Cerita Bos Sritex Iwan Setiawan Terjun ke Dunia Investasi

Sabtu, 03 Agustus 2019 | 08:54 WIB
Cerita Bos Sritex Iwan Setiawan Terjun ke Dunia Investasi
[]
Reporter: Nur Qolbi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berawal dari keinginan untuk menerapkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah, Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) Iwan Setiawan Lukminto memutuskan terjun ke dunia investasi. Iwan berkisah, dia mulai mencicipi investasi pada 1995 silam. Kala itu, dia masih mengenyam pendidikan di jurusan Adminitrasi Bisnis di Suffolk University, Boston, Amerika Serikat.

Instrumen investasi perdana yang dipilih oleh generasi kedua penerus Sritex ini tak main-main. Iwan berani langsung menanamkan duit miliknya di tiga produk investasi, yakni deposito, reksadana dan saham.

Iwan memilih ketiga instrumen tersebut karena merasa sebagai investor pemula, ketiga produk ini memberi kemudahan baginya. Lebih mudah pengawasannya dan mudah dipindahkan bila diinginkan, jelas pria kelahiran Surakarta ini.

Baca Juga: Sri Rejeki Isman (SRIL) cetak pertumbuhan laba bersih 12,3% di semester I-2019

Seiring dengan bertambahnya pengalaman di dunia investasi, Iwan pun melebarkan sayap. Dia mulai melakukan diversifikasi produk investasi.

Di 2003, Iwan mulai menanamkan dana di emas dan properti. Khusus untuk instrumen properti, pilihannya jatuh pada rumah tapak dan tanah. Pria yang berulang tahun tiap 24 Juni ini melihat, dua instrumen tersebut memberikan imbal hasil yang lumayan dan memiliki keberlanjutan yang baik.

Lihat saja, harga tanah dan properti selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Bahkan di tengah industri properti yang sedang meredup, harga tanah dan rumah tapak tetap melejit.

Diversifikasi instrumen investasi yang dilakukan Iwan tak berhenti sampai di situ saja. Buktinya, setelah mendapatkan imbal hasil menarik dari produk sebelumnya, pria yang kini berusia 44 tahun ini memilih masuk ke instrumen lainnya.

Kali ini yang dilirik adalah investasi di sektor riil. Ia memutuskan untuk berinvestasi dalam industri manufaktur, terutama industri tekstil. Alasannya, sektor manufaktur, khususnya tekstil, menjadi semangat hidup Iwan.

Baca Juga: Demi Mengurangi Utang, Sritex (SRIL) Memangkas Porsi Dividen

Salah satu investasinya di sektor riil ia tanamkan di perusahaan warisan ayahnya, Sritex. Per 30 Juni 2019, Iwan memang tercatat memiliki 0,52% dari 5,60 miliar saham yang disebar SRIL.

Wajar saja bila ia tertarik berinvestasi di perusahaan tersebut. Pasalnya, Iwan sudah lebih dari 20 tahun berkiprah di Sritex.

Bahkan, Iwan memulai karirnya di SRIL saat krisis ekonomi dan moneter melanda Indonesia pada 1997. Saat itu, Iwan yang baru menuntaskan kuliahnya di Amerika Serikat dipercaya manajemen untuk menjadi juru bicara Sritex.

Iwan bilang, investasinya di sektor riil ini terus bertumbuh dan masih prospektif. Sebagai contoh, Sritex masih menunjukkan kinerja keuangan yang positif. Per semester I-2019, penjualan SRIL naik 16,16% menjadi US$ 631,64 juta..

Perusahaan rintisan

Sejauh ini, investasi yang dilakukan pria berzodiak Cancer ini juga masih membuahkan hasil positif. Rata-rata mempunyai return yang stabil, kata dia.

Ia menyarankan investor pemula melakukan diversifikasi investasi ke instrumen yang memiliki return dan tingkat risiko berbeda-beda.

Selain itu, investor pemula juga perlu memiliki pemikiran bahwa investasi adalah untuk jangka panjang. Investor juga perlu memiliki analisis yang tepat dan tidak gambling," ucap Iwan.

Setelah menjajal pengalaman mengelola bisnis dan berinvestasi di sektor tekstil, kini Iwan berencana untuk berinvestasi di sektor riil yang lain. Ia ingin mencoba menanamkan dananya di start up company atau perusahaan rintisan.

Baca Juga: Sritex (SRIL) Memintal Target Pertumbuhan Dua Digit

Iwan utamanya mengincar perusahaan rintisan yang bergerak di bidang e-commerce, terutamadi bidang fashion. Alasan petinggi Sritex generasi kedua ini, ia ingin mencari model bisnis baru. Meski begitu, ia juga tetap ingin berkomitmen di bidang yang berhubungan dengan tekstil.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 11:05 WIB

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?

Potensi kenaikan harga saham terafiliasi Bakrie boleh jadi sudah terbatas lantaran sentimen-sentimen positif sudah priced in.

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:08 WIB

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil

Imbal hasil instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang turun sejak awal tahun, berbalik naik dalam dua bulan terakhir tahun 2025.

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:05 WIB

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham

Sebagai pelopor, PTBA berpeluang menikmati insentif royalti khusus untuk batubara yang dihilirisasi.

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena
| Kamis, 25 Desember 2025 | 09:05 WIB

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena

Harga batubara Australia, yang menjadi acuan global, diproyeksikan lanjut melemah 7% pada 2026, setelah anjlok 21% di 2025. 

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam
| Kamis, 25 Desember 2025 | 08:10 WIB

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam

Fitur Fixed Price di aplikasi MyBluebird mencatatkan pertumbuhan penggunaan tertinggi, menandakan preferensi konsumen terhadap kepastian harga.

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026
| Kamis, 25 Desember 2025 | 07:10 WIB

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026

Santika Hotels & Resorts menyiapkan rebranding logo agar lebih relevan dan dapat diterima oleh seluruh lapisan generasi.

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:37 WIB

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)

Pemerintah rem produksi nikel ke 250 juta ton 2026 untuk atasi surplus 209 juta ton. NCKL proyeksi laba Rp 10,03 triliun, rekomendasi buy TP 1.500

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:00 WIB

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?

Kenaikan harga saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) belakangan ini dinilai lebih bersifat spekulatif jangka pendek.

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

INDEKS BERITA

Terpopuler