KONTAN.CO.ID - JAKARTA. European Central Bank (ECB) resmi menaikkan suku bunga acuan 50 bps untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir. Alhasil, suku bunga ECB tak lagi negatif dan ada di posisi 0%.
Efeknya, mata uang euro menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Jumat (22/7), per pukul 17.38 WIB, pairing EUR/USD turun 0,68% jadi 1,0157.
Tapi Analis DCFX Lukman Leong melihat, potensi penguatan euro cenderung terbatas. Ini tidak terlepas dari sikap ECB ke depan yang dovish dibanding bank sentral Inggris dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Inflasi Bisa Menjadi Sandungan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya memandang kebijakan kenaikan bunga ECB tersebut sebagai pisau bermata dua bagi euro. Pasalnya, di tengah ancaman resesi ekonomi, keputusan ECB berpotensi menyebabkan stagflasi di Eropa. "Perkembangan ini menyebabkan banyak pelaku pasar tidak meminati mata uang euro," ujar Andian, Jumat (22/7).
Sementara itu, dampak keputusan tersebut terhadap rupiah relatif minim. Kalau menurut Andian, pergerakan rupiah justru lebih terdampak pada resesi ekonomi dan rencana kenaikan suku bunga The Fed di pekan depan.
Lukman menambahkan, walaupun Bank Indonesia (BI) belum agresif dan masih menahan suku bunga, tapi Indonesia secara fundamental jauh lebih solid. Selain ditopang data ekonomi kuat, outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih tinggi, di 4,5%-5%, dibandingkan zona Eropa yang hanya 2,7%.
Ke depan, Lukman memperkirakan, pergerakan euro akan ditentukan pasokan komoditas energi serta perkembangan perang di Ukraina. Pasalnya, dua hal tersebut berperan penting pada ekonomi zona Eropa.
Secara umum Lukman belum melihat euro sebagai mata uang yang menarik untuk dikoleksi. "Tingkat bunga ECB tertinggi diperkirakan hanya 1,25%, belum menarik dibandingkan BoE yang bunganya mencapai 2% dan The Fed di 3,5%," ujar dia. Tapi dia bilang ada buying opportunity jika euro ada di 0,95 - 1,0.
Baca Juga: Bank Sentral Global Berupaya Keras Menjinakkan Inflasi
Sedangkan Andian menyebut, dalam jangka menengah, pelaku pasar masih berpeluang mempertahankan posisi sell selama EUR/USD bertahan di 1,0500. "Level 1,00 masih menjadi support psikologis untuk EUR/USD, dan jika tidak turun ke bawah level tersebut, posisi buy untuk jangka pendek dapat dicoba," papar Andian.