Debat Impor

Jumat, 02 Desember 2022 | 08:00 WIB
Debat Impor
[]
Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengadaan bahan pangan melalui impor selalu menjadi urusan yang pelik di negeri ini. Sejak dulu hingga sekarang, perdebatan lazim muncul begitu rencana impor terungkap. 

Rencana terbaru, yaitu impor beras untuk memenuhi cadangan pemerintah tak juga lepas dari kontroversi. Mereka yang kali ini terlibat dalam perdebatan apakah impor layak atau tidak adalah Kementerian Pertanian (Kementan) dan Bulog. 

Pemicu rencana impor beras terkini adalah permintaan Badan Pangan Nasional agar Bulog meningkatkan cadangan beras pemerintah hingga 1,2 juta ton di akhir 2022.

Bulog masih harus menambah stok beras hingga 500.000 ton untuk memenuhi target cadangan beras di akhir tahun. Namun dari kebutuhan belanja sebesar itu, Bulog menyatakan cuma sanggup menambah stok hingga 92.000 ton.

Dalam rapat dengar pendapat di DPR, pertengahan bulan lalu, Direktur Utama Bulog Budi Waseso menyatakan, pihaknya sudah berupaya menambah stok. Cara yang ditempuh termasuk mengubah patokan harga pembelian versi pemerintah menjadi harga yang lebih fleksibel. 

Namun upaya itu, menurut Budi, tidak membuahkan hasil semata karena stok yang tersedia di bawah kebutuhan. Bulog pun menggulirkan rencana mengimpor beras untuk memenuhi target stok cadangan beras pemerintah di akhir tahun.

Seperti dalam perdebatan impor di masa-masa lalu, Kementan juga menolak wacana impor beras. Alasan yang digunakan Kementan juga tak berbeda dengan dalihnya saat menolak impor di masa lalu. Yaitu, masih ada stok beras di dalam negeri yang dibeli pemerintah.

Perkembangan terbaru di minggu ini, Kementan bersikukuh stok beras yang tersedia di dalam negeri memadai untuk memenuhi target cadangan beras pemerintah. Bahkan, Kementan menyediakan list di mana stok beras itu berada.

Cuma catatan Kementan, spesifikasi dan harga dari stok yang tersedia mungkin berbeda dari ketentuan cadangan beras pemerintah.

Ya, esensi perdebatan impor beras kali ini memang tidak jauh berbeda dengan apa yang pernah terjadi. Ini contoh klasik ego instansi pemerintah. Alih-alih saling menyesuaikan data yang dimilikinya, tiap institusi lebih sibuk membela kepentingannya masing-masing. 

Yang menyedihkan, sikap enggan kerjasama seperti ini tetap terjadi dalam pengambilan keputusan yang penting, yaitu memastikan ketersediaan beras di tingkat harga yang terjangkau orang banyak.

Bagikan

Berita Terbaru

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas
| Selasa, 16 Desember 2025 | 10:00 WIB

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas

Dengan level harga yang sudah naik cukup tinggi, saham PT Indika Energy Tbk (INDY) rentan mengalami aksi ambil untung.

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:21 WIB

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer

Secara month-to-date, saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)  sudah mengalami penurunan 5,09%. ​

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:16 WIB

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan

Emiten perhotelan, PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO) mengumumkan perubahan pemegang saham pengendali.

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:11 WIB

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar

Besaran nilai dividen ini mengacu pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk KKGI per akhir 2024 sebesar US$ 40,08 juta. 

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:06 WIB

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya pada bulan ini, namun tetap ada peluang penurunan

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:46 WIB

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus

Saham-saham big caps atau berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia berpotensi terpapar fenomena reli Santa Claus.

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:42 WIB

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri

Utang luar negeri Indonesia per akhir Oktober 2025 tercatat sebesar US$ 423,94 miliar               

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi
| Selasa, 16 Desember 2025 | 07:00 WIB

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi

Pada Senin (15/12), kurs rupiah di pasar spot turun 0,13% menjadi Rp 16.667 per dolar Amerika Serikat (AS).

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah

Penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2025 melonjak ke rekor tertinggi sebesar Rp 252,16 triliun hingga November.

 Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan

Momentum Harbolnas yang berlangsung menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendorong permintaan layanan paylater

INDEKS BERITA

Terpopuler