Data Ponsel Tak Bisa Diandalkan Lagi

Senin, 26 Desember 2022 | 04:25 WIB
Data Ponsel Tak Bisa Diandalkan Lagi
[]
Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan emiten sektor telekomunikasi semakin ketat. Ke depan, pangsa pasar telekomunikasi bakal ditentukan integrasi fixed mobile convergence (FMC).

Analis MNC Sekuritas Andrew Sebastian Susilo dalam riset 2 Desember 2022 menuliskan, sekitar 73,7% populasi masyarakat telah memperoleh akses ke internet. Namun, pengguna jaringan seluler dan fixed broadband di Indonesia masih menyisakan gap besar. 

Ini menunjukkan fixed broadband memiliki potensi yang sangat besar di masa depan. Apalagi, jumlah rumahtangga yang menggunakan layanan internet semakin meningkat dalam lima tahun terakhir.

Baca Juga: Telkom (TLKM) Membangun Data Center di Batam Senilai US$ 198 Juta

Andrew memaparkan, FMC membantu menghilangkan perbedaan antara mobile broadband dan fixed broadband. Penggabungan dua jenis segmen tersebut akan mempercepat kenaikan jumlah pelanggan fixed broadband, dengan memanfaatkan jumlah pelanggan jaringan seluler yang sangat besar. 

Beberapa emiten telekomunikasi pun gencar ekspansi di bisnis ini. Emiten telah menghabiskan sebagian besar belanja modal alias capital expenditure (capex) di 2022 untuk pengembangan FMC. 

PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) misalnya, telah menghabiskan lebih dari Rp 20 triliun atau lebih dari 50% total capex untuk pengembangan FMC. TLKM juga sedang dalam proses penggabungan antara Telkomsel dan IndiHome, yang ditargetkan rampung pada kuartal I-2023.

Emiten lain seperti PT XL Axiata Tbk (EXCL) juga telah mengeluarkan capex sebesar Rp 8,7 triliun untuk FMC di tahun ini. EXCL berkolaborasi dengan PT First Media Tbk (KBLV) setelah mengakuisisi PT Link Net Tbk (LINK) pada semester I-2022. "Potensi keuntungan dari FMC meningkat, terutama untuk pendapatan fixed broadband yang diproyeksikan meningkat hingga 32%," tulis Andrew.

Selain itu, beberapa operator meningkatkan tarif paket data 4%-20% dari periode Januari-September 2022. Ini menyusul berkurangnya persaingan di industri telekomunikasi. Saat ini tersisa empat pemain besar yaitu TLKM, EXCL, PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN).

Masih tangguh 

Menariknya, ada pergeseran pelanggan dari pemain besar seperti TLKM ke operator lain. Pengguna Telkomsel turun sebesar 5,8% secara kuartalan di kuartal III-2022. Sementara pelanggan operator seluler dari EXCL dan ISAT tumbuh masing-masing 0,3% dan 2,5% secara kuartalan.

Baca Juga: Trafik Data Telkomsel Diproyeksi Melonjak 17,6% Selama Natal dan Tahun Baru

TLKM kini lebih mengandalkan IndiHome. Pendapatan dari IndiHome tumbuh sebesar 1,1% secara kuartalan, dengan penambahan 149.000 pelanggan di kuartal III-2022. Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis dalam risetnya menuliskan, konektivitas ini bisa memberi keuntungan bagi pengguna, dengan biaya lebih rendah. 

Niko memperkirakan pada tahun 2023 sektor seluler yang dihuni TLKM, ISAT, EXCL, FREN bakal tangguh dan tumbuh sebesar 5%-6% secara tahunan karena tarif paket data sudah lebih tinggi. "Potensi kenaikan upah minimum di tahun depan akan mendukung harga yang lebih tinggi tersebut," tulis Niko. 

Analis Samuel Sekuritas Paula Ruth mengatakan bahwa dalam jangka pendek perusahaan telekomunikasi mungkin akan lebih berhati-hati dalam memonetisasi bisnis data karena inflasi. Namun, prospek monetisasi dalam jangka panjang tetap bisa naik. "Jumlah pemain industri telekomunikasi lebih sediki,t bisa mendukung monetisasi data dalam jangka panjang," ujar dia, Minggu (25/12). 

Beberapa upaya penghematan telah dilakukan operator telekomunikasi. Emiten seperti TLKM dan ISAT berupaya menonaktifkan base transceiver station (BTS) 3G. Niko bilang, langkah ini menghemat biaya perawatan.       

Simak rekomendasi saham emiten telekomunikasi lebih lengkap: 

Telkom Indonesia (TLKM)
Jumlah pelanggan TLKM akan lebih stabil di 2023, setelah sebelumnya menurun dalam sembilan bulan di tahun 2022. Integrasi FMC antara IndiHome dan Telkomsel dapat memperkuat kepemimpinan Telkom Group di sektor mobile maupun fixed broadband. Tapi, ada tekanan harga saham karena model bisnis, struktur dan penghematan biaya.
Rekomendasi: Buy 
Target harga: Rp 4.500
Paula Ruth, Samuel Sekuritas

Baca Juga: PT XL Axiata Tbk (EXCL) Fokus Cari Pendanaan Lewat Rights Issue

XL Axiata (EXCL)
EXCL bakal menerbitkan 2,75 miliar saham baru, dengan harga Rp 1.920-Rp 2.160. EXCL berpotensi meraup dana Rp 5,28 triliun-Rp 5,94 triliun dari rights issue ini. Cara ini membuka jalan profitabilitas bagi EXCL karena posisi neraca menjadi lebih ringan dan biaya pendanaan efisien. Sinergi operasional EXCL-LINK menciptakan penawaran menarik.
Rekomendasi: Buy 
Target harga: Rp 5.000

Indosat (ISAT)
ISAT melaporkan kemajuan integrasi. Aktivasi Multi Operator Core Network (MOCN) telah berjalan lebih baik dengan 20.000 lokasi telah terintegrasi penuh dan beroperasi dengan spektrum penuh pasca-merger. ISAT menargetkan 45.000-46.000 situs diintegrasikan pada kuartal I-2023.
Rekomendasi: Buy 
Target harga: Rp 8.400
Gani, Ciptadana Sekuritas
M. Fakhrul Arifin, BCA Sekuritas

Smartfren Telecom (FREN)
Saham FREN bergerak di bawah garis MA20 dan belum lama menembus fraktal di area 68. Sehingga saham FREN berpeluang melanjutkan pelemahan menuju level 60. Namun demikian terbentuknya sinyal golden cross pada MACD dan bisa menjadi pertanda adanya potensi rebound pada saham ini.
Rekomendasi: Buy 
Support-Resistance: Rp 60-Rp 80
Ivan Rosanova, Binaartha Sekuritas

Baca Juga: Laba Indosat (ISAT) Menyusut 36,4% pada Kuartal III 2022, Ini Kata Manajemen

Bagikan

Berita Terbaru

Adu Otot Iran Versus Israel, Berakhir Damai atau Berlanjut?
| Selasa, 01 Juli 2025 | 11:30 WIB

Adu Otot Iran Versus Israel, Berakhir Damai atau Berlanjut?

Kita semua harus berdoa dan berharap perdamaian di Timur Tengah. Perang tidak memberikan solusi apapun.

Prospek Saham-Saham di Indeks LQ45 Lebih Cerah pada Semester II
| Selasa, 01 Juli 2025 | 08:54 WIB

Prospek Saham-Saham di Indeks LQ45 Lebih Cerah pada Semester II

Kinerja saham-saham likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tergabung di Indeks LQ45 cenderung tertekan sepanjang semester pertama 2025 ini. 

Profit 27,66% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melonjak (1 Juli 2025)
| Selasa, 01 Juli 2025 | 08:25 WIB

Profit 27,66% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melonjak (1 Juli 2025)

Harga emas Antam hari ini (1 Juli 2025) Rp 1.896.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 27,66% jika menjual hari ini.

Pasar Cenderung Wait and See, Rupiah Akan Sideways pada Selasa (1/7)
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:20 WIB

Pasar Cenderung Wait and See, Rupiah Akan Sideways pada Selasa (1/7)

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,27% ke Rp 16.238 per dolar AS pada Senin (30/6). 

Valas Alternatif dan Emas Bisa Menjadi Pilihan Investasi
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:15 WIB

Valas Alternatif dan Emas Bisa Menjadi Pilihan Investasi

 Memasuki semester II 2025, pelaku pasar perlu mencermati perkembangan geopolitik, kebijakan tarif impor, dan arah suku bunga bank sentral. 

Menggaet Restu RUPSLB, Emiten Prajogo Pangestu Ini Bersiap Menggelar Stock Split
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:10 WIB

Menggaet Restu RUPSLB, Emiten Prajogo Pangestu Ini Bersiap Menggelar Stock Split

Stock split saham pada dasarnya hanya mengubah nominal saham . Jadi, tidak semerta-merta mengubah tren pergerakan harga saham emiten.

Paradoks Indonesia
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:10 WIB

Paradoks Indonesia

Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM), tapi gagal menjadi negara maju dan makmur.

Danantara Bakal Meraih Pendanaan US$ 10 Miliar
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:05 WIB

Danantara Bakal Meraih Pendanaan US$ 10 Miliar

Sejak didirikan pada Februari tahun ini, Danantara yang sudah resmi mempunyai kantor baru berhasil meraih pendapaan hingga US$ 7 miliar. 

Mengawali Semester II 2025 di Tengah Tren Net Sell, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:01 WIB

Mengawali Semester II 2025 di Tengah Tren Net Sell, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Meski IHSG menguat, asing tercatat melakukan aksi jual bersih alias net sell sebesar Rp 358,96 miliar. 

Diskon Tarif Mengerek Trafik Jalan Tol Selama Libur Panjang Tahun Baru Islam
| Selasa, 01 Juli 2025 | 06:00 WIB

Diskon Tarif Mengerek Trafik Jalan Tol Selama Libur Panjang Tahun Baru Islam

Sejumlah pengelola jalan tol seperti Jasa Marga, Hutama Karya dan Astra Infra menerapkan diskon tarif tol.

INDEKS BERITA

Terpopuler