Emiten Kawasan Industri dan Pergudangan Berebut Penyewa

Rabu, 06 Februari 2019 | 09:19 WIB
Emiten Kawasan Industri dan Pergudangan Berebut Penyewa
[]
Reporter: Nur Pehatul Janna | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan bisnis pergudangan dan kawasan industri semakin ketat. Sejumlah emiten kawasan industri dan pergudangan bersaing memperebutkan penyewa atau tenant dengan menawarkan konsep dan kemudahan jasa pelayanan.

Perusahaan warehouse providers, PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP), misalnya, fokus menawarkan spesifikasi gudang modern untuk menggaet calon tenant potensial.

Corporate Finance and Investor Relations PT Mega Manunggal Property Tbk, Azhar Musafi mengatakan, kepada para calon penyewa, manajemen selalu memberikan penawaran dengan spesifikasi gudang modern.

"Kami menawarkan warehouse modern, bukan tradisional. Jadi fokusnya ke spesifikasi yang nantinya digunakan untuk tenant seperti floor capacity, fasilitas dan sebagainya," ujar dia kepada KONTAN, Selasa (5/2).

Untuk tarif sewa, Azhar menjelaskan, kebijakan tersebut akan disesuaikan dengan lokasi dan spesifikasi kebutuhan penyewa. "Mahal atau murahnya tarif sewa ini tergantung lokasi. Kalau lokasinya strategis, maka harga sewa akan jauh lebih tinggi mengingat harga tanahnya pasti tidak murah," sebut dia.

Mengenai rencana menaikkan tarif sewa, Azhar bilang, tentu akan merujuk perjanjian awal dengan tenant karena seluruh gudang MMLP terikat kontrak jangka panjang.

Adapun manajemen PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) optimistis pada tahun ini mampu menggaet sekitar 50 perusahaan untuk menempati lahan di Kawasan Industri Jababeka seluas 100 hektare (ha).

Direktur KIJA Hyanto Whiadhi mengatakan, untuk mencapai target tersebut, pihaknya terus meningkatkan pelayanan lewat one stop service kepada tenant. "Misalnya untuk perizinan, semua bisa kami bantu urus. Lalu kami memberikan fasilitas infrastruktur, misalkan di dalam Kawasan Industri Jababeka ada Cikarang Dry Port. Kami bisa bantu pelayanan ekspor impor," kata dia kepada KONTAN, kemarin.

Emiten bersandi saham KIJA di Bursa Efek Indonesia ini juga menyediakan pabrik bagi usaha kecil dan menengah, serta perusahaan startup. Luas pabrik mulai dari 120 m hingga 4.000 m, dan bisa dirancang sesuai keperluan investor.

Lahan dan bangunan tersebut bisa dimiliki dengan sistem beli putus. Hyanto bilang, harga jual lahan dan pabrik bervariasi mulai dari Rp 2 miliar. Untuk tahun ini, KIJA belum berencana menaikkan harga lahan.

PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) juga berencana meningkatkan relasi bisnis dengan perusahaan-perusahaan logistik dan consumer goods. Pada tahun ini, Bekasi Fajar membidik penjualan lahan industri seluas 40 ha. "Kami masih punya land bank sekitar 725 hektare dari total 1.055 hektare di kompleks industri MM2100 di Cibitung," ungkap Seri, Head of Investor Relation BEST.

Dia mengklaim, menempati lahan di BEST merupakan langkah tepat karena lokasinya strategis. Asumsinya, dekat dengan Jakarta dan akan terhubung dengan interchange ke JORR 2. Tak hanya itu, Bekasi Fajar memiliki keunggulan di pengembangan area yang hanya fokus pada kawasan industri. Alhasil, tidak bercampur dengan area perumahan dan komersial.

BEST juga memiliki dua sumber listrik, yakni pasokan dari PT PLN dan PT Cikarang Listrindo. Untuk tarif harga lahan, Bekasi Fajar mematok mulai Rp 3 juta hingga Rp 3,2 juta per m2. "Kami berharap target penjualan lahan seluas 40 hektare akan terealisasi tahun ini," ujar Seri.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Dicecar BEI, TGUK Sebut Persediaan Barang Turun Drastis Karena Rusak dan Expired
| Senin, 21 Juli 2025 | 13:14 WIB

Dicecar BEI, TGUK Sebut Persediaan Barang Turun Drastis Karena Rusak dan Expired

Pos persediaan barang PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK) anjlok dari Rp 22,5 miliar (30/9/2024) menjadi Rp 1,1 miliar (31/12/2024).

Baru Cetak Rekor, Antisipasi Bitcoin Cs Lebih Volatil
| Senin, 21 Juli 2025 | 13:07 WIB

Baru Cetak Rekor, Antisipasi Bitcoin Cs Lebih Volatil

Baru-baru ini, Bitcoin mengukir rekor puncak, dan sejumlah altcoin naik lebih agresif. Jangan buru-buru beli, takar potensinya!

Menghitung Proyeksi Valuasi Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) setelah Buyback
| Senin, 21 Juli 2025 | 13:00 WIB

Menghitung Proyeksi Valuasi Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) setelah Buyback

Manajemen bilang, MTEL memandang perlu adanya fleksibilitas yang memungkinkan perusahaan memiliki mekanisme untuk menjaga stabilitas harga saham.

Cara Baru Punya Rumah, Tanpa Beban Bunga KPR
| Senin, 21 Juli 2025 | 12:47 WIB

Cara Baru Punya Rumah, Tanpa Beban Bunga KPR

Di tengah kenaikan suku bunga KPR dan harga properti, rumah flat berbasis koperasi jadi alternatif yang lebih terjangkau.

Produk Bebas Asap HM Sampoerna (HMSP) Jadi Katalis Positif Jangka Panjang
| Senin, 21 Juli 2025 | 11:24 WIB

Produk Bebas Asap HM Sampoerna (HMSP) Jadi Katalis Positif Jangka Panjang

Produk smoke free product (SFP) dari HMSP di Indonesia akan menghasilkan gross profit margin (GPM) atau margin laba kotor mendekati 20%

Terungkap! Gas Oksigen dan Nitrogen Oversupply, Samator (AGII) Turunkan Kapasitas
| Senin, 21 Juli 2025 | 11:00 WIB

Terungkap! Gas Oksigen dan Nitrogen Oversupply, Samator (AGII) Turunkan Kapasitas

Penghentian satu pabrik sementara tersebut, dilakukan PT Samator Indo Gas Tbk (AGII) sampai waktu yang belum ditentukan.

Profit 26,28% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (21 Juli 2025)
| Senin, 21 Juli 2025 | 08:41 WIB

Profit 26,28% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (21 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 21 Juli 2025 di Logammulia.com masih Rp 1.927.000 per gram, harga buyback juga tetap Rp 1.773.000 per gram.

Sido Muncul (SIDO) Memacu Diversifikasi Produk dan Perluas Pasar Ekspor
| Senin, 21 Juli 2025 | 06:57 WIB

Sido Muncul (SIDO) Memacu Diversifikasi Produk dan Perluas Pasar Ekspor

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)berharap penjualan dan laba bersih tahun 2025 bisa tumbuh 10% secara tahunan (yoy).

Bursa Akhirnya Mendepak Sejumlah Emiten Bermasalah
| Senin, 21 Juli 2025 | 06:55 WIB

Bursa Akhirnya Mendepak Sejumlah Emiten Bermasalah

Delapan emiten dan dua saham preferen ditendang dari pencatatan Bursa Efek Indonesia mulai 21 Juli 2025 

Usai Menguat Pekan Lalu, IHSG Rawan Terkoreksi
| Senin, 21 Juli 2025 | 06:52 WIB

Usai Menguat Pekan Lalu, IHSG Rawan Terkoreksi

Investor bakal mencermati rilis data inflasi Jepang yang kembali turun ke level 3,3% secara tahunan 

INDEKS BERITA

Terpopuler