KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Melemahnya data ekspor impor China berimbas pada pergerakan harga minyak. Pada perdagangan Senin (14/1), harganya minyak turun 1%. Minyak mentah Brent turun di bawah US$ 60 per barel. Maklum, Cina merupakan konsumen minyak mentah terbesar kedua di dunia.
Saat ini, minyak mentah berjangka internasional Brent berada di level US$ 59,88 per barel, turun 60 sen dari angka penutupan terakhir. Sedangkan, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup turun 59 sen setara 1,1% menjadi US$ 51 per barel.
Secara keseluruhan, ekspor Cina turun sebesar 4,4% pada Desember. Begitu juga dengan impor yang mengalami kontraksi dan jatuh 7,6%.
“Inflasi harga produsen telah melambat selama enam bulan berturut-turut, menambah tanda-tanda melambatnya industri Cina di tengah lemahnya permintaan global,” kata Lembaga pemeringkat Moody’s seperti dikutip Reuters, Senin (14/1).
Perusahaan riset ekonomi, TS Lombard menyebut harga minyak ditutup karena ekonomi dunia tengah melambat.
Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank Denmark mengatakan, kemunduran ekonomi ini mengacu pada kondisi ekonomi di Amerika Serikat (AS), Cina dan Eropa. “Ini berarti harga minyak mentah berjangka kemungkinan terbatas hingga US$ 64 barel untuk Brent dan US$ 55 untuk WTI,” kata dia.
Meski data perdagangan Cina lemah, impor minyak negara tirai bambu itu mendekati level rekor pada bulan Desember sebesar 10,31 juta barel per hari (bph).
Di tengah kuatnya permintaan dari negara importir minyak, OPEC dan sekutunya seperti Rusia justru memotong pasokan minyak sejak akhir 2018. Langkah itu ikut menopang harga minyak mentah.
Di AS, perusahaan pengeboran minyak memangkas empat rig minyak dalam satu pekan hingga 11 Januari. Perusahaan jasa energi Baker Hughes mencatat, jumlah total penurunan rig minyak turun menjadi 873.