KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat melemah di awal pekan, kurs rupiah mampu membalikkan keadaan di akhir pekan.
Kemarin, Jumat (4/10), kurs rupiah di pasar spot menguat 0,24% menjadi Rp 14.138 per dollar Amerika Serikat (AS).
Alhasil, dalam sepekan, kurs rupiah naik 0,25%. Kurs tengah rupiah Bank Indonesia juga menanjak 0,44% dalam seminggu terakhir setelah ditutup di level Rp 14.135 per dollar AS, kemarin.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengungkapkan, dollar AS memang cenderung bergerak melemah sejak pertengahan pekan ini.
Posisi the greenback melemah lantaran data ekonomi dan tenaga kerja Negeri Paman Sam yang dirilis pekan ini lebih buruk dari perkiraan.
Indeks manufaktur AS periode September yang dikeluarkan ISM ternyata tertahan di level 47,8. Padahal analis memperkirakan, indeks manufaktur dapat kembali ke atas level 50, yakni mencapai 50,4.
Baca Juga: Review IHSG: Dari Demonstrasi Hingga Kekhawatiran Resesi
Non-farm payroll September juga hanya sebanyak 136.000. Ini lebih rendah dari proyeksi analis, yakni mencapai 145.000. Selain itu, data menunjukkan di periode September tidak ada kenaikan upah pekerja.
Posisi dollar AS semakin tertekan setelah AS menyerang Uni Eropa dengan memberlakukan tarif impor atas barang-barang asal zona Eropa mulai 18 Oktober mendatang. Nilai impor produk tersebut mencapai US$ 7,5 miliar.
Baca Juga: AS menerapkan tarif impor bagi Uni Eropa untuk US$ 7,5 miliar barang
"Pekan depan data AS yang buruk dan sentimen internal bakal mendorong rupiah kembali menguat ke kisaran Rp 14.100-Rp 14.157 per dollar AS," prediksi Ibrahim.
Ekonom Samuel Aset Management Lana Soelistianingsih juga menghitung, di pekan depan rupiah akan cenderung menguat walau terbatas. Pasalnya, belum ada data ekonomi yang signifikan bisa mengangkat laju rupiah. Dia menghitung, mata uang Garuda akan bergerak dalam rentang Rp 14.100-Rp 14.200 per dollar AS.