Cukai Naik, Emiten Bir Naikkan Harga Jual dan Diversifikasi

Rabu, 19 Desember 2018 | 09:00 WIB
Cukai Naik, Emiten Bir Naikkan Harga Jual dan Diversifikasi
[]
Reporter: Auriga Agustina | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menaikkan cukai alkohol mulai 1 Januari 2019. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui PMK 158/PMK.010/2018 menaikkan tarif cukai minuman yang mengandung etil alkohol 5%, baik produk dalam negeri maupun impor, dari Rp 13.000 per liter jadi Rp 15.000 per liter. Kondisi ini tentu membuat emiten produsen bir kelimpungan untuk mempertahankan margin laba.

PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), misalnya. Demi menjaga margin laba, emiten ini akan menaikkan harga jual.
 
Direktur Pemasaran DLTA Rony Titiheruw mengatakan, kenaikan harga akan dilakukan, tapi tak sebesar kenaikan cukai alkohol yang diterapkan pemerintah. "Kenaikannya di bawah 15,3%," kata dia, kemarin. Selama ini, DLTA hanya memproduksi minuman etil alkohol golongan A.
 
Produsen lain, yakni PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), mengaku kinerja akan terpukul akibat beleid baru ini. Direktur Hubungan Korporasi MLBI Bambang Britono mengatakan, di tahun ini, bisnis bir melambat.
 
Karena kondisi tersebut, tahun depan industri bir juga tidak akan tumbuh, begitu juga bisnis MLBI. Apalagi, saat ini kontribusi bir golongan A milik MLBI menyumbang pendapatan sebesar 90%.
 
Sejak pemerintah terus menaikkan cukai alkohol dari tahun 2015, MLBI telah melakukan beberapa ekspansi. Di antaranya melakukan transformasi bisnis dengan diversifikasi di luar bisnis bir, yakni cider dan soft drink.
 
Namun langkah ini belum bisa menghasilkan pertumbuhan kinerja yang signifikan. Hingga kuartal III tahun ini, laba bersih MLBI menurun 13% menjadi Rp 919 miliar secara year on year.
 
Analis BNI Sekuritas William Siregar mengatakan, menaikkan harga jual produk menjadi salah satu solusi tepat. Tapi kenaikan harga tidak bisa terlalu agresif. Sebab jika naiknya mengikuti persentase kenaikan cukai, hal itu akan merugikan konsumen dan mengurangi penjualan. "Kemungkinan perusahaan menaikkan harga produk single digit tapi harus naik setiap tahun, itu akan lebih aman bagi industri," saran William.
 
Dia memperkirakan, tahun depan kinerja MLBI dan DLTA masih bisa tumbuh. Sebab, di tahun politik biasanya permintaan produk untuk emiten konsumer justru meningkat.
 
Selain itu, destinasi wisata yang semakin banyak dikenal orang asing akan meningkatkan penjualan bir milik MLBI dan DLTA. Namun untuk saat ini, William menyarankan tahan karena likuiditas saham kedua emiten sangat kecil.
 
Sukarno Alatas, Analis OSO Sekuritas, menambahkan, selain menaikkan harga jual, emiten bir bisa saja mengerek volume penjualan. Dia memprediksi, hingga akhir tahun ini, kinerja MLBI belum dapat tumbuh. Sebab permintaan di akhir tahun tidak akan bisa menyokong kinerja sepanjang tahun ini. Apalagi di kuartal III tahun ini, kinerja MLBI telah turun dua digit.
 
Berbeda dengan kinerja DLTA. Hingga kuartal III-2018, laba bersih DLTA naik 23,21% menjadi Rp 232,89 miliar. Tapi, menurut Sukarno, saham DLTA tidak menarik meski PER murah karena sahamnya tidak likuid. Jumlah saham publik hanya 18,33% setara 146,7 juta saham.
 
Sedangkan untuk saham MLBI, Sukarno menyarankan hindari, mengingat price to earning ratio (PER) tergolong mahal, yakni 31 kali, lebih tinggi dari PER industri. Selasa (18/12) harga saham MLBI turun 0,16% ke Rp 15.850 dan saham DLTA naik 0,46% di Rp 5.500 per saham.

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Berlangganan

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal
| Jumat, 22 November 2024 | 09:50 WIB

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal

Tahun ini BPDPKS menargetkan setoran pungutan ekspor sawit sebesar Rp 24 triliun, turun dari target awal

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan
| Jumat, 22 November 2024 | 09:32 WIB

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan

Ribuan masyarakat Indonesia menandatangani petisi yang menolak rencana kenaikan tarif PPN menjadi 12% tersebut

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana
| Jumat, 22 November 2024 | 09:14 WIB

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana

Menurut Direktur Eksekutif Indef Eko Listiyanto, tax amnesty tidak bisa diterapkan terus-menerus dalam waktu singkat

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru
| Jumat, 22 November 2024 | 09:12 WIB

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru

Kendati harga saham pendatang baru sudah naik tinggi hingga ratusan persen, waspadai pembalikan arah

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD
| Jumat, 22 November 2024 | 08:58 WIB

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD

Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang tahun 2024 bisa melebar jadi 0,9% PDB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 08:52 WIB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun

PT Wika Beton Tbk (WTON) memperkirakan, hingga akhir 2024 ini nilai kontrak baru hanya akan mencapai ke Rp 6 triliun.

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi
| Jumat, 22 November 2024 | 08:15 WIB

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi

Keberadaan tiga BUMD pangan yang ada di Jakarta jadi kunci pengendalian inflasi di Provinsi DKI Jakarta

Mimpi ke Piala Dunia
| Jumat, 22 November 2024 | 08:00 WIB

Mimpi ke Piala Dunia

Indonesia harus mulai membuat cetak biru pengembangan sepakbola nasional yang profesional agar mimpi ke Piala Dunia jadi kenyataan.

Status Belum Jelas, Swasta Tunda Proyek Hotel IKN
| Jumat, 22 November 2024 | 07:30 WIB

Status Belum Jelas, Swasta Tunda Proyek Hotel IKN

Sampai saat ini, Presiden Prabowo Subianto belum juga menandatangani Keputusan Presiden (Kepres) soal pemindahan ibu kota.

Daya Beli Lesu, Bisnis Sepeda Layu
| Jumat, 22 November 2024 | 07:20 WIB

Daya Beli Lesu, Bisnis Sepeda Layu

Minat masyarakat untuk membeli sepeda tampak menyusut paska pandemi dan diperparah dengan pelemahan daya beli masyarakat.

INDEKS BERITA

Terpopuler