Ekonom Proyeksikan Neraca Dagang Per Maret Kembali Defisit

Senin, 15 April 2019 | 06:30 WIB
Ekonom Proyeksikan Neraca Dagang Per Maret Kembali Defisit
[]
Reporter: Benedicta Prima, Lidya Yuniartha | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA.  Ekonom memproyeksikan neraca perdagangan Indonesia untuk Maret 2019 kembali mengalami defisit. Setelah sempat mencetak surplus di Februari, neraca perdagangan akan kembali defisit karena impor selama Maret yang meningkat. Realisasi neraca perdagangan per Maret akan diumumkan Badan Pusat Statistik hari ini.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksikan impor selama Maret akan naik, sejalan dengan ekspansi yang dialami sektor manufaktur Indonesia. Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia versi Nikkei dan IHS Markit untuk Maret sebesar 51,2 poin, naik pesat daripada posisi di bulan sebelumnya, yaitu 50,1 poin.

Menurut Josua, kenaikan indeks manufaktur domestik mencerminkan kebutuhan impor bahan baku yang meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Peningkatan nilai impor juga terefleksi dari peningkatan ekspor China ke Indonesia yang tumbuh 68%, setelah bulan sebelumnya mengalami kontraksi 40%.

Di sisi lain, ekspor cenderung terkontraksi di tengah tren penurunan harga komoditas ekspor. Sebut saja  kelapa sawit dan batubara yang masing-masing turun 4,5% dan 3,4% secara bulanan. "Sehingga akan menekan kinerja ekspor Indonesia dari sisi harga," kata Josua kepada KONTAN, Sabtu (13/4). Hitungan Josua, impor naik 4,81% year on year (yoy) dan ekspor turun 14,65% yoy. Sehingga, neraca perdagangan Maret kembali mengalami defisit sebesar US$ 464 juta.

Sementara, menurut Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual, pemilihan umum (Pemilu) dan persiapan Ramadan membuat kebutuhan barang baku dan barang konsumsi meningkat. Ini yang mengerek impor Maret. "Kalau barang modal masih stagnan, karena masih banyak wait and see," katanya. Sementara kinerja ekspor tak cemerlang mengikuti penurunan harga sejumlah komoditas, termasuk karet. Karena itu, David memperkirakan neraca dagang Maret kembali defisit US$ 330 juta.

Sedangkan Ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra melihat, impor Maret meningkat sejalan dengan normalisasi hari kerja sepanjang Maret lalu. Sementara harga komoditas belum membaik. Sehingga neraca dagang bulan lalu akan mencatat defisit mencapai US$ 217 juta.

Peneliti Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira melihat salah satu penyebab defisit neraca dagang Maret lalu juga berasal dari kenaikan harga minyak mentah. Maklum Indonesia adalah negera yang secara neto pengimpor bahan bakar minyak (BBM).

Bhima mengingatkan defisit ini akan terus berlangsung pada bulan bulan mendatang seiring dengan meningkatnya permintaan di dalam negeri khususnya permintaan bahan pangan menjelang Ramadan dan Lebaran. "Konsumsi masyarakat yang tinggi terhadap pangan mau tidak mau mendorong impor lebih tinggi," katanya. Karena itu ia berharap pemerintah mewaspadai kondisi defisit ini.

Bagikan

Berita Terbaru

Surono Subekti Masuk Daftar Pemegang Saham Brigit Biofarmaka di Tengah Koreksi Harga
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 16:30 WIB

Surono Subekti Masuk Daftar Pemegang Saham Brigit Biofarmaka di Tengah Koreksi Harga

Surono menjadi satu-satunya pemegang saham individu di luar afiliasi dan manajemen yang punya saham OBAT lebih dari 5%.

Menengok Portofolio Grup Djarum yang Baru Masuk ke Saham RS Hermina (HEAL)
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 15:00 WIB

Menengok Portofolio Grup Djarum yang Baru Masuk ke Saham RS Hermina (HEAL)

Grup Djarum pada 25 Juni 2025 mencaplok 3,63% PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), emiten yang mengelola jaringan Rumah Sakit Hermina.

Kinerjanya Paling Bontot di ASEAN Pada 23-26 Juni, Gimana Prospek IHSG Ke Depan?
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 15:00 WIB

Kinerjanya Paling Bontot di ASEAN Pada 23-26 Juni, Gimana Prospek IHSG Ke Depan?

Tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran, bisa berimbas pada meningkatkan risk appetite investor atas aset berisiko di emerging markets

Ada Normalisasi Permintaan, Serapan Semen Nasional Melemah per Mei 2025
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 14:13 WIB

Ada Normalisasi Permintaan, Serapan Semen Nasional Melemah per Mei 2025

Volume penjualan semen domestik pada lima bulan pertama tahun 2025 turun 2,1% year on year (YoY) menjadi 22,27 ton.

Pabrik Baterai EV Terintegrasi Pertama Berdiri Akhir Juni , Ini Mereka yang Terlibat
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 13:26 WIB

Pabrik Baterai EV Terintegrasi Pertama Berdiri Akhir Juni , Ini Mereka yang Terlibat

Indonesia akan memiliki pabrik baterai EV pertama pada akhir Juni 2026 ini. Selain China, sejumlah perusahaan lokal terlibat. Ini detailnya.

Dugaan Korupsi Pengadaan EDC BRI, Oknum Rekanannya Juga Tersandung di Kasus Pertamina
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 08:22 WIB

Dugaan Korupsi Pengadaan EDC BRI, Oknum Rekanannya Juga Tersandung di Kasus Pertamina

PT Pasifik Cipta Solusi (PCS) dalam situs webnya mengaku sebagai partner BRI sejak tahun 2020 dalam pengadaan mesin EDC agen BRILink.

Waspada Risiko Kontraksi Setoran Pajak
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 07:21 WIB

Waspada Risiko Kontraksi Setoran Pajak

Penerimaan pajak semester I-2025 berisiko terkontraksi 35%-40% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Wajib Pajak UMKM Masih Bisa Bebas PPh Final
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 07:01 WIB

Wajib Pajak UMKM Masih Bisa Bebas PPh Final

Ditjen Pajak menegaskan bahwa kebijakan PPh final usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tidak menambah beban pajak baru

Ada Hermanto Tanoko, Begini Prospek Emiten Merry Riana (MERI) Pasca IPO
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 06:51 WIB

Ada Hermanto Tanoko, Begini Prospek Emiten Merry Riana (MERI) Pasca IPO

Secara valuasi, harga saham IPO MERI masih tergolong wajar. Tapi, investor tetap harus mencermati fundamental perusahaan. 

Siap-siap Anggaran 2025 Jebol
| Sabtu, 28 Juni 2025 | 06:50 WIB

Siap-siap Anggaran 2025 Jebol

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka peluang memperbesar penerbitan surat berharga negara (SBN) pada tahun ini

INDEKS BERITA

Terpopuler