Bukan Beternak Ayam

Rabu, 19 November 2025 | 06:10 WIB
Bukan Beternak Ayam
[ILUSTRASI. TAJUK - Hasbi Maulana]
Hasbi Maulana | Managing Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana Danantara berinvestasi hingga Rp 20 triliun guna membangun ekosistem peternakan ayam patut disambut baik. Namun, jika induk BUMN ini hanya melihat peluang dari captive market program MBG, rasa-rasanya ide itu terlalu biasa. Bahkan anak kandang, sebutan pekerja peternakan ayam, rata-rata punya pemikiran seperti itu. Cuma ketiadaan modal yang menghalangi mereka. 

Membangun peternakan untuk menggemukkan DOC menjadi ayam siap potong adalah bisnis yang relatif mudah, peternak skala kecil pun pandai menjalankannya. Sekaliber Danantara, dengan mandat investasi strategis, mestinya tidak hanya melihat peluang sereceh itu.

Persoalan krusial ketahanan pangan nasional Indonesia, khususnya sektor peternakan ayam, ada pada hulu genetik. Seluruh rantai pasok ayam potong dan telur Indonesia berpangkal pada Grand Parent Stock (GPS) alias kakek-nenek ayam. Dari GPS akan menetas indukan ayam yang pada gilirannya akan beranak DOC. Anak ayam itu akan tersaji di piring kita sebagai ayam goreng lima minggu kemudian.

Ironisnya, saat ini hampir 100% GPS masih kita impor. Karena kakek-nenek ayam potong dan ayam petelur impor, maka pada hakekatnya ayam pedaging dan telor yang kita santap juga produk impor. 

Kita tertinggal jauh dari beberapa negara berkembang seperti Brazil, China, dan India. Brazil sukses menguasai genetik unggasnya sendiri, sehingga tidak harus mengimpor GPS. Beda dengan Indonesia yang masih menjadi importir pasif. Jika pasokan GPS terganggu, misalnya  karena penurunan kuota impor, efek pada produksi ayam dan telor akan terasa 18–24 bulan kemudian.

Oleh sebab itu, jauh lebih elok bagi Danantara untuk membangun inisiatif memutus ketergantungan nasional Indonesia pada GPS Impor. Ini bukan langkah mudah, tidak murah, juga bukan program singkat. Konon daging ayam broiler yang kita makan saat ini merupakan hasil riset pada tahun 1950-an. Mungkin itu sebabnya fakta pahit ini tak dilirik oleh era presiden siapa pun. 

Dengan fokus pada solusi hulu, Danantara tidak hanya menjamin pasokan daging ayam dan telor untuk program MBG, tetapi juga memimpin Indonesia keluar dari ketergantungan impor unggas. Bukan hanya Danantara, Pemerintahan Prabowo pun akan tercatat sebagai peletak fondasi kemandirian protein unggas di Indonesia. Sebuah langkah yang hasilnya akan dinikmati selama puluhan tahun oleh generasi mendatang.

Selanjutnya: Prospek Penyaluran KPR Belum Membaik

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terkait

Berita Terbaru

Erajaya Swasembada (ERAA) Pacu Prenjualan Gawai di Akhir Tahun
| Rabu, 19 November 2025 | 07:30 WIB

Erajaya Swasembada (ERAA) Pacu Prenjualan Gawai di Akhir Tahun

Manajemen ERAA melihat, secara historis momentum Nataru menjadi salah satu periode penting bagi industri ritel.

Perlu Pemisahan Barang Lokal dan Impor di Platform E-Commerce
| Rabu, 19 November 2025 | 07:20 WIB

Perlu Pemisahan Barang Lokal dan Impor di Platform E-Commerce

Produk-produk lokal tengah menghadapi tantangan banjir produk impor berkualitas baik, namun berharga murah.

Ekspor Mobil Indonesia Terus Tancap Gas
| Rabu, 19 November 2025 | 07:00 WIB

Ekspor Mobil Indonesia Terus Tancap Gas

Gaikindo mencatat sejumlah merek yang punya kontribusi terbesar terhadap capaian ekspor mobil CBU sepanjang tahun ini

Momentum Akhir Tahun bisa Bikin Saham Garudafood (GOOD) Menguat?
| Rabu, 19 November 2025 | 06:51 WIB

Momentum Akhir Tahun bisa Bikin Saham Garudafood (GOOD) Menguat?

Valuasi harga saham PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) dinilai relatif lebih murah dibandingkan peers.

Adi Sarana Armada (ASSA) Kebut Bisnis Rental dan Logistik
| Rabu, 19 November 2025 | 06:45 WIB

Adi Sarana Armada (ASSA) Kebut Bisnis Rental dan Logistik

Bisnis sewa kendaraan dan autopool terjaga stabil berkat basis pelanggan B2B (business to business) dengan kontrak tahunan.

Menanti Arah BI Rate Saat Rupiah Terus Ambruk, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 19 November 2025 | 06:37 WIB

Menanti Arah BI Rate Saat Rupiah Terus Ambruk, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Konsensus memperkirakan, BI rate akan bertahan di 4,75% demi menjaga stabilitasi nilai tukar rupiah yang terus melemah.

Ekspektasi Suku Bunga The Fed Berubah, Valas Asia Melemah
| Rabu, 19 November 2025 | 06:36 WIB

Ekspektasi Suku Bunga The Fed Berubah, Valas Asia Melemah

Tekanan pada mata uang Asia dipicu oleh perubahan ekspektasi pasar terhaterhadap kebijakan Federal Reserve.

Didorong Ekspansi yang Agresif, Analis Pasang Rekomendasi Beli Saham ELSA
| Rabu, 19 November 2025 | 06:33 WIB

Didorong Ekspansi yang Agresif, Analis Pasang Rekomendasi Beli Saham ELSA

Prospek ELSA didorong oleh fokus pada proyek pengembangan bisnis baru dan alokasi capital expenditure (capex) yang agresif

Divestasi Aset Rp 1,69 Triliun, Likuiditas PTPP Bisa Membaik
| Rabu, 19 November 2025 | 06:30 WIB

Divestasi Aset Rp 1,69 Triliun, Likuiditas PTPP Bisa Membaik

PTPP tengah dalam proses melepas dua anak usahanya yang bergerak di luar bisnis inti dengan nilai sebesar Rp 1,69 triliun.

IHSG Masih di Jalur Bullish, tapi Butuh Amunisi Tambahan Biar bisa Terus Melaju
| Rabu, 19 November 2025 | 06:24 WIB

IHSG Masih di Jalur Bullish, tapi Butuh Amunisi Tambahan Biar bisa Terus Melaju

Pemangkasan suku bunga acuan di akhir tahun berpotensi mendongkrak saham bank, yang pada akhirnya mendorong IHSG.

INDEKS BERITA

Terpopuler