KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara menyentuh level terendahnya sejak Mei 2018. Jumat (8/2) harga batubara kontrak pengiriman April 2019 di ICE Newcastel berada di US$ 94,25 per metrik ton, turun 1,46%. Sepekan terakhir, harga si hitam anjlok 4,12%.
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, pelemahan ini dipicu data impor batubara China yang belum pulih. Pemerintah China merilis, data impor pada pekan yang berakhir 1 Februari lalu hanya 3,57 juta ton, turun 23% dari impor batubara pekan sebelumnya yang mencapai 4,67 juta ton.
Menurut Deddy, turunnya permintaan batubara dari Negeri Tirai Bambu ini menunjukkan bahwa ekonomi China sedang tertekan. "Permintaan terpangkas, padahal 70% energi pembangkit listrik di China berasal dari batubara," kata dia, Senin (11/2).
Seperti diketahui, pada kuartal IV-2018 lalu, ekonomi China hanya tumbuh 6,4%. Ini membuat pertumbuhan ekonomi Negeri Panda sepanjang tahun lalu sebesar 6,6% dan menjadi pertumbuhan terendah sejak 1990.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, perlambatan ekonomi global juga jadi sentimen negatif bagi batubara. Bank of England (BoE) merevisi proyeksi ekonomi Inggris hanya tumbuh 1,2% dari awalnya 1,7%. Setali tiga uang, Uni Eropa juga membabat proyeksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa dari 1,7% menjadi 1,3% di akhir 2019 ini.
Selain permintaan yang sudah mulai menurun, harga si hitam juga terseret sentimen negosiasi terkait perang dagang antara AS dan China yang ternyata tak kunjung menemukan kata sepakat. Ancaman Presiden AS Donald Trump yang enggan bertemu Presiden China Xi Jinping pun menambah beban komoditas yang diperdagangkan dengan dollar AS, termasuk di antaranya batubara.
Untuk saat ini, kedua negara adikuasa tersebut masih melanjutkan perundingan dagang. Pekan lalu, AS kembali mendorong China untuk melakukan reformasi hak kekayaan intelektual milik perusahaan-perusahaan AS. Namun keduanya masih belum menemukan kata sepakat.
Di sisi lain, pergerakan batubara juga terseret harga minyak mentah dunia yang kembali masuk tren bearish. Usaha Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) memangkas produksi demi mengerek harga malah terhambat produksi minyak AS yang meluber.
Asal tahu saja, hingga akhir Januari 2019, produksi minyak Negeri Paman Sam sudah mencapai 11,9 juta barel per hari. Ini menjadikan AS produsen minyak mentah terbesar di dunia saat ini.
Lebih lanjut, Deddy menyebut, kini batubara hanya dapat berharap pada perundingan dagang AS dan China berakhir dengan kata sepakat. Jika hal tersebut terealisasi, peluang batubara untuk menguat kembali terbuka.
Ibrahim memprediksi harga batubara hari ini bergerak dalam rentang US$ 92,90-US$ 94,90 per metrik ton. Sedangkan Deddy menghitung, sepekan ke depan si hitam bergerak di kisaran US$ 93,50-US$ 96,40 per metrik ton.