Bunga KPR Tinggi, Tren Take Over Nasabah Bisa Meningkat

Kamis, 27 Februari 2025 | 04:15 WIB
Bunga KPR Tinggi, Tren Take Over Nasabah Bisa Meningkat
[ILUSTRASI. Nasabah menggunakan ATM di Galeri BCA, Bogor, Senin (17/2/2025). Pada Januari 2025, BCA mencatatkan laba bersih sebesar Rp 4,73 triliun (bank only), tumbuh 5,8% secara tahunan (YoY) dibandingkan Januari 2024 yang mencapai Rp 4,47 triliun. Pertumbuhan laba tersebut sejalan dengan peningkatan pendapatan bunga bersih yang naik 6,7% YoY menjadi Rp 6,7 triliun. (KONTAN/Baihaki)]
Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam enam bulan terakhir, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan bunga acuan sebanyak 50 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Sayangnya, mayoritas bank belum menurunkan bunga kredit, terutama di segmen kredit pemilikan rumah (KPR). 

Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan adanya perebutan nasabah existing yang telah memiliki KPR. Alhasil, tren take over KPR dari satu bank ke bank lainnya marak terjadi.

VP Mortgage Product Development Bank Mandiri Ruby Indra mengamini, tren tersebut memang berpotensi terjadi. Ia bilang, Bank Mandiri juga cukup banyak menerima pindahan nasabah KPR dari bank lain. 

Sepanjang 2024, Ruby menyebut, setidaknya nilai take over nasabah dari bank lain ke Bank Mandiri mencapai Rp 3 triliun. Tanpa menyebutkan angka pastinya, ia bilang angka tersebut ada kenaikan dari tahun sebelumnya.

Baca Juga: Mayoritas Bank di Jajaran KBMI 3 dan 4 Alami Penurunan RoE pada 2024

Meski demikian, Ruby menuturkan, tak mudah bagi nasabah untuk melakukan take over. Menurut dia, bank asal biasanya melakukan retensi bagi nasabah-nasabah yang pembayarannya lancar. "Apalagi biasanya ada penalti berkisar antara 2%-5%, bahkan ada juga yang sampai 10%," ujar Ruby, belum lama ini.

Lebih lanjut, Ruby menuturkan, tiap-tiap nasabah tentu selalu mempertimbangkan untung dan rugi dalam melakukan take over. Itu tergantung dari komponen biaya yang harus dibayar, baik untuk pelunasan maupun pengajuan baru.

"Bila masuk floating tapi tidak ada retensi, keputusan untuk take over mungkin bisa lebih menguntungkan," papar Ruby. Ia menambahkan Bank Mandiri sendiri berupaya transparan kepada nasabah dan memberikan yang terbaik, utamanya untuk nasabah yang berasal dari ekosistem wholesale banking Bank Mandiri.

Sependapat, Executive Vice President (EVP) Consumer Loan Bank Central Asia (BCA) Welly Yandoko bilang, pada dasarnya konsumen akan mencari produk yang paling menguntungkan, termasuk ketika memilih KPR. 

Menurut Welly, banyak bahan pertimbangan yang dijadikan acuan dalam menentukan pilihan, salah satunya adalah suku bunga. BCA, saat ajang expoversary lalu, menawarkan bunga sebesar 2,65% fixed selama tiga tahun. 

Baca Juga: BCA Boyong UMKM Binaan ke BCA Expoversary 2025: Bukti Pendampingan & Pembinaan

Welly bilang, penawaran suku bunga yang rendah dari bank-bank tentu akan menarik konsumen, baik yang belum punya KPR maupun yang sudah punya KPR, untuk memindahkan fasilitas KPR ke bank lain. "Sejauh ini KPR BCA belum agresif di bidang take over, jadi secara data kami belum fokus melakukan pendataan,” ujar Welly. 

Di 2024, BCA telah menyalurkan KPR Rp 44,8 triliun. Angka ini naik 9,5% secara tahunan. BCA juga mencatat pembayaran piutang KPR dari debitur atau run off sebesar Rp 31,3 triliun, meningkat 11% secara tahunan. Sehingga total outstanding KPR BCA pada akhir 2024 mencapai sebesar Rp 135,5 triliun, naik 11,2% secara tahunan. 
 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Emiten Pionir Bisnis Kebab Baba Rafi (RAFI), Digugat PKPU oleh Perusahaan Pinjol
| Senin, 07 Juli 2025 | 20:13 WIB

Emiten Pionir Bisnis Kebab Baba Rafi (RAFI), Digugat PKPU oleh Perusahaan Pinjol

Emiten pionir bisnis kebab di Indonesia dengan merek Kebab Baba Rafi, yakni PT Sari Kreasi Boga Tbk (RAFI), tersandung urusan utang.

Menyisir Dinamika dan Alternatif Penyempitan Ukuran Rumah Subsidi
| Senin, 07 Juli 2025 | 18:31 WIB

Menyisir Dinamika dan Alternatif Penyempitan Ukuran Rumah Subsidi

Hashim S. Djojohadikusuma menyebut wacana memperkecil ukuran rumah subsidi belum menjadi standar akhir alias masih dalam tahap pembahasan.

Direksi Saratoga Investama Sedaya Tambah Kepemilikan, SRTG Ada di Awal Fase Uptrend
| Senin, 07 Juli 2025 | 17:47 WIB

Direksi Saratoga Investama Sedaya Tambah Kepemilikan, SRTG Ada di Awal Fase Uptrend

Penurunan harga SRTG tampaknya sejalan dengan kinerja investasinya di sejumlah perusahaan yang pada kuartal I-2025 turun 11,2% QoQ.

Yield Turun, Ongkos Utang Pemerintah Makin Murah
| Senin, 07 Juli 2025 | 14:56 WIB

Yield Turun, Ongkos Utang Pemerintah Makin Murah

Lelang SBN perdana di semester kedua 2025 ramai peminat. Pada lelang 1 Juli 2025, total permintaan yang masuk mencapai Rp 121,68 triliun.​

Main Saham Kian Mudah dengan Aplikasi Investasi
| Senin, 07 Juli 2025 | 14:27 WIB

Main Saham Kian Mudah dengan Aplikasi Investasi

Jalan aplikasi investasi saham menjaring investor baru, lancar, seiring jumlah investor yang terus meningkat.        

Laju Kredit Masih Belum Bisa Melejit
| Senin, 07 Juli 2025 | 14:08 WIB

Laju Kredit Masih Belum Bisa Melejit

Ketidakpastian ekonomi telah menahan hasrat pelaku usaha untuk mengajukan kredit di bank.                  

Profit 25,09% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Susut Lagi (7 Juli 2025)
| Senin, 07 Juli 2025 | 08:50 WIB

Profit 25,09% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Susut Lagi (7 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat hari ini 7 Juli 2025) di Logammulia.com tertera Rp 1.901.000 per gram.

Aturan Panas Bumi Sedang Direvisi, Bakal Ada Kepastian PJBL Hingga Harga Jual Listrik
| Senin, 07 Juli 2025 | 08:06 WIB

Aturan Panas Bumi Sedang Direvisi, Bakal Ada Kepastian PJBL Hingga Harga Jual Listrik

Proses revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2017 diharapkan bisa rampung pada September 2025.

JP Morgan Rajin Borong Saham GOTO di Awal Juli 2025, Harganya bisa Terus Rebound?
| Senin, 07 Juli 2025 | 07:24 WIB

JP Morgan Rajin Borong Saham GOTO di Awal Juli 2025, Harganya bisa Terus Rebound?

Selain JP Morgan, akumulasi saham GOTO di awal Juli 2025 juga dilakoni Credit Agricole Group dan State Street Corp..

Mengantisipasi Perubahan Penguasa Market Cap Bursa
| Senin, 07 Juli 2025 | 07:07 WIB

Mengantisipasi Perubahan Penguasa Market Cap Bursa

 Dominasi saham-saham perbankan di daftar 10 besar kapitalisasi pasar (market capitalization) mulai memudar.

INDEKS BERITA

Terpopuler