KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat bakal menekan ekonomi Indonesia. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, bila kebijakan PPKM darurat diberlakukan satu bulan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya akan mencapai 3,8%.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi ini lebih rendah dari perkiraan BI sebelumnya di kisaran 4,1%-5,1% dengan titik tengah 4,6%. Bila ekonomi turun juga akan berdampak bagi bisnis perbankan dalam menyalurkan kredit.
Kendati demikian sejumlah bankir sejauh ini masih cukup optimistis dengan target bisnis yang mereka patok. Bank Tabungan Negara (BTN) termasuk yang masih percaya diri. Direktur Utama Bank BTN, Haru Koesmahargyo menyatakan, tidak berencana untuk melakukan perubahan rencana bisnis bank (RBB) sampai dengan akhir tahun.
“Karena RBB yang di review pada semester I tahun ini disusun dengan proyeksi pertumbuhan bisnis setelah memperhitungkan perkembangan kondisi perekonomian dalam masa pandemi sampai akhir tahun,” ujar Haru, Rabu (14/7).
BTN memproyeksikan dapat menyalurkan pertumbuhan kredit 7% year on year (yoy) sepanjang tahun ini. BTN menyesuaikan pertumbuhan kredit dengan dana pihak ketiga (DPK) sehingga mencapai loan to deposit ratio (LDR) yang ideal di sekitar 90%.
Sedangkan rasio non performing loan (NPL) ditargetkan berada di posisi 3,9% hingga ujung tahun. BTN telah mencatatkan kenaikan pembiayaan 4,75% yoy. Dari Rp 251,43 triliun menjadi Rp 263,38 triliun per Mei 2021.
Bank Mandiri juga masih optimistis bisa menyalurkan target kredit yang telah ditetapkan. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rudi As Aturridha menjelaskan, berdasarkan RBB 2021-2023, kredit diproyeksi tumbuh sekitar middle single digit growth dikisaran 6% yoy. Dengan tetap menekankan kualitas agar menjaga rasio NPL di level 3,1%-3,5%,” ujar Rudi Rabu (14/7).
Ekspansi kredit dilakukan secara hati-hati kepada nasabah terpilih dan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat. Bank Mandiri juga berupaya menjaga biaya dana agar lebih terkendali salah satunya melalui komposisi dana murah yang di jaga di kisaran 70%. Bank Mandiri menjaga pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sekitar 6-7% yoy di akhir tahun 2021.
Naikkan pencadangan
Sementara Bank Rakyat Indonesia (BRI) malah melihat ada kemungkinan menaikkan RBB 2021. Direktur Utama BRI, Sunarso memastikan bakal ada revisi bisnis memasuki separuh kedua pada tahun ini.
“Beberapa pekan terakhir ini, kasus Covid-19 melonjak, maka harus meningkatkan pencadangan. Target kami kredit tumbuh 15% hingga 17%. Tapi saya masih optimistis menaikkan target menjadi tumbuh 17%,” ujar Sunarso.
Sunarso menuturkan, saat ini non performing loan (NPL) coverage BRI di level 257%. Padahal NPL BRI hanya Rp 29 triliun. Namun bank ini tetap melakukan pencadangan hingga Rp 73,1 triliun.
“Lalu sisanya Rp 42 triliun untuk pencadangan loan at risk (LAR) sebesar 73,1 triliun. Saat ini LAR yang benar-benar jadi NPL hanya 2,5%. Pencadangan LAR kita lebih dari cukup,” terang Sunarso.
Ia mengaku tantangan saat ini permintaan kredit masih lemah. Bila tidak ada daya beli dan konsumsi rumah tangga maka tidak ada pergerakan permintaan kredit.
Tapi melihat hasil BRI Micro Indeks terkait kecenderungan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada tiga bulan ke depan, semua indikator menunjukkan sektor UMKM cukup membaik. n
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.