KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Booming digital merembet ke mana-mana. Selain melahirkan banyak start up, kini muncul potensi bisnis pusat data (data center) di Tanah Air yang tak kalah menggiurkan.
Salah satu pemain data center yang sedang naik daun adalah PT DCI Indonesia Tbk (DCII). Harga saham DCII kemarin ditutup menguat 13,26% menjadi Rp 41.000 per saham.
Atraktifnya pergerakan saham DCII tak lepas dari aktivitas bos Grup Indofood, Anthoni Salim, yang menambah kepemilikannya di DCI Indonesia menjadi 11,12% saham belum lama ini.
Saat IPO di awal Januari lalu, harga saham perdana DCII hanya Rp 420 per saham. Kini, dengan harga penutupan Rp 41.000 per saham kemarin, maka harga DCII sudah melonjak 9.661%.
Pada tahun ini, DCII menyiapkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 500 miliar. Dari jumlah itu, hingga kuartal I-2021 sudah terserap senilai Rp 300 miliar.
Chief Executive Officer (CEO) PT DCI Indonesia Tbk, Otto Toto Sugiri menyebutkan, alokasi dana belanja modal tahun ini telah dipakai untuk membangun gedung pusat data keempat (JK5). "Capex tahun ini akan fokus di JK5 dan secara infrastruktur awalnya sudah siap. Satu lantai sudah jadi dan sudah ada pelanggannya," ungkap dia dalam paparan publik, Senin (7/6) lalu.
DCI Indonesia mengklaim sebagai market leader bisnis pusat data dengan total kapasitas mencapai 37 megawatt (MW) dan memiliki sekitar 51% pangsa pasar data center colocation di Indonesia. DCII berkomitmen membangun gedung pusat data baru di dalam area pusat data seluas 8,5 hektare dengan total kapasitas listrik sebesar 300 MW.
Tak mau kalah, Grup Telkom juga menyiapkan HyperScale Data Center (HDC), sebuah pusat data yang diklaim terbesar dan bertaraf internasional di Cikarang, Bekasi. Tahap akhir pembangunan struktur gedung kantor Telkom HDC ditandai penutupan atap (topping off) oleh Direktur Utama PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Ririek Adriansyah, pada Rabu (9/6).
Kehadiran Telkom Hyperscale Data Center melengkapi fasilitas pusat data milik Telkom. Telkom telah memiliki 26 data center yang terdiri dari 5 data center internasional, 18 neuCentrIX serta 3 data center tier 3 dan 4. Dengan adanya dukungan data center yang tersebar di banyak lokasi dan terhubung dengan jaringan broadband, maka Telkom siap mengakomodasi kebutuhan mendatang, seperti kehadiran 5G, teknologi edge blockchain dan kebutuhan masa depan lainnya.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai saat ini pertumbuhan ekosistem digital semakin meningkat signifikan.
Hal ini lantaran adanya pandemi Covid-19 yang membuat masyarakat mempercepat adopsi digital di berbagai bidang, mulai dari sistem pembayaran, jual beli hingga layanan pendidikan. Celios memproyeksikan nilai bisnis data center pada 2026 akan mencapai US$ 3,3 miliar hingga US$ 4 miliar.
“Grup usaha besar melihat ini sebagai peluang bisnis yang cerah. Bahkan arahan untuk integrasi ekosistem usaha semakin terlihat dari investasi di start up, masuk ke bisnis jasa pembayaran digital sekaligus bermain di layanan data center-nya,” ungkap Bhima, kemarin.
Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi menilai, bisnis adopsi digital semakin naik daun. Hal itu tentu akan mendorong kebutuhan bisnis data center.
Dia juga bilang, bukan hanya sektor e-commerce yang membutuhkan data center, tapi termasuk sektor pemerintahan, BUMN, sekolah, kampus, layanan gim, bahkan nanti internet of things (IoT). “Tentu akan menjadi pilihan dalam pengembangan pilihan bisnis ke depan. Baik investor asing maupun investor lokal khususnya para konglomerat,” ujar Heru.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.