Dua Sentimen Ini Akan Membayangi Pasar Forex Asia

Senin, 15 Juli 2019 | 16:53 WIB
Dua Sentimen Ini Akan Membayangi Pasar Forex Asia
[]
Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang negara berkembang di Asia bakal disetir oleh dua sentimen. Pertama ialah perlambatan ekonomi China yang diprediksi terus berlanjut. Kedua, peluang pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed). 

Seperti diketahui, Ketua The Fed Jerome Powell telah memberi sinyal pemangkasan suku bunga, kemungkinan sebesar 25 bps dalam rapat FOMC yang dijadwalkan pada 30-31 Juli mendatang. 

Laporan Beige Book The Fed yang dijadwalkan rilis pada 17 Juli juga bakal dinanti investor. DBS Group dalam risetnya, Senin (15/7) mengatakan, penekanan The Fed soal tantangan global ekonomi Amerika Serikat (AS) juga akan membuat investor memperhatikan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang akan dirilis pada 26 Juli. 

Konsensus memperkirakan pertumbuhan kuartal II 2019 akan melambat tajam menjadi 1,8% qoq, dari 3,1% di kuartal pertama. DBS memperkirakan, akan ada pemangkasan kedua yang akan dilakukan pada kuartal terakhir tahun ini. 

"Indeks USD (DXY) telah terbukti tangguh dan bertahan di kisaran 96 hingga 98 sejak Februari," ujar Philip Wee, FX Strategist DBS Group.

Selain sentimen The Fed, ekonomi China juga bakal membayangi pasar forex. Perlambatan ekonomi China diperkirakan bakal berlanjut, usai ketegangan perdagangan China-AS pada Mei hingga Juni. 

Pertumbuhan ekonomi China di kuartal II 2019 hanya mencapai 6,2% secara tahunan, atau menjadi yang terendah dalam 27 tahun terakhir. 

Kekhawatiran juga muncul jika China dan AS tidak mencapai kesepakatan perdagangan tahun ini, keduanya tak akan melakukan kesepakatan selama pemilihan AS di tahun depan. C

hina ingin AS memutar kembali semua tarif sementara AS tidak senang dengan model ekonomi yang diarahkan China. "Saat ini, pasar melihat kurs tengah untuk USD/CNY ada di kisaran 6,85-6,90 sejak pertengahan Mei," katanya.

Perlambatan pertumbuhan global yang sedang berlangsung juga memiliki efek pelemahan untuk dollar AS dalam jangka panjang. Saat yield obligasi Jerman 10 tahun mencapai posisi terendah baru, yield AS juga terseret ke bawah. Interaksi antara dinamika pertumbuhan global dan aksi The Fed akan menentukan bentuk kurva USD. Respons Fed yang agresif menunjukkan kurva yang lebih curam dan sebaliknya. 

Bagikan

Berita Terbaru

Indonesia Importir Gandum Terbesar Kedua Dunia, AS Bukan Sumber Utama
| Minggu, 06 Juli 2025 | 12:52 WIB

Indonesia Importir Gandum Terbesar Kedua Dunia, AS Bukan Sumber Utama

Indonesia menjadi negara importir gandum terbesar kedua dunia menurut data FAO. Impor Indonesia hanya kalah oleh Mesir.

Profit 26,68% Setahun, Harga Emas Antam Terbaru di Laman Resmi Belum Berubah
| Minggu, 06 Juli 2025 | 11:07 WIB

Profit 26,68% Setahun, Harga Emas Antam Terbaru di Laman Resmi Belum Berubah

Belum ada perbaruan data harga emas Antam hari ini. Harga terakhir 5 Juli 2025) tertera Rp 1.908.000 per gram.

Menguak Penyebab Kenaikan Impor Bahan Baku dan Barang Modal RI Saat PMI Terkontraksi
| Minggu, 06 Juli 2025 | 09:00 WIB

Menguak Penyebab Kenaikan Impor Bahan Baku dan Barang Modal RI Saat PMI Terkontraksi

Kenaikan impor bahan baku dan barang modal saat manufaktur lesu juga ditengarai efek praktik dumping yang dilakukan China.

Safe Haven Masih Menjadi Primadona di Semester II-2025, Emas Tetap Jadi Andalan Utama
| Minggu, 06 Juli 2025 | 08:00 WIB

Safe Haven Masih Menjadi Primadona di Semester II-2025, Emas Tetap Jadi Andalan Utama

Ketidakpastian arah suku bunga acuan The Fed dan geopolitik yang masih memanas kurang mendukung aset berisiko seperti saham.

Dilema Harga Eceran Tertinggi Beras dan Daya Beli Masyarakat
| Minggu, 06 Juli 2025 | 07:15 WIB

Dilema Harga Eceran Tertinggi Beras dan Daya Beli Masyarakat

Harga beras medium dan premium saat ini jauh di atas HET. Masih perlu harga eceran tertinggi?        

Kejayaan Jati dan Bisnis Furnitur yang Terancam Babak Belur
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:39 WIB

Kejayaan Jati dan Bisnis Furnitur yang Terancam Babak Belur

Ancaman tarif resiprokal ke Amerika Serikat, hingga banjir produk furnitur impor, menjadi tantangan industri.

Melaba dari Usaha Minuman Matcha
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:34 WIB

Melaba dari Usaha Minuman Matcha

Belakangan, olahan matcha digemari masyarakat. Peluang ini ditangkap pelaku usaha yang menuai omzet hingga ratusan juta

PR Perlindungan Investor
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:31 WIB

PR Perlindungan Investor

Nyoman terkejut karena dia merasa cuma mengorder 9 lot, namun mengapa bisa berubah menjadi 16.541 lot?

IHSG Turun 0,47% Sepekan, Intip Saham-Saham Top Gainers dan Top Losers Bursa
| Minggu, 06 Juli 2025 | 04:00 WIB

IHSG Turun 0,47% Sepekan, Intip Saham-Saham Top Gainers dan Top Losers Bursa

IHSG ditutup melemah ke 6.865,19 pada perdagangan terakhir, 4 Juli 2025 setelah melemah 0,47% dalam sepekan mulai 30 Juni 2025.

Akuisisi Tahap Pertama KRYA Terlaksana, Investor Asal Hongkong Lanjut Due Dilligence
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 18:00 WIB

Akuisisi Tahap Pertama KRYA Terlaksana, Investor Asal Hongkong Lanjut Due Dilligence

Akuisisi PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) oleh sejumlah perusahaan yang bergerak di bisnis kendaraan listrik mulai terlaksana.

INDEKS BERITA

Terpopuler