutuhan investasi yang lebih besar dengan penerapan ESG pada bisnis bank. Perusahaan juga memerlukan dukungan dari pemerintah berupa insentif untuk meningkatkan penerapan ESG dalam upaya mendukung target net zero emission tahun 2060.

Tantangan lainnya, stakeholder engagement atau keterlibatan para pemangku kepentingan termasuk customer dan vendor, yang masih perlu ditingkatkan terkait pemahaman pembiayaan emisi karbon. 

BTN ESG

Bank BTN memang sudah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengatasi tantangan tersebut. Misalnya, di tahun 2024, untuk memperkuat pendanaan, mereka berencana menerbitkan sustainability bond.

Sedang yang berhubungan dengan nasabah, Bank BTN akan memperkuat green mortgage (KPR hijau), green savings, dan sustainability linked loan.

Hanya saja, Setiyo belum mengelaborasi lebih jauh dari rencana pendanaan dan penyaluran kredit hijau ini. 

Guna mengatasi hambatan ESG, Bank BTN juga berupaya dengan memberikan manfaat dan nilai tambah bagi seluruh stakeholders (customer, manajemen, pemegang saham, dan karyawan) dengan kegiatan bank yang mengelola dampak lingkungan, mengatasi masalah sosial, dan mempertahankan standar tata kelola yang etis dalam operasi perbankan.

Kinerja bank

Kinerja berkelanjutan Bank BTN memperlihatkan hasil positif. Sampai akhir kuartal ketiga tahun lalu, Bank BTN mengantongi laba Rp 2,3 triliun, naik 1,67% dibanding periode sama tahun sebelumnya. 

Tercatat, total penyaluran kredit dan pembiayaan mereka naik 9,87% menjadi Rp 318,30 triliun. Komposisinya, 87% atau mencapai Rp 277,42 triliun kredit mengalir untuk sektor perumahan, sedangkan sisanya sekitar 13% atau sebesar Rp 41 triliun untuk non-properti. 

Jika diperinci lebih dalam, kredit perumahan tumbuh 8,16% year on year. Pertumbuhan terbesarnya dari KPR subsidi yang naik 11,87%. KPR bersubsidi yang totalnya Rp 157,7 triliun ini juga memiliki porsi paling besar, 49,55% dari total kredit Bank BTN. 

Sementara total simpanan dana masyarakat atau dana pihak ketiga tumbuh 3,54% menjadi Rp 323,91 triliun. 

Sebelumnya, Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu menyebutkan, perolehan laba bersih Bank BTN disumbang dari bisnis syariah, kinerja positif KPR, high-yield loan, serta lonjakan fee based income. Pencapaian ini tercapai di tengah likuiditas pasar yang ketat serta penyaluran kredit yang melambat lantaran suku bunga yang cukup tinggi. 

Pertumbuhan kredit 9% dinilai sejalan dengan target perusahaan. Untuk mendongkrak pertumbuhan kredit dan margin hingga akhir tahun, Bank BTN akan mendorong produk pinjaman high-yield seperti Kredit Usaha Rakyat  (KUR), Kredit Ringan (KRING), dan Kredit Agun an Rumah  (KAR). 

Untuk fee based income atau pendapatan di luar bunga, Bank BTN mencatat pertumbuhannya melejit 67,32% menjadi Rp 2,36 triliun. Pertumbuhan pendapatan berbasis fee dan komisi ini mengurangi ketergantungan  dari aset yang sensitif bunga. 

Hanya, tantangan yang Bank BTN hadapi antara lain ketatnya likuditas di pasar karena kenaikan bunga. Maraton kenaikan suku bunga acuan sampai 225 basis poin juga membuat pengeluaran bunga Bank BTN naik sampai 43% di akhir September tahun lalu. Memang, manajemen mengklaim, mereka masih bisa mengelola biaya pendanaan tersebut.  

Untuk memperbaiki kualitas aset, di akhir tahun lalu, Bank BTN juga bebersih aset macet dengan menjual kredit macet (NPL) senilai Rp 900 miliar. Langkah ini bisa meningkatkan kualitas aset BTN dan berdampak pada peningkatan kinerja bank pelat merah ini.

BTN memperkirakan, pertumbuhan laba berkisar 8%-10% di tahun lalu dan sekitar 12%-14% di tahun ini. Pertumbuhan kredit tahun ini diperkirakan 12%, tak berbeda jauh dari target tahun lalu 11,8%. 

Untuk tahun ini, target pertumbuhan KPR Subsidi adalah sebesar 117.000 unit. Selain itu, harapannya, Bank BTN mampu menjaga penyaluran kredit kepada UMKM sebesar 20% dari total pembiayaan produktif mereka sepanjang 2024.

Risiko bisnis yang Bank BTN antisipasi tahun ini adalah diversifikasi portofolio baru yang sebelumnya minim mereka salurkan. 

“Khususnya di sektor lingkungan seperti pertanian, peternakan, perikanan, dan energi terbarukan, sehingga dibutuhkan peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai,” ungkap Setiyo.

Analis Ciptadana Sekuritas Erni Marsella Siahaan dalam risetnya berekspektasi, BTN mendorong pertumbuhan kredit di kuartal IV 2023 bersamaan dengan perbaikan NIM. 

Meski penyaluran kredit di kuartal III 2023 masih meleset dari perkiraannya, Erni menyematkan rekomendasi buy BBTN dengan target Rp 2.125. 

Dia menilai, Bank BTN akan menjadi bank yang paling diuntungkan dari insentif pemerintah untuk sektor properti. Ini mengingat, lebih dari 30% penyaluran kredit Bank BTN untuk KPR bersubsidi.

Misalnya, Kementerian Keuangan memberikan insentif sektor properti khususnya untuk segmen perumahan masyarakat berpenghasilan rendah dengan total nilai Rp 3,2 triliun. Stimulasi ini diharapkan mendorong permintaan rumah. 

Selain itu, pemerintah masih akan membebaskan pajak pertambahan nilai (PPN) rumah 100% dengan harga rumah sampai Rp 5 miliar hingga Juni 2024. Setelah itu, hingga Desember 2024,  PPN yang ditanggung pemerintah turun menjadi 50%. Pemerintah juga masih akan memberikan insentif administrasi rumah subsidi yang dipatok maksimal Rp 350 juta hingga Desember 2024 nanti. 

Menurut Erni, rencana Bank BTN menjual aset macet atau bulk asset sales di 2024 senilai Rp 1 triliun akan mendorong perbaikan aset signifikan mereka. Dia juga menyoroti rencana Bank BTN yang semakin agresif menyalurkan KPR nonsubsidi, yang diperkirakan bisa mendorong margin bunga.

Terbaru